Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Fenomena tanah bergerak seperti yang terjadi di kawasan Pondok Aren, Tangerang Selatan bukanlah terjadi secara tiba-tiba.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Perekayasa Madya Pusat Teknologi Reduksi Risiko Bencana, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Nurhidayat mengungkapkan biasanya sudah ada tanda sebelum pergerakan tanah terjadi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Pergerakan tanah cirinya itu biasanya tidak tiba- tiba dan sudah ada tanda-tanda dengan munculnya retakan pada permukaan tanah dan juga pada bangunan," katanya saat dihubungi, Senin, 1 Februari 2021.
Menurut Nurhidayat, retakan yang muncul biasanya mempunyai pola tertentu yang bisa menunjukkan arah pergerakannya serta pola tarikannya.
"Biasanya karena kurang paham, masyarakat memperbaiki retakan dengan menambalnya sehingga jejak- jejak retakan menjadi hilang," ujarnya.
Lokasi dengan topografi berbukit curam, serta dengan litologi berupa soil atau endapan aluvial, kata Nurhidayat, sangat rentan bergerak saat curah hujan sedang tinggi.
"Daerah yang punya karakteristik seperti itu tidak boleh terlalu padat karena beban akan semakin besar dan juga harus diperhatikan beban bergerak, seperti jalan yang lalu lintasnya padat serta harus memperkecil area resapan," ungkapnya.
Sebelumnya Fajar Rivai, 32 tahun, pemilik rumah yang ambruk di Jalan Bakti nomor 96 Rt 003 Rw 010 Kelurahan Pondok Kacang Barat, Kecamatan Pondok Aren mengatakan bahwa sebelum halaman rumahnya ambruk, tembok dirumahnya mengalami retakan- retakan.
Fenomena tanah bergerak diduga jadi penyebab retakan tersebut. "Retaknya di tembok emang udah lama, lalu kejadiannya kemarin hari Minggu, 31 Januari 2021 sekitar pukul 09.00 wib mulai ambruk, kalau rontok- rontoknya dari sekitar pukul 07.00 wib," katanya saat ditemui di Tangerang Selatan, Senin 1 Februari 2021.