Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Arawinda Kirana menjadi Aktris Pilihan Tempo 2021
Arawinda tampil memikat sebagai Yuni dalam film arahan sutradara Kamila Andini
Demi mendalami peran Yuni, Arawinda ikut bergosip hingga Tik Tokan di angkot
YUNI berada di persimpangan jalan. Remaja siswa sekolah menengah ini punya banyak impian dalam hidupnya. Salah satunya ia ingin melanjutkan kuliah ke perguruan tinggi impiannya. Namun Yuni (diperankan Arawinda Kirana dalam film Yuni) juga harus menghadapi tekanan lingkungan masyarakat di sekelilingnya: menikah dini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Arawinda Kirana tampil memikat kala memerankan remaja putri dalam film Yuni arahan sutradara Kamila Andini. Meski peran sebagai Yuni adalah penampilan pertama Arawinda di layar lebar, ia berhasil memerankannya dengan natural. Ia mampu menampilkan kompleksitas masalah yang dihadapi Yuni, remaja 16 tahun, dengan beban kehidupan yang terkungkung pemikiran kolot, mitos, dan stigma dari lingkungannya di sebuah desa di Serang, Banten.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Boleh dibilang, tak mudah masuk ke karakter Yuni yang diperankan oleh Arawinda tersebut. Tapi Ara—sapaan akrabnya—terlihat begitu alami sebagai Yuni. Ini dimulai dari cara dia bertutur bahasa Jaseng, bahasa Jawa dialek Serang, yang cukup medok sepanjang film. Ia juga berhasil menyajikan emosi seorang remaja ketika berkelahi jambak-jambakan rambut dan menarik kerudung demi karet rambut berwarna ungu.
Dengan sangat baik, Arawinda juga tampil sebagai remaja yang kebingungan atas tekanan lingkungan, stigma, dan mitos yang berkembang di masyarakat serta kenyataan pahit menikah muda dari pengalaman sahabat-sahabatnya. Tema pernikahan dini dan kebimbangan remaja putri memang cukup banyak. Tapi akting Arawinda mampu menunjukkan apa yang diinginkan oleh sutradara dan penulis naskah. Hal-hal itulah yang menjadikan Arawinda Kirana kami nobatkan sebagai Aktris Pilihan Tempo 2021.
Arawinda Kirana saat proses produksi film Yuni/Fourcolors Film
Film Yuni yang skenarionya ditulis oleh Kamila Andini dan Prima Rusdi tersebut berkisah tentang Yuni, remaja putri biasa yang senang belajar dan masih mencari apa yang dilakukan dalam hidupnya. Yuni, misalnya, tertawa geli bersama kawan-kawannya saat membahas pacar, masturbasi, dan segala hal yang ingin mereka ketahui.
Hingga suatu saat lamaran demi lamaran datang menghadang kehidupannya. Pelamar yang datang ke ruang tamu keluarga beragam, dari anak muda yang bekerja sebagai buruh pabrik sampai seorang kakek dengan istri tua dan segepok duit. “Kalau Yuni masih perawan, nanti saya tambah lagi Rp 25 juta,” ujar kakek itu sambil menyodorkan segepok uang pinangan.
Di balik pintu, Yuni mendengarnya dengan perasaan tak menentu. Ada ketidaksukaan, kemarahan, dan kebingungan. Dengan cukup berani, Yuni kemudian mengembalikan langsung uang itu di lain hari. Tentu saja, penolakan lamaran Yuni itu membuat semua orang kampung hingga sekolah ramai menggunjingkannya. Pamali, mitos, dan stigma pun membelenggu Yuni.
Kebingungan-kebingungan Yuni atas tekanan masyarakat lingkungannya itu tak mendapat jawaban. Kepada Suci Cute (Asmara Abigail), janda muda yang juga korban kekerasan dalam rumah tangga, ia melepas beban dan keceriaan dengan kenorakannya. Ia bernyanyi, berjoget, berdandan, berswafoto, serta ikut mencoba menikmati dunia ajib-ajib klub malam dan mencicipi alkohol. Atau, kadang Yuni cuma duduk melamun memandang keriuhan pasar di bawah salon Suci.
Yuni bimbang dan berada di simpang jalan. Lantas, ia memilih jalannya sendiri, jalan pemberontakan. Ia melepas keperawanannya tanpa sebuah perasaan dan emosi. Kepada lelaki itu, ia berkeluh kesah. “Mau ngomong sama siapa? Nde (Nenek)? Di rumah, ya, pasti jawabannya sama. Ke teman-teman juga tidak bisa,” ujar Yuni.
Menurut Arawinda, untuk memerankan tokoh Yuni, ia membutuhkan pendalaman yang cukup lama. Ia mengikuti workshop reading naskah selama dua bulan. Untuk membentuk aksen bahasa Jaseng, Arawinda mendapat arahan dari dua pelatih bahasa Jawa dialek Serang itu. “Tapi aku masih kesulitan karena mereka laki-laki, baru bisa menyerap aksen itu ketika aku ikut tinggal selama tiga hari bersama sebuah keluarga,” tutur Arawinda.
Selama beberapa hari itu, ia terlibat dalam setiap aktivitas keluarga tersebut, dari bangun subuh lalu ke sawah menggiring bebek, pergi ke pasar, hingga ikut latihan silat debus pada malamnya. Tapi itu pun belum maksimal untuk penyerapan aksen dialek Jasengnya. Arawinda mencobanya dengan meriung bergosip dengan para perempuan di lingkungan keluarga itu. Meski tak paham benar isi gosipnya, sedikit banyak mereka menggunjingkan para suami atau rumah tangga mereka. “Berkumpul bersama mereka sambil makan cilok, minum es,” katanya.
Selain itu, ia berupaya mencari tahu peluang kerja bagi perempuan di daerah itu yang paling tinggi menjadi buruh pabrik tekstil dan harus membayar sejumlah uang agar bisa masuk. Soal kehidupan remaja, ia menanyakan dinamika percintaan remaja di Serang lewat Ica, anak keluarga yang ditinggali Arawinda. Menurut Arawinda, ia cukup berat untuk membangun sosok Yuni. Sosok ini bukan seorang hero, tapi punya karakter, meski ada masa-masa suram tapi tetap punya optimisme dan keceriaan. “Jangan mengesankan suram, pesimistis, tapi bagaimana tetap bersinar dan optimistis,” ujar pemeran Nurbaya dalam sebuah teater musikal itu.
Arawinda Kirana/Taufan Adryan
Arawinda Kirana juga diberikan ruang untuk mengeksplorasi sosok Yuni oleh Kamila Andini. Seperti ketika mencari properti perlengkapan syuting, ia mencari semua peralatan sekolah hingga pernak-pernik berwarna ungu. Lalu, ia memasukkan ukulele yang memang menjadi alat musik kesukaan Ara sebagai Yuni. Dan ia diberi ruang ketika dibuatkan akun media sosial untuk tokoh Yuni, @Yunihhh_1006.
Sebagai sosok yang agak norak dan doyan bermedia sosial, Arawinda pun mencoba mengunggah foto-foto sosok Yuni dan foto keseharian dirinya di story-nya. Warna ungu tentu saja bertebaran di dalam foto-foto itu. Juga keceriaan bersama anggota gengnya, Cilegenk, yakni Uung, Maesaroh, Tika, dan Nisa. Ia pun aktif dan kemudian serius memainkan media sosial Yuni. Bahkan sebuah instastory fanfact tentangnya menjadi viral. Arawinda mengaku sebelumnya tak punya akun Tik Tok. Tapi demi Yuni ia dibuatkan akun Tik Tok dan malah jadi keterusan. “Sampai cari lagu dangdut yang lagi trending, bikin konten di angkot. Dari situ malah jadi terbawa, keterusan sampai sekarang, he-he-he....”
Tak sia-sia pula bekal kemampuan menari Bali dan balet, menyanyi, serta sekolah akting di bawah arahan Rukman Rosadi sebagai pelatih. Hal itu kian membentuk Arawinda di dunia seni peran.
Arawinda membawa pulang The Silver Yusr Award kategori Best Actress Red Sea International Film Festival 2021 di Arab Saudi lewat film Yuni pada Rabu, 15 Desember lalu. Sebelumnya, perempuan 20 tahun ini juga meraih Piala Citra kategori Pemeran Utama Wanita Terbaik dalam Festival Film Indonesia 2021 atas perannya sebagai Yuni dalam film sama.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo