Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Gas-gas maut soviet

Beberapa jenis senjata kimia (gas) uni soviet. dalam sistem persenjataan soviet, senjata-senjata tersebut disejajarkan dengan bom-bom (senjata pemusnah massal). (sel)

14 Mei 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

WUJUDNYA tidaklah menyeramkan seperti tank atau peluru kendali. Ketika mengenai sasaran pun tidak disertai asap atau ledakan menggelegar. Tapi daya bunuhnya ampuh luar biasa. Itulah senjata kimia yang merupakan bagian dari sistem perang menyeluruh dan terpadu Uni Soviet. Mulai dari gudang senjata di Jerman Timur sampai ke gunung-gunung tandus di Afghanistan senjata ini, terdapat dalam jumlah melimpah, menyertai kehadiran tentara Soviet. Senjata kimia, dalam sistem persenjataan Soviet, disejajarkan dengan bom-bom atom. "Senjata pemusnah massal," tulis David C. Isby dalam majalah Soldier of Fortune. Karena itu pula pembuatan dan penyimpanannya dilakukan Soviet secara besar-besaran. Tahu betul akan sifat khas alat pembunuh ini, Soviet mengembangkan pula sistem perlindungan dan penangkis racun gasnya (dekontaminasi) demi keselamatan pasukan sendiri. Dengan alat pelindung dan dekontaminasi yang ampuh, satuan-satuan Soviet bisa bergerak leluasa dalam perang kimia setelah mereka melancarkan serangan dengan gas atau menangkis serangan senjata kimia musuh. Kini di seluruh Soviet terdapat lebih dari 50 tempat pembuatan senjata kimia. Depot penyimpanan senjata kimia dan biologis terdapat di 40 tempat di dalam negeri dan Eropa Timur. Kemampuan Soviet melancarkan perang kimia tak ada tandingannya di dunia. jenis-jenis gas yang terdapat dalam persenjataan Soviet adalah: Gas Yang Menimbulkan Perih. Lazim dikenal sebagai "gas air mata" atau "pengendali huru-hara". Tidak mematikan dan tidak dilarang Konvensi Jenewa 1925. Pernah digunakan tentara Vietnam Utara terhadap pasukan AS. Dalam bentuk padat dipakai Soviet di Afghanistan. Di Laos, tentara Vietnam Utara memasukkannya ke dalam persediaan air penduduk. Kalau tertelan, gas ini bisa mematikan, kalau dihirup menimbulkan rasa perih. Gas Yang Melumpuhkan. Yang diserang bukan tubuh tapi kesadaran seseorang. Gas BZ yang dikembangkan AS -- yang dasarnya LSD-25 -- tidak berhasil seperti Soviet. Dari Laos, Kamboja, dan Afghanistan diterima laporan tentang sejenis gas yang dengan cepat bisa menyebabkan rasa mual, pusing, dan tak sadar diri. Nilai taktisnya jelas: bisa memenangkan pertempuran tanpa pertumpahan darah. Tidak mematikan, dan bisa dipakai berdasar ketentuan Konvensi Jenewa 1925. Gas Yang Membuat Penderita Tercekik. Senjata ini dianggap sudah kuno. Tapi paling mematikan dalam Perang Dunia I. Mematikan jika dihirup, namun bisa dicegah dengan mengenakan masker gas biasa. Terdapat bukti-bukti bahwa Soviet menggunakannya di Laos, Kamboja, dan Afghanistan. Gas Yang Membuat Muntah. Senjata ini juga dianggap kuno. Karena cuma bisa digunakan pada pasukan yang tak mengenakan topeng gas. Tak ada laporan penggunaannya oleh Soviet tahun-tahun belakangan ini. Mungkin disimpan saja. Gas Yang Menimbulkan Panas. Jenis pertama dari gas yang daya kerjanya lama. Kalau dihirup bisa menyebabkan melepuh dan menghancurkan paru-paru. Uapnya membuat kulit melepuh. Untuk perlindungan perlu pakaian dalam yang tebal. Gas Yang Merusak Darah. Bukan jenis baru, tapi bisa mematikan. Supaya efektif jumlahnya harus banyak. Yang paling terkenal ialah hidrogen cyanid. Soviet menyimpannya dalam jumlah besar. Gas Yang Merusak Saraf. Merupakan senjata utama perang kimia modern. Ditemukan oleh Jerman sebelum Perang Dunia II. Yang disimpan dalam gudang senjata Soviet adalah jenis-jenis gas Sarin (GB), Soman (GD, yang paling lazim), VR-55 (GD yang diperkental), dan gas VX. Jika dihirup selama satu menit, orang bersangkutan bisa mati seperempat jam kemudian. Daya kerjanya, jika disemprotkan di suatu tempat, mulai dari beberapa jam sampai berminggu-minggu. Orang atau peralatan yang kena semprot harus dicuci benar-benar bersih. Terdapat bukti bahwa gas ini digunakan Soviet di Afghanistan, Laos, Kamboja, dan Yaman (dalam perang tahun 1963-1967). Istilah gas beracun untuk senjata-senjata ini sebenarnya kurang tepat. Karena banyak di antaranya berbentuk cairan. Hujan Kuning yang terkenal itu wujudnya sendiri padat. Beberapa partikelnya demikian keras, sehingga kalau jatuh kedengaran bunyinya. Sebagian besar gas itu mematikan jika terisap paru-paru, atau jika langsung terkena kulit dalam dosis besar. Kegiatan Soviet dan Amerika Serikat di bidang teknologi gas beracun dimulai pada titik yang sama -- ketika mereka menyita gas saraf Jerman pada tahun 1945. Gas tersebut, Tabun, lebih kuat daya bunuhnya daripada jenis senjata gas sebelumnya. Tahun 1950-an dan 1960-an berhasil diciptakan senjata gas saraf yang lebih ampuh. Tapi kalau usaha penelitian dan pengembangan senjata kimia Soviet semakin mantap dan maju, Amerika Serikat malah maju-mundur. Tahun 1970-an ketinggalan AS semakin jauh, sehingga tak mungkin menandingi Soviet. Tingkat kemajuan Soviet di bidang teknologi senjata kimia sedemikian majunya, sehingga pihak Barat mengalami kesulitan untuk memahaminya -- konon pula mempersiapkan daya tangkisnya. Itulah sebabnya mengapa pihak Barat menghabiskan waktu begitu lama hanya untuk menentukan apa Hujan Kuning itu. Senjata gas baru Soviet yang paling mengerikan namanya Kilat (The Flash). Bukti keampuhannya ditemukan di Afghanistan: sepasukan gerilyawan dalam posisi siap tempur, membidik senapan mereka ke suatu sasaran, dengan badan yang sudah kaku. Mereka terkena senjata gas Kilat -- begitulah hebat daya bunuhnya. Gas apa saja yang terkandung dalam senjata Kilat, bagaimana cara kerjanya, seberapa banyak tersedia dalam simpanan Soviet, atau apakah AS memiliki alat pelindung yang efektif terhadapnya, semua itu tidak jelas. Ahli-ahli Amerika hanya bisa menjelaskan korban yang mati karena gas ini "memang lupa bernapas". Dari laporan-laporan yang masuk di AS diketahui senjata ini pernah dipakai dalam Perang Yaman. Laporan lain, yang belum dipastikan kebenarannya, menyatakan senjata ini juga dipakai terhadap gerilyawan Eritrea. Jenis Blue-X termasuk senjata kimia baru Soviet yang dikenal lebih luas. Keampuhan senjata ini ialah dengan seketika melumpuhkan kesadaran korbannya. Laporan-laporan mengatakan Blue-X dipakai di Laos, Kamboja, dan Afghanistan, juga dalam sengketa perbatasan dengan RRC tahun 1969. Sifat Blue-X tidak diketahui pihak Barat, kecuali ia tidak mematikan, dan karena itu tidak termasuk yang dilarang dalam Protokol Jenewa 1925. Racun tricothecene yang terkandung dalam jenis ketiga senjata kimia baru Soviet dikenal dengan nama Hujan Kuning. Dikembangkan dari jamur roti yang sudah mewabah ratusan tahun di Soviet, gas ini mengandung jenis racun baru. Keampuhannya 100 kali lebih efektif daripada zat pelumpuh saraf. Tapi sulit dilacak -- bahkan dengan alarm antigas buatan AS yang paling peka pun. Partikel-partikelnya demikian halus, sehingga bisa menembus saringan topeng gas yang biasa. Soviet sendiri tampak belum punya alat pelindung yang ampuh terhadap senjata ciptaannya ini. Tak heran kalau di Afghanistan senjata tersebut digunakan di daerah pertempuran di mana tak ada pasukan Soviet beroperasi. Kalau tidak, bisa-bisa senjata "makan tuan". Kerusakan ekonomis akibat Hujan Kuning luar biasa pula. Sekali semprot nilai kerusakan dan kehancuran yang diakibatkannya sama dengan operasi besar-besaran satu pasukan darat. Dan tanpa korban di pihak penyerang. Soviet menyadari bahwa gerilyawan yang bergerak di antara rakyat bagaikan ikan dalam laut. Dengan Hujan Kuning mereka mengeringkan laut itu. Karena, bagi Soviet, jika rakyat Afghanistan tetap berada di negerinya, berarti mereka bisa membantu gerilyawan. Lebih baik rakyat dibunuh saja, atau diusir ke Pakistan dan jadi beban negara itu. Untuk mempertahankan suatu medan pertempuran yang strategis, Soviet menggunakan gas yang daya kerjanya tidak tahan lama. Gas itu bisa disemprotkan dari udara atau dari permukaan tanah. Cara kerjanya lebih lambat dan perlu dosis lebih tinggi, tapi bermanfaat sebagai pelindung gerakan pasukan di medan. Agar lebih efektif digunakan lebih dari satu jenis gas. Semprotan hidrogen cyanid, misalnya, bisa menyumbat filter topeng gas tentara AS. Sementara mereka kalang-kabut mengurusi topeng gasnya, Soviet menyemprotkan gas lain yang lebih ampuh untuk mematikan. Hampir semua senjata Soviet, yang besarnya sama dengan mortir kaliber 120 mm, bisa menembakkan proyektil-proyektil kimia. Semua jenis meriam -- terutama howitzer standar 122 mm dan 152 mm -- bisa digunakan sebagai alat untuk menembakkan peluru-peluru kimia. Unit-unit artileri Soviet tidak dirancang untuk berfungsi ganda secara otomatis. Jika gas akan dipakai meriam-meriam itu diberi alat khusus. Perkiraan mengenai jumlah peluru gas dalam gudang senjata Soviet berbeda-beda. Tetapi sumbersumber yang dipercaya menaksir sekitar 5% dari jumlah seluruh amunisi. Peluncur roket serbaguna merupakan senjata Soviet terbaik untuk menembakkan peluru-peluru gas di garis depan. Peluncur roket itu dipasang pada truk. Tapi ada juga roket gas yang bisa dibawa secara perorangan oleh pasukan khusus. Persiapan defensif merupakan upaya Soviet dalam perang kimia. Karena kelemahan senjata kimia yang dipakai AS, Soviet sesungguhnya tidak punya rencana menggunakan secara luas gas beracun terhadap lawannya ini. Barulah akhir 1970-an tentara AS mulai menganggap serius perang kimia defensif, tapi toh tak banyak manfaatnya mengimbangi Soviet. Perang kimia defensif Soviet menjadi tanggung jawab Pasukan Militer Kimia (Voenno Khimicheskaya Voiska). Dipimpin oleh Wakil Menteri Pertahanan, satuan berkekuatan 100.000 orang itu bertugas di semua unit militer Soviet -- bukan hanya Angkatan Darat. Mereka juga ahli dalam melacak senjata kimia, melakukan pengintaian, dan penangkalan racun (dekontaminasi) untuk personil dan peralatannya. Mereka juga melatih ahli-ahli kimia dalam pasukan Soviet. Kemampuan defensif rata-rata pasukan Soviet tidak pula bisa diabaikan. Mereka itu diperlengkapi dengan sistem perlindungan kolektif. Barisan terdepan kendaraan tempur infantri Soviet, BTR-60PB APC dan BMP, dilengkapi penangkal terhadap senjata kimia. Juga tank-tank Soviet. Pasukan Soviet, yang jalan kaki atau berkendaraan, dilengkapi pula dengan alat-alat defensif yang sangat efektif: "tablet anti radiasi", serta alat dekontaminasi senjata dan orang. Di antara sekian banyak perlengkapan dekontaminasi Pasukan Militer Kimia yang paling menonjol adalah TMS-65. Dalam tiga menit alat ini bisa membersihkan racun gas dari tank dengan menggunakan panas dan cairan penangkal. Alat-alat dekontaminasi ini bisa pula digunakan untuk tujuan bukan perang: penyemprot asap, pelumer es, atau penyemprot insektisida biasa. Yang lebih mendasar dari semua itu adalah persiapan latihan untuk perang kimia defensif. Mulai dari marsekal sampai prajurit dalam tentara Soviet dilatih berpikir dalam istilah-istilah perang nuklir, biologi, dan kimia. Dua puluh lima prosen dari waktu latihan di lapangan, tentara Soviet diharuskan mengenakan pakaian perlindungan terhadap senjata kimia. Dari seluruh waktu latihan tempurnya, 12% digunakan untuk latihan perang nuklir, biologis, dan kimia. Di waktu damai pakaian pelindung dikenakan sampai delapan jam pada waktu latihan. Sejak masih di bangku sekolah, kaum muda Soviet sudah diindoktrinasi dengan berbagai hal mengenai perang kimia sebagai latihan dini. Anak-anak sekolah diajar memakai topeng gas, bahkan hansip Soviet pun dilatih dan dilengkapi alat-alat penangkal senjata kimia. Unsur pertahanan perang kimia mendapat tempat terhormat dalam Angkatan Perang Soviet. Ia tidak dipencilkan sebagai kegiatan jelas dua. Pasukan Kimia mendapat tempat yang baik dan dihormati, dan semua perwira militer Soviet diharuskan mengetahui serba sedikit tentang operasi perang kimia. Hambatan yang dialami Pasukan Perang Kimia bukan tidak ada. Secara terbuka diakui latihan hebat-hebatan upaya perang kimia tidak diikuti pada tingkat kesatuan. Para teknisi kimia banyak yang tidak tahu apa tugas mereka, sehingga para perwira terpaksa turun tangan mengatur. Kelemahan sistem pertahanan kimia Soviet ialah ia tidak ditujukan terhadap musuh yang akan menggunakan bahan kimia dalam perang terhadap mereka. Upaya pertahanan itu hanya untuk memungkinkan satuan-satuan Soviet bergerak cepat dan aman melalui daerah yang sudah mereka racuni sendiri. Karena pakaian pelindung itu begitu berat, dalam kondisi medan yang sulit, ketangkasan prajurit akan merosot setelah 20 sampai 30 menit mengenakan alat pengaman tersebut. Kepada dunia tentu saja Soviet tidak mengakui mereka terlibat dalam perang biologis. Mereka selalu mengatakan hanyalah kaum kapitalis yang menggunakan senjata mengerikan itu. Tapi suatu kecelakaan yang terjadi tahun 1979 di pabrik senjata biologis Soviet di Sverdslovsk telah menyingkapkan kegiatan sesungguhnya. Banyak penduduk sipil yang mati ketika itu. Sejak itu pula pihak Barat mencurigai Soviet banyak terlibat dalam perang biologis di samping mengembangkan cara-cara menangkisnya. Diperkirakan Soviet telah berhasil menciptakan zat-zat yang dapat menimbulkan penyakit sampar, kolera, anthrax, dan berbagai penyakit demam. Perang biologis bagi Soviet sama dengan perang bakteri. Tapi racun trichothecene yang terkandung dalam Hujan Kuning tidak dianggap sebagai senjata biologis -- meski berupa zat organik, racun ini tidak mereproduksikan sesuatu. Karena mahluk-mahluk biologis itu sulit menyimpan dan mengirimnya, makanya Soviet kurang menyukai senjata ini dibanding gas. Di antara sekutu Soviet hanya Angkatan Bersenjata Kuba yang mendapat latihan penuh perang kimia -- defensif maupun ofensif. Ada laporan-laporan, yang belum dipastikan kebenarannya, paling sedikit terdapat satu depot senjata kimia of ensif di Kuba. Meskipun depot ini hanya diisi sedikit senjata gas, dan untuk latihan saja, jika terjadi krisis Soviet bisa mengisinya lebih banyak. Dengan angkatan bersenjatanya yang sekarang, ditambah kemampuan perang kimia, Kuba sanggup menimbulkan kerusakan besar pada Amerika Serikat atau negara-negara Amerika Latin. Dari Hujan Kuning, Kilat, dan Blue X, sarat melihat bukti-bukti tentarg teknologi ofensif perang kimia Soviet yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Dan tidak ada alasan untuk menyimpulkan bahwa kemajuan teknologi persenjataan Soviet hanya berhenti pada ketiga jenis itu saja. Bukan tidak mungkin mereka sudah membuat gas yang lebih ampuh, tetapi belum pernah dicoba di lapangan, agar rahasianya jangan sampai jatuh ke tangan musuh mereka. Selama bertahun-tahun, reaksi Amerika terhadap perang kimia Soviet bagaikan sikap seekor burung unta: berpura-pura hal itu tidak ada dan dengan demikian akan lenyap sendirinya. Barulah sekarang sikap itu berubah. Angkatan Bersenjata AS kini sudah lebih banyak latihan, meskipun peralatan dan mutu latihan itu sendiri belumlah seefektif yang dicapai Inggris atau Jerman Barat. Seperti ditunjukkan oleh banyak bukti, kini menjadi jelas bahwa Soviet dan sekutu-sekutunya memang sudah menggunakan senjata kimia. Jelas pula bahwa Soviet akan berhenti memakai senjata kimia hanya bila lawan -- seperti Jerman di tahun 1941-1945 -- memiliki kemampuan dan terlatih mempertahankan diri sendiri serta sanggup pula berperang dengan persenjataan yang sama. Kalau kemampuan lawan kurang, Soviet akan menggunakan senjata kimia dan biologis, agar lawan yang tidak siap tidak bisa menduduki medan pertempuran. Itulah sebabnya Soviet sangat menekankan pula kemampuan defensif perang kimianya. Tanpa pertahanan diri yang kuat tak mungkin melancarkan serangan yang ampuh. Tidak adanya ancaman balasan yang serius dari pihak lawan, membuat posisi Soviet lebih mudah. Di samping perlengkapannya cukup, mereka juga terlatih menguasai taktik dan cara berpikir yang menganggap perang kimia bukan sesuatu yang khusus atau luar biasa. Tetapi bisa terjadi kapan dan di mana saja di medan perang modern. "Teror adalah bentuk operasi militer yang bisa dimanfaatkan," begitu Lenin pernah berkata. Bagi Soviet, peperangan bukan cuma dimenangkan dengan cara-cara yang disepakati atau menurut ukuran sopan-santun umum, juga dengan segala ikhtiar asal itu untuk sosialisme. Jadi dari landasan falsafahnya pun -- di samping militer penggunaan senjata kimia oleh Soviet merupakan sistem perang yang lengkap dan sudah dipikirkan masak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus