WUJUDNYA tidaklah menyeramkan seperti tank atau peluru kendali.
Ketika mengenai sasaran pun tidak disertai asap atau ledakan
menggelegar. Tapi daya bunuhnya ampuh luar biasa. Itulah senjata
kimia yang merupakan bagian dari sistem perang menyeluruh dan
terpadu Uni Soviet.
Mulai dari gudang senjata di Jerman Timur sampai ke
gunung-gunung tandus di Afghanistan senjata ini, terdapat dalam
jumlah melimpah, menyertai kehadiran tentara Soviet. Senjata
kimia, dalam sistem persenjataan Soviet, disejajarkan dengan
bom-bom atom. "Senjata pemusnah massal," tulis David C. Isby
dalam majalah Soldier of Fortune.
Karena itu pula pembuatan dan penyimpanannya dilakukan Soviet
secara besar-besaran. Tahu betul akan sifat khas alat pembunuh
ini, Soviet mengembangkan pula sistem perlindungan dan penangkis
racun gasnya (dekontaminasi) demi keselamatan pasukan sendiri.
Dengan alat pelindung dan dekontaminasi yang ampuh,
satuan-satuan Soviet bisa bergerak leluasa dalam perang kimia
setelah mereka melancarkan serangan dengan gas atau menangkis
serangan senjata kimia musuh.
Kini di seluruh Soviet terdapat lebih dari 50 tempat pembuatan
senjata kimia. Depot penyimpanan senjata kimia dan biologis
terdapat di 40 tempat di dalam negeri dan Eropa Timur.
Kemampuan Soviet melancarkan perang kimia tak ada tandingannya
di dunia. jenis-jenis gas yang terdapat dalam persenjataan
Soviet adalah:
Gas Yang Menimbulkan Perih. Lazim dikenal sebagai "gas air mata"
atau "pengendali huru-hara". Tidak mematikan dan tidak dilarang
Konvensi Jenewa 1925. Pernah digunakan tentara Vietnam Utara
terhadap pasukan AS. Dalam bentuk padat dipakai Soviet di
Afghanistan. Di Laos, tentara Vietnam Utara memasukkannya ke
dalam persediaan air penduduk. Kalau tertelan, gas ini bisa
mematikan, kalau dihirup menimbulkan rasa perih.
Gas Yang Melumpuhkan. Yang diserang bukan tubuh tapi kesadaran
seseorang. Gas BZ yang dikembangkan AS -- yang dasarnya LSD-25
-- tidak berhasil seperti Soviet. Dari Laos, Kamboja, dan
Afghanistan diterima laporan tentang sejenis gas yang dengan
cepat bisa menyebabkan rasa mual, pusing, dan tak sadar diri.
Nilai taktisnya jelas: bisa memenangkan pertempuran tanpa
pertumpahan darah. Tidak mematikan, dan bisa dipakai berdasar
ketentuan Konvensi Jenewa 1925.
Gas Yang Membuat Penderita Tercekik. Senjata ini dianggap sudah
kuno. Tapi paling mematikan dalam Perang Dunia I. Mematikan jika
dihirup, namun bisa dicegah dengan mengenakan masker gas biasa.
Terdapat bukti-bukti bahwa Soviet menggunakannya di Laos,
Kamboja, dan Afghanistan.
Gas Yang Membuat Muntah. Senjata ini juga dianggap kuno. Karena
cuma bisa digunakan pada pasukan yang tak mengenakan topeng gas.
Tak ada laporan penggunaannya oleh Soviet tahun-tahun belakangan
ini. Mungkin disimpan saja.
Gas Yang Menimbulkan Panas. Jenis pertama dari gas yang daya
kerjanya lama. Kalau dihirup bisa menyebabkan melepuh dan
menghancurkan paru-paru. Uapnya membuat kulit melepuh. Untuk
perlindungan perlu pakaian dalam yang tebal.
Gas Yang Merusak Darah. Bukan jenis baru, tapi bisa mematikan.
Supaya efektif jumlahnya harus banyak. Yang paling terkenal
ialah hidrogen cyanid. Soviet menyimpannya dalam jumlah besar.
Gas Yang Merusak Saraf. Merupakan senjata utama perang kimia
modern. Ditemukan oleh Jerman sebelum Perang Dunia II. Yang
disimpan dalam gudang senjata Soviet adalah jenis-jenis gas
Sarin (GB), Soman (GD, yang paling lazim), VR-55 (GD yang
diperkental), dan gas VX. Jika dihirup selama satu menit, orang
bersangkutan bisa mati seperempat jam kemudian. Daya kerjanya,
jika disemprotkan di suatu tempat, mulai dari beberapa jam
sampai berminggu-minggu. Orang atau peralatan yang kena semprot
harus dicuci benar-benar bersih. Terdapat bukti bahwa gas ini
digunakan Soviet di Afghanistan, Laos, Kamboja, dan Yaman (dalam
perang tahun 1963-1967).
Istilah gas beracun untuk senjata-senjata ini sebenarnya kurang
tepat. Karena banyak di antaranya berbentuk cairan. Hujan Kuning
yang terkenal itu wujudnya sendiri padat. Beberapa partikelnya
demikian keras, sehingga kalau jatuh kedengaran bunyinya.
Sebagian besar gas itu mematikan jika terisap paru-paru, atau
jika langsung terkena kulit dalam dosis besar.
Kegiatan Soviet dan Amerika Serikat di bidang teknologi gas
beracun dimulai pada titik yang sama -- ketika mereka menyita
gas saraf Jerman pada tahun 1945. Gas tersebut, Tabun, lebih
kuat daya bunuhnya daripada jenis senjata gas sebelumnya. Tahun
1950-an dan 1960-an berhasil diciptakan senjata gas saraf yang
lebih ampuh. Tapi kalau usaha penelitian dan pengembangan
senjata kimia Soviet semakin mantap dan maju, Amerika Serikat
malah maju-mundur. Tahun 1970-an ketinggalan AS semakin jauh,
sehingga tak mungkin menandingi Soviet.
Tingkat kemajuan Soviet di bidang teknologi senjata kimia
sedemikian majunya, sehingga pihak Barat mengalami kesulitan
untuk memahaminya -- konon pula mempersiapkan daya tangkisnya.
Itulah sebabnya mengapa pihak Barat menghabiskan waktu begitu
lama hanya untuk menentukan apa Hujan Kuning itu.
Senjata gas baru Soviet yang paling mengerikan namanya Kilat
(The Flash). Bukti keampuhannya ditemukan di Afghanistan:
sepasukan gerilyawan dalam posisi siap tempur, membidik senapan
mereka ke suatu sasaran, dengan badan yang sudah kaku. Mereka
terkena senjata gas Kilat -- begitulah hebat daya bunuhnya.
Gas apa saja yang terkandung dalam senjata Kilat, bagaimana cara
kerjanya, seberapa banyak tersedia dalam simpanan Soviet, atau
apakah AS memiliki alat pelindung yang efektif terhadapnya,
semua itu tidak jelas. Ahli-ahli Amerika hanya bisa menjelaskan
korban yang mati karena gas ini "memang lupa bernapas". Dari
laporan-laporan yang masuk di AS diketahui senjata ini pernah
dipakai dalam Perang Yaman. Laporan lain, yang belum dipastikan
kebenarannya, menyatakan senjata ini juga dipakai terhadap
gerilyawan Eritrea.
Jenis Blue-X termasuk senjata kimia baru Soviet yang dikenal
lebih luas. Keampuhan senjata ini ialah dengan seketika
melumpuhkan kesadaran korbannya. Laporan-laporan mengatakan
Blue-X dipakai di Laos, Kamboja, dan Afghanistan, juga dalam
sengketa perbatasan dengan RRC tahun 1969. Sifat Blue-X tidak
diketahui pihak Barat, kecuali ia tidak mematikan, dan karena
itu tidak termasuk yang dilarang dalam Protokol Jenewa 1925.
Racun tricothecene yang terkandung dalam jenis ketiga senjata
kimia baru Soviet dikenal dengan nama Hujan Kuning. Dikembangkan
dari jamur roti yang sudah mewabah ratusan tahun di Soviet, gas
ini mengandung jenis racun baru. Keampuhannya 100 kali lebih
efektif daripada zat pelumpuh saraf. Tapi sulit dilacak --
bahkan dengan alarm antigas buatan AS yang paling peka pun.
Partikel-partikelnya demikian halus, sehingga bisa menembus
saringan topeng gas yang biasa.
Soviet sendiri tampak belum punya alat pelindung yang ampuh
terhadap senjata ciptaannya ini. Tak heran kalau di Afghanistan
senjata tersebut digunakan di daerah pertempuran di mana tak ada
pasukan Soviet beroperasi. Kalau tidak, bisa-bisa senjata "makan
tuan".
Kerusakan ekonomis akibat Hujan Kuning luar biasa pula. Sekali
semprot nilai kerusakan dan kehancuran yang diakibatkannya sama
dengan operasi besar-besaran satu pasukan darat. Dan tanpa
korban di pihak penyerang.
Soviet menyadari bahwa gerilyawan yang bergerak di antara rakyat
bagaikan ikan dalam laut. Dengan Hujan Kuning mereka
mengeringkan laut itu. Karena, bagi Soviet, jika rakyat
Afghanistan tetap berada di negerinya, berarti mereka bisa
membantu gerilyawan. Lebih baik rakyat dibunuh saja, atau diusir
ke Pakistan dan jadi beban negara itu.
Untuk mempertahankan suatu medan pertempuran yang strategis,
Soviet menggunakan gas yang daya kerjanya tidak tahan lama. Gas
itu bisa disemprotkan dari udara atau dari permukaan tanah. Cara
kerjanya lebih lambat dan perlu dosis lebih tinggi, tapi
bermanfaat sebagai pelindung gerakan pasukan di medan. Agar
lebih efektif digunakan lebih dari satu jenis gas. Semprotan
hidrogen cyanid, misalnya, bisa menyumbat filter topeng gas
tentara AS. Sementara mereka kalang-kabut mengurusi topeng
gasnya, Soviet menyemprotkan gas lain yang lebih ampuh untuk
mematikan.
Hampir semua senjata Soviet, yang besarnya sama dengan mortir
kaliber 120 mm, bisa menembakkan proyektil-proyektil kimia.
Semua jenis meriam -- terutama howitzer standar 122 mm dan 152
mm -- bisa digunakan sebagai alat untuk menembakkan
peluru-peluru kimia.
Unit-unit artileri Soviet tidak dirancang untuk berfungsi ganda
secara otomatis. Jika gas akan dipakai meriam-meriam itu diberi
alat khusus. Perkiraan mengenai jumlah peluru gas dalam gudang
senjata Soviet berbeda-beda. Tetapi sumbersumber yang dipercaya
menaksir sekitar 5% dari jumlah seluruh amunisi.
Peluncur roket serbaguna merupakan senjata Soviet terbaik untuk
menembakkan peluru-peluru gas di garis depan. Peluncur roket itu
dipasang pada truk. Tapi ada juga roket gas yang bisa dibawa
secara perorangan oleh pasukan khusus.
Persiapan defensif merupakan upaya Soviet dalam perang kimia.
Karena kelemahan senjata kimia yang dipakai AS, Soviet
sesungguhnya tidak punya rencana menggunakan secara luas gas
beracun terhadap lawannya ini. Barulah akhir 1970-an tentara AS
mulai menganggap serius perang kimia defensif, tapi toh tak
banyak manfaatnya mengimbangi Soviet.
Perang kimia defensif Soviet menjadi tanggung jawab Pasukan
Militer Kimia (Voenno Khimicheskaya Voiska). Dipimpin oleh Wakil
Menteri Pertahanan, satuan berkekuatan 100.000 orang itu
bertugas di semua unit militer Soviet -- bukan hanya Angkatan
Darat. Mereka juga ahli dalam melacak senjata kimia, melakukan
pengintaian, dan penangkalan racun (dekontaminasi) untuk
personil dan peralatannya. Mereka juga melatih ahli-ahli kimia
dalam pasukan Soviet.
Kemampuan defensif rata-rata pasukan Soviet tidak pula bisa
diabaikan. Mereka itu diperlengkapi dengan sistem perlindungan
kolektif. Barisan terdepan kendaraan tempur infantri Soviet,
BTR-60PB APC dan BMP, dilengkapi penangkal terhadap senjata
kimia. Juga tank-tank Soviet. Pasukan Soviet, yang jalan kaki
atau berkendaraan, dilengkapi pula dengan alat-alat defensif
yang sangat efektif: "tablet anti radiasi", serta alat
dekontaminasi senjata dan orang.
Di antara sekian banyak perlengkapan dekontaminasi Pasukan
Militer Kimia yang paling menonjol adalah TMS-65. Dalam tiga
menit alat ini bisa membersihkan racun gas dari tank dengan
menggunakan panas dan cairan penangkal. Alat-alat dekontaminasi
ini bisa pula digunakan untuk tujuan bukan perang: penyemprot
asap, pelumer es, atau penyemprot insektisida biasa.
Yang lebih mendasar dari semua itu adalah persiapan latihan
untuk perang kimia defensif. Mulai dari marsekal sampai prajurit
dalam tentara Soviet dilatih berpikir dalam istilah-istilah
perang nuklir, biologi, dan kimia. Dua puluh lima prosen dari
waktu latihan di lapangan, tentara Soviet diharuskan mengenakan
pakaian perlindungan terhadap senjata kimia. Dari seluruh waktu
latihan tempurnya, 12% digunakan untuk latihan perang nuklir,
biologis, dan kimia. Di waktu damai pakaian pelindung dikenakan
sampai delapan jam pada waktu latihan.
Sejak masih di bangku sekolah, kaum muda Soviet sudah
diindoktrinasi dengan berbagai hal mengenai perang kimia sebagai
latihan dini. Anak-anak sekolah diajar memakai topeng gas,
bahkan hansip Soviet pun dilatih dan dilengkapi alat-alat
penangkal senjata kimia.
Unsur pertahanan perang kimia mendapat tempat terhormat dalam
Angkatan Perang Soviet. Ia tidak dipencilkan sebagai kegiatan
jelas dua. Pasukan Kimia mendapat tempat yang baik dan
dihormati, dan semua perwira militer Soviet diharuskan
mengetahui serba sedikit tentang operasi perang kimia.
Hambatan yang dialami Pasukan Perang Kimia bukan tidak ada.
Secara terbuka diakui latihan hebat-hebatan upaya perang kimia
tidak diikuti pada tingkat kesatuan. Para teknisi kimia banyak
yang tidak tahu apa tugas mereka, sehingga para perwira terpaksa
turun tangan mengatur.
Kelemahan sistem pertahanan kimia Soviet ialah ia tidak
ditujukan terhadap musuh yang akan menggunakan bahan kimia dalam
perang terhadap mereka. Upaya pertahanan itu hanya untuk
memungkinkan satuan-satuan Soviet bergerak cepat dan aman
melalui daerah yang sudah mereka racuni sendiri. Karena pakaian
pelindung itu begitu berat, dalam kondisi medan yang sulit,
ketangkasan prajurit akan merosot setelah 20 sampai 30 menit
mengenakan alat pengaman tersebut.
Kepada dunia tentu saja Soviet tidak mengakui mereka terlibat
dalam perang biologis. Mereka selalu mengatakan hanyalah kaum
kapitalis yang menggunakan senjata mengerikan itu. Tapi suatu
kecelakaan yang terjadi tahun 1979 di pabrik senjata biologis
Soviet di Sverdslovsk telah menyingkapkan kegiatan sesungguhnya.
Banyak penduduk sipil yang mati ketika itu. Sejak itu pula pihak
Barat mencurigai Soviet banyak terlibat dalam perang biologis di
samping mengembangkan cara-cara menangkisnya.
Diperkirakan Soviet telah berhasil menciptakan zat-zat yang
dapat menimbulkan penyakit sampar, kolera, anthrax, dan berbagai
penyakit demam.
Perang biologis bagi Soviet sama dengan perang bakteri. Tapi
racun trichothecene yang terkandung dalam Hujan Kuning tidak
dianggap sebagai senjata biologis -- meski berupa zat organik,
racun ini tidak mereproduksikan sesuatu. Karena mahluk-mahluk
biologis itu sulit menyimpan dan mengirimnya, makanya Soviet
kurang menyukai senjata ini dibanding gas.
Di antara sekutu Soviet hanya Angkatan Bersenjata Kuba yang
mendapat latihan penuh perang kimia -- defensif maupun ofensif.
Ada laporan-laporan, yang belum dipastikan kebenarannya, paling
sedikit terdapat satu depot senjata kimia of ensif di Kuba.
Meskipun depot ini hanya diisi sedikit senjata gas, dan untuk
latihan saja, jika terjadi krisis Soviet bisa mengisinya lebih
banyak. Dengan angkatan bersenjatanya yang sekarang, ditambah
kemampuan perang kimia, Kuba sanggup menimbulkan kerusakan besar
pada Amerika Serikat atau negara-negara Amerika Latin.
Dari Hujan Kuning, Kilat, dan Blue X, sarat melihat bukti-bukti
tentarg teknologi ofensif perang kimia Soviet yang tak pernah
terbayangkan sebelumnya. Dan tidak ada alasan untuk menyimpulkan
bahwa kemajuan teknologi persenjataan Soviet hanya berhenti pada
ketiga jenis itu saja. Bukan tidak mungkin mereka sudah membuat
gas yang lebih ampuh, tetapi belum pernah dicoba di lapangan,
agar rahasianya jangan sampai jatuh ke tangan musuh mereka.
Selama bertahun-tahun, reaksi Amerika terhadap perang kimia
Soviet bagaikan sikap seekor burung unta: berpura-pura hal itu
tidak ada dan dengan demikian akan lenyap sendirinya. Barulah
sekarang sikap itu berubah. Angkatan Bersenjata AS kini sudah
lebih banyak latihan, meskipun peralatan dan mutu latihan itu
sendiri belumlah seefektif yang dicapai Inggris atau Jerman
Barat.
Seperti ditunjukkan oleh banyak bukti, kini menjadi jelas
bahwa Soviet dan sekutu-sekutunya memang sudah menggunakan
senjata kimia. Jelas pula bahwa Soviet akan berhenti memakai
senjata kimia hanya bila lawan -- seperti Jerman di tahun
1941-1945 -- memiliki kemampuan dan terlatih mempertahankan diri
sendiri serta sanggup pula berperang dengan persenjataan yang
sama. Kalau kemampuan lawan kurang, Soviet akan menggunakan
senjata kimia dan biologis, agar lawan yang tidak siap tidak
bisa menduduki medan pertempuran.
Itulah sebabnya Soviet sangat menekankan pula kemampuan defensif
perang kimianya. Tanpa pertahanan diri yang kuat tak mungkin
melancarkan serangan yang ampuh.
Tidak adanya ancaman balasan yang serius dari pihak lawan,
membuat posisi Soviet lebih mudah. Di samping perlengkapannya
cukup, mereka juga terlatih menguasai taktik dan cara berpikir
yang menganggap perang kimia bukan sesuatu yang khusus atau luar
biasa. Tetapi bisa terjadi kapan dan di mana saja di medan
perang modern.
"Teror adalah bentuk operasi militer yang bisa dimanfaatkan,"
begitu Lenin pernah berkata. Bagi Soviet, peperangan bukan cuma
dimenangkan dengan cara-cara yang disepakati atau menurut ukuran
sopan-santun umum, juga dengan segala ikhtiar asal itu untuk
sosialisme. Jadi dari landasan falsafahnya pun -- di samping
militer penggunaan senjata kimia oleh Soviet merupakan sistem
perang yang lengkap dan sudah dipikirkan masak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini