Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Gelas Penuh Calon Legislator

Meski banyak legislator masuk bui, tak perlu sinis pada politik dan calon anggota legislatif. Inilah 11 kandidat anggota DPR yang layak Anda pilih: dari aktivis antikorupsi hingga ustad yang memperjuangkan kebebasan religi.

24 Maret 2014 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TAK mudah mengingat wajah-apalagi nama-para calon legislator yang posternya terpampang di sudut-sudut Tanah Air belakangan ini. Pose dan senyum mereka terbilang seragam. Slogan yang mereka usung sama dan sebangun. Sebagian besar cuma numpang beken: memajang foto ketua umum partai atau calon presiden yang mereka usung.

Tak banyak pemilih yang mengenal mereka. Menurut jajak pendapat nasional hasil kerja sama Tempo dengan Indikator Politik Indonesia, hampir separuh responden menyatakan sama sekali tidak mengetahui calon legislator di daerah pemilihannya. Setidaknya 40 persen hanya tahu sebagian kecil. Cuma secuil (6,7 persen) yang mengenal semua atau sebagian besar kandidat.

Angka itu mengerikan. Sebab, 560 dari 6.608 orang dalam daftar calon tetap Komisi Pemilihan Umum tersebut akan terpilih menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat. Mereka akan menyusun pelbagai undang-undang, membahas anggaran aneka proyek, juga mengawasi kerja eksekutif. Belasan ribu kandidat lain berebut kursi Dewan di 34 provinsi, 413 kabupaten, serta 92 kota di seluruh Indonesia. Duduk di kursi legislatif, mereka adalah "kucing dalam karung" yang "dibeli" warga dengan informasi terbatas.

Pemilihan umum semestinya bukan sekadar hamparan wajah tersenyum yang menempel di pohon, tembok, tiang listrik, dan jembatan tiap lima tahun. Juga bukan riuh ribuan orang yang memamerkan aneka gelar pendidikan-termasuk haji atau hajjah-di spanduk dan baliho berbagai ukuran.

Pemilu seharusnya menjadi momentum masyarakat untuk memilih calon terbaik. Calon-calon itu semestinya telah memupuk kepercayaan dari masyarakat dalam rentang waktu yang panjang. "Perjuangan" mereka telah dirasakan masyarakat sejak jauh-jauh hari. Pengisi daftar calon, dengan begitu, bukan melulu orang-orang yang dekat dengan pemimpin partai, keluarga elite, atau selebritas yang cuma mengandalkan paras.

Barack Obama adalah sebuah ilustrasi. Jauh sebelum ia berkampanye sebagai calon anggota Senat Amerika Serikat pada 2004, masyarakat Negara Bagian Illinois telah menyaksikan banyak aktivitasnya. Obama mensponsori aturan yang meningkatkan kredit bagi pekerja berpendapatan rendah, reformasi kesejahteraan sosial, dan mempromosikan peningkatan subsidi perawatan anak. Ia menang mutlak pada saat pemilihan.

l l l

EDISI khusus ini disusun dengan semangat mencari legislator sadik di tengah pesimisme publik terhadap politik dan partai politik. Tak bisa ditolak, pada periode sebelumnya, mereka yang baik-pembela orang kecil, aktivis mahasiswa idealis-berubah durjana setelah menjadi legislator. Uang dan kekuasaan memang melenakan. Sebagian dari mereka jadi pesakitan Komisi Pemberantasan Korupsi. Yang lain mengepalkan tinju di layar televisi mengumpat penegak hukum yang menggelandang para koruptor.

Bisakah orang-orang baik itu ditemukan? Adakah jaminan bahwa mereka akan tetap istikamah setelah nanti terpilih? Jika demikian, buat apa mereka dicari dan dipromosikan? Edisi khusus ini dibuat justru dipakai untuk "memagari" para kandidat. Perkataan dan janji-janji mereka-yang direkam dalam sesi wawancara-akan diingat sebagai tepukan di punggung agar tetap sadik.

Proses mencari "si baik" itu mula-mula dilakukan dengan membuka pengumuman di situs Tempo.co. Pembaca diminta memberi masukan tentang para calon legislator, yang menurut mereka patut masuk daftar unggulan. Kami membatasi hanya calon baru yang boleh diajukan. Inkumben dicoret dari daftar.

Ratusan posting masuk ke jalur ini. Tapi kami menemukan fakta yang tak mengenakkan: beberapa kandidat diusulkan oleh para pemandu sorak di dunia maya-pengusul yang menggunakan komputer dengan alamat digital yang sama. Agar usul semakin variatif, kami juga membuka pengumuman melalui media sosial Twitter dan Facebook.

Tim juga mengundang aktivis Koalisi Bersih 2014, gabungan beberapa organisasi non-pemerintah yang mengkampanyekan calon legislator bersih. Mereka adalah Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan, Indonesia Corruption Watch, Pusat Studi Hukum dan Kebijakan (PSHK) Indonesia, serta Wahana Lingkungan Hidup Indonesia.

Diskusi dilakukan pada Senin malam, 10 Februari 2014. Hadir antara lain Koordinator Badan Pekerja Kontras Haris Azhar, Direktur Eksekutif Walhi Abednego Tarigan, dan Direktur Eksekutif PSHK Eryanto Nugroho. Ucok Sky Khadafi, Direktur Investigasi dan Advokasi Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra), juga diundang untuk menyampaikan hasil penelitian tentang kinerja anggota Dewan 2009-2014 yang mencalonkan lagi.

Koalisi Bersih 2014 memberikan sejumlah nama. Para aktivis mencoret calon dari beberapa partai yang menurut mereka dipimpin oleh pelanggar hak asasi manusia. Terhadap syarat yang terakhir, kami berbeda pendapat dengan Koalisi.

Asumsi yang kami pakai adalah orang baik semestinya ada bahkan di tempat yang paling buruk. "Mutiara-mutiara" itulah yang justru sedang dicari. Kami juga mengabaikan elemen partai dalam penjurian ini. Calon legislator sadik itu bisa datang dari partai mana pun karena, buat mereka, partai cuma kendaraan. Kesetiaan kepada publik diharapkan melebihi kesetiaan kepada partai.

Tim edisi khusus juga menyisir daftar calon tetap yang dikeluarkan Komisi Pemilihan Umum. Selain itu, kami meminta masukan dari Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), yang juga peduli pada isu "caleg bersih" ini. Tim juga meminta nama dari partai politik. Ada partai yang bersemangat mengajukan kandidat. Sebagian lainnya memilih jurus cuek bebek.

Lewat proses penjaringan, terkumpullah 44 calon legislator. Melalui serangkaian diskusi, tim memotong daftar menjadi tinggal 22 calon dari 11 partai politik di berbagai daerah.

Reporter Tempo melacak 22 nama itu sebagai bagian dari verifikasi. Tak ada temuan yang bisa menggugurkan nama dalam daftar. Walhasil, 22 orang itu kami ajukan ke panel penilai, yaitu dosen politik Universitas Indonesia, Andrinof Chaniago; Sekretaris Jenderal Transparency International Indonesia Dadang Trisasongko; dosen hubungan internasional Universitas Indonesia, Ani Soetjipto; analis Migrant Care, Wahyu Susilo; dan peneliti Pusat Penelitian Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Zamroni Salim.

Diskusi dengan panel dilakukan seharian pada 6 Maret 2014. Kelima panelis sepakat menyatakan tujuh calon bersih tanpa syarat, empat kandidat yang perlu dicek ulang, dan tiga calon dipilih dengan catatan. Delapan lainnya dicoret dengan sejumlah pertimbangan.

Berbekal hasil diskusi, tim melacak lebih detail semua informasi yang berkaitan dengan 14 calon. Nama mereka juga dikirim untuk dimintakan klarifikasi ke KPK serta Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan. Belakangan, berbekal sejumlah informasi, redaksi mencoret tiga nama. Akhirnya hanya 11 calon legislator yang masuk daftar akhir.

Kesebelasnya jelas tak ada apa-apanya dibandingkan dengan 6.000-an calon legislator lain. Tak juga bagi 560 orang anggota Dewan yang akan terpilih. Dengan kata lain, 11 adalah angka yang lebih menggambarkan harapan ketimbang perimbangan.

Edisi khusus ini adalah ikhtiar untuk menga-barkan kepada publik bahwa tak semua calon hanya pandai nampang di poster dan spanduk. Daftar ini juga melengkapi blog bersih2014.net yang dibuat Koalisi Bersih 2014 dan situs www.jariungu.com yang dibuat sejumlah aktivis sebagai sarana pendidikan pemilih.

Alih-alih mewanti-wanti publik tentang bahaya politikus busuk, menyusun daftar politikus sadik mungkin terasa lebih positif. Memilih yang sadik dalam pemilu sama artinya dengan tak memilih mereka yang busuk. Optimisme itu yang hendak dipelihara: seperti mengatakan sebuah gelas setengah penuh meski sebenarnya ia setengah kosong.


Tim Edisi Khusus Calon Legislator Pilihan Tempo 2014
Penanggung jawab: Budi Setyarso Kepala proyek: Jobpie Sugiharto (koordinator), Dody Hidayat, Dwi Wiyana, Jajang Jamaludin Penulis: Budi Setyarso, Dody Hidayat, Dwi Wiyana, Jajang Jamaludin, Rusman Paraqbueq, Akbar Tri Kurniawan, Retno Sulistyowati, Kartika Candra, Mustafa Silalahi, Agung Sedayu, Mahardika Satria Hadi, Ngarto Februana, Isma Savitri, Yuliawati Penyunting: Arif Zulkifli, Budi Setyarso, Tulus Wijanarko, M. Taufiqurohman, Purwanto Setiadi, Bina Bektiati, Wahyu Dhyatmika, L.R. Baskoro, Setri Yasra, Seno Joko Suyono, Idrus F. Sahab, Mardiyah Chamim, Yosep Suprayogi, Yos Rizal Suriaji, Jobpie Sugiharto, Widiarsi Agustina, Bagja Hidayat, Dwi Wiyana, Jajang Jamaludin, Dody Hidayat Penyumbang bahan: Dody Hidayat, Rusman Paraqbueq, Maria Rita Hasugian, Mustafa Silalahi, Kartika Candra, Febriyan, Retno Sulistyowati, Mahardika Satria Hadi, Akbar Tri Kurniawan, Rosalina, Martha Ruth Thertina, Ngarto Februana, Evan Kusumah, Riyan Novitra (Pekanbaru), Aseanty Pahlevi (Kalimantan Barat), Boedhy Nurgianto (Maluku Utara), Rofiqi Hasan (Bali), Hari Tri Wasono (Blitar), David Priyasidharta (Surabaya), Diananta P. Sumedi (Banjarmasin), Nanang Sutisna (Subang), Ivansyah (Majalengka), Nofika Dian Nugroho (Ponorogo), Ika Ningtyas (Banyuwangi), Imran R.A. (Lhokseumawe), Adi Warsidi (Banda Aceh), Febrianti (Payakumbuh), Dinda Leo Listy (Pekalongan, Brebes, Batang), Shinta Maharani (Magelang), Sohirin (Semarang), Ukky Primartantyo (Sragen), Rosnia Fikri Tahir (Kendari), Risanti (Bandung), Parliza Hendrawan (Palembang) Redaktur bahasa: Uu Suhardi, Sapto Nugroho, Iyan Bastian Periset foto: Jati Mahatmaji, Ijar Karim Pengolah foto: Anindyajati Handaruvitri Desain: Agus Darmawan Setiadi Djunaedi, Eko Punto Pambudi, Gatot Pandego, Rizal Zulfadli, Tri Watno Widodo Properti foto: Iwan Iswandi, Solehudin, Gendar Darsono, Agus Hermawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus