Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Arianto A. Patunru*
Ilmu ekonomi, seperti disiplin lain, seharusnya bersifat lintas bahasa. Disampaikan dalam bahasa apa pun seharusnya ia bermakna sama. Namun ternyata ia tak luput dari bias terjemahan. Istilah ekonomi banyak yang mengalami pergeseran makna setelah melalui transformasi bahasa. Contoh yang paling sering muncul adalah opportunity cost dan economies of scale.
Opportunity cost sering diterjemahkan menjadi "biaya kesempatan". Tentu, secara harfiah, penerjemahan ini sah. Namun banyak orang sulit memahami istilah tersebut dalam konteks ilmu ekonomi. Ketika seseorang membaca kolom ini, ada kesempatan lain yang ia abaikan. Misalnya, ia bisa mengerjakan tugas kantor (atau berenang, atau tidur, tapi katakanlah alternatif terbaiknya adalah mengerjakan tugas kantor). Maka nilai atau manfaat dari mengerjakan tugas adalah opportunity cost dari membaca kolom ini. Sekadar menerjemahkan istilah itu menjadi "biaya peluang" bisa mereduksi maknanya. Orang bisa saja membayangkan harga majalah ini sebagai proksi "biaya kesempatan" membaca kolomnya. Sedangkan opportunity cost yang sesungguhnya adalah nilai dari mengerjakan tugas kantor-bisa berupa bonus atau sekadar kepuasan memenuhi tenggat. Harga dari majalah di sini adalah konsep yang lain, yaitu sunk cost, atau biaya yang tak dapat diganti lagi. Ia tidak relevan dalam keputusan memilih membaca kolom atau mengerjakan tugas kantor.
Contoh berikutnya adalah economies of scale atau scale economies. Sering kali di Indonesia istilah ini diterjemahkan menjadi "skala ekonomi" atau "skala ekonomis". Dilihat dari struktur Inggris-Indonesia saja ini sudah salah (hukum DM-MD). Celakanya, bahkan banyak yang mengubah istilah bahasa Inggris ini menjadi economics of scale (yang tentunya semakin distortif ketika diterjemahkan: ilmu ekonomi tentang skala). Yang benar-jika memang harus diterjemahkan-adalah "ekonomi skala". Namun, seperti "biaya kesempatan", ia menjadi miskin makna. Lalu apa arti sesungguhnya? Seorang penjual kue yang memproduksi 100 potong per hari mungkin akan menjual kuenya pada harga per unit yang lebih mahal ketimbang jika ia bisa menghasilkan 500 potong per hari, karena biaya produksi per unitnya menjadi lebih rendah. Kondisi inilah-turunnya biaya produksi per unit karena biaya tetapnya (misalnya biaya sewa lapak) dibagi dengan jumlah output yang lebih banyak-yang disebut economies of scale.
Poin dari pembahasan di atas adalah bahwa dalam ilmu ekonomi (dan mungkin disiplin lain), penerjemahan istilah adalah sesuatu yang sulit dan kompleks. Secara literal mudah saja menemukan padanan. Namun makna sesungguhnya menjadi kabur, kalau tidak distortif. Lantas bagaimana solusinya? Saya kira penerjemahan tidak usah dipaksakan. Walaupun "nilai dari kesempatan alternatif" terdengar lebih panjang ketimbang "biaya kesempatan", secara makna ia lebih dekat kepada opportunity cost. Demikian juga "jumlah produksi yang menyebabkan turunnya biaya per unit" lebih dekat kepada economies of scale ketimbang "ekonomi skala" (apalagi "skala ekonomi"). Pada akhirnya, pemahaman lebih penting daripada sekadar menemukan padanan. Kekeliruan memaknai opportunity cost menyebabkan orang sulit mengapresiasi trade-off (nah, ini apa terjemahannya?). Misalnya, biaya (ekonomi) dari subsidi bahan bakar minyak bukanlah dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang digunakan untuk itu, melainkan banyaknya proyek infrastruktur yang bisa dibiayai oleh jumlah uang yang sama.
Jika begitu, apakah penerjemahan istilah ekonomi selalu murung? Tentu tidak. Ada contoh-contoh sukses. Satu dari bidang makro adalah "neraca transaksi berjalan", sebagai terjemahan dari current account. Neraca pembayaran (balance of payment) terdiri atas neraca transaksi berjalan, neraca aliran modal, dan penyesuaian. Menerjemahkan current menjadi "berjalan" tepat karena ia mengingatkan kita bahwa ia adalah konsep aliran (flow), bukan stok (stock). Sangat penting dalam ekonomi untuk dapat membedakan stok dan aliran. Stok adalah sisa atau kondisi akumulatif terakhir. Aliran adalah perubahan pada stok. Modal adalah contoh stok, sedangkan investasi adalah sebuah konsep aliran: perubahan pada modal. Di Malaysia ada istilah "akaun semasa", yang secara literal adalah benar padanan current account. Tapi ada potensi masalah di sini. "Akaun semasa" bisa mengacu kepada konsep makro (current account sebagai komponen dari neraca pembayaran), tapi juga kepada konsep mikro (current account sebagai istilah di Inggris untuk jenis tabungan yang padanya dapat ditarik cek-istilah di Amerika lebih tegas: checking account). Maka "neraca transaksi berjalan" terdengar lebih pas. Ia pun konsisten dengan konsep yang lain, seperti current price atau "harga berlaku" sebagai kontra constant price atau "harga konstan", harga acuan pada satu waktu yang tetap. Mungkin karena itu pula, di Malaysia, banyak juga yang menggunakan "neraca berjalan".
*)Peneliti Australian National University
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo