Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Turun Gunung Aktivis Kedung Ombo

Menghabiskan separuh umur membela hak asasi manusia, dia terjun ke panggung politik. Terinspirasi Joko Widodo.

24 Maret 2014 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

GELAP mulai mencengkeram malam di Desa Buruan, Gianyar, Bali, Rabu tiga pekan lalu. Pada saat itulah kegiatan di rumah politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Nyoman Arjawa, baru dimulai. Perwakilan pemuda banjar, sekaa teruna-teruni (karang taruna), perkumpulan seniman gong (gamelan), dan klub olahraga mulai berdatangan. Sejumlah penyandang disabilitas dari Yayasan Senang Hati, Bali, juga ikut berkumpul.

Malam itu mereka meriung karena kedatangan tamu spesial: I Gusti Agung Putri Astrid Kartika, calon legislator dari PDI Perjuangan untuk Dewan Perwakilan Rakyat daerah pemilihan Bali. Pertemuan yang diikuti sekitar 250 peserta itu dikemas sebagai mesimakrama (pertemuan informal) untuk saling mengenal dan mendengarkan.

"Saya ke sini untuk belajar memahami masalah yang ada," kata Gung Tri-perempuan 47 tahun ini biasa disapa-setelah memperkenalkan diri. Apabila masalah sudah diketahui, "Mari kita pecahkan bersama," ujarnya kepada peserta pertemuan.

Soal pendekatan kepada warga seperti ini, secara blakblakan ia mengaku banyak belajar dari Joko Widodo, mantan Wali Kota Surakarta, sewaktu merebut kursi Gubernur DKI Jakarta. Menurut Gung Tri, yang juga Pendiri Relawan Penggerak Jakarta Baru 2012, Jokowi selalu memulai dari memahami masalah yang riil melalui metode blusukan sebelum mengambil keputusan sesuai dengan kewenangannya.

Resep ala Jokowi ditempuh Gung Tri lantaran kampanye dinilai bukan sebagai ajang menebar janji dan transaksi. Bagi alumnus Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga, Surabaya, ini, kampanye adalah cara agar calon legislator dan masyarakat sama-sama belajar mengembalikan porsi anggota legislatif. "Anggota DPR bukan Sinterklas, melainkan lembaga politik yang mengawal proses terwujudnya aspirasi," katanya.

Gung Tri tak banyak memasang spanduk dan poster untuk mengenalkan dirinya kepada calon pemilih. Kalaupun ada, spanduk dan poster itu dipasang di lokasi tertentu milik keluarga atau kenalan dekat.

Menurut Gung Tri, spanduk dan poster semacam itu kurang efektif. Karena itu, selain memanfaatkan media sosial, seperti Facebook, dia lebih banyak berkampanye dengan terjun langsung ke masyarakat, membagi-bagikan brosur, lalu berdiskusi. Tak hanya dengan komunitas Hindu, Ketua Departemen Bidang Hukum, Hak Asasi Manusia, dan Perundang-undangan DPP PDI Perjuangan ini tak sungkan bertemu dengan anggota jemaah pengajian. "Orangnya mudah bergaul," ucap Ita Rofiq, ketua kelompok pengajian Al-Muhajirin, Denpasar.

Untuk kepentingan kampanye, Gung Tri menyiapkan dana sekitar Rp 300 juta. Dana itu didapat dari tabungan serta bantuan teman dan keluarga. Meski keluar uang ratusan juta, ia mengaku belum memikirkan cara agar duitnya kembali. "Saya ikhlaskan untuk partisipasi pada pendidikan politik rakyat," katanya.

Bergaul, berdiskusi, dan berusaha mencarikan solusi memang bukan hal baru bagi perempuan berdarah bangsawan ini. Keturunan keluarga Puri Kapal, Mengwi-kerajaan di Bali yang berdiri pada 1690-1891-itu sudah malang-melintang melakukan advokasi, terutama untuk kalangan yang terpinggirkan.

Pada 1989, saat usianya 22 tahun, Gung Tri membela warga Kedung Ombo, Jawa Tengah, yang tanahnya digusur pemerintah. Selepas itu, ada bejibun kegiatan dengan napas senada, baik kasus yang terjadi di Bali maupun di luar Bali. Yang paling anyar, antara lain, ia membela para pedagang yang tersingkir dalam proses renovasi Bandar Udara Ngurah Rai, Bali, pada 2013.

Gung Tri pernah menjadi Direktur Eksekutif Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (Elsam), juga konsultan dan evaluator Komisi Nasional Anti-kekerasan terhadap Perempuan. Ia pun aktif memperjuangkan sejumlah kebijakan, antara lain revisi Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang lebih melindungi hak warga dan hak perempuan.

Gung Tri bergabung dengan PDI Perjuangan menjelang Pemilihan Umum 2009. Kala itu, ia menjadi calon legislator PDI Perjuangan nomor 6 untuk daerah pemilihan Bali. Partai ini dipilih karena ada kesamaan komitmen untuk memperjuangkan wong cilik. Meski gagal melenggang ke Senayan tahun itu, Gung Tri tetap loyal. Pada pemilihan umum kali ini, ia kembali mencoba peruntungan. Aktivitas dan perjuangan politik Gung Tri mengacu pada ajaran Bung Karno: berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi, dan berkepribadian secara kebudayaan.

"Kita butuh perempuan yang bisa menjadi loudspeaker untuk perjuangan perempuan," ujar direktur lembaga swadaya masyarakat perempuan Bali Sruti, Luh Riniti Rahayu, ihwal pencalonan Gung Tri. Adapun menurut aktivis lingkungan Agung Alit, kehadiran sosok seperti Gung Tri tepat. "Saat ini citra DPR sedang jatuh dan rakyat kurang percaya," katanya. "Kita butuh figur-figur yang menyegarkan."


Bagaimana sikap Anda jika diminta- partai mencari proyek?

Bila ada penugasan seperti itu, tentu saya akan menolaknya.

Jika kepentingan konstituen ber-tabrakan dengan kepentingan partai, sikap Anda?

Tugas saya sebagai politikus adalah menjembatani kepentingan partai dan kepentingan konstituen. Di sini yang diperlukan adalah komunikasi di antara kedua belah pihak agar kepentingan tersebut bisa disinergikan.

Apa tindakan Anda jika kebijakan partai bertentangan dengan- HAM, semangat antikorupsi, dan pro-lingkungan?

Saya akan mencegah adanya kebijakan seperti itu. Jika hal itu sudah terjadi, saya akan berusaha agar kebijakan tersebut bisa diubah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus