Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Gigi buru kabel

Sahiman dan istrinya mardiah ditangkap polisi ketika mencuri kabel telepon. juga penadahnya di palembang. barang bukti gulungan kabel disita. alat pemotong kabel tak ada karena dipotong dengan gigi.

7 November 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TELAT bayar langganan telepon, langganan yang salah. Tapi ada telepon ngadat, siapa yang salah? Lihat saja hubungan telepon Lahat dan Tebingtinggi, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan, yang sering kehilangan sambungan. Ternyata musababnya bukan di sentral, tapi lantaran kabelnya dipanen orang. Tiap bulan minimal empat kali kabel saluran untuk 12 jaringan itu raib. Ibaratnya hari ini dipasang, besok sudah hilang. "Seakan-akan pihak Telkom itu kerjanya memasang kabel telepon saja tiap harinya," ujar seorang polisi, bergurau. Lahat sasaran empuk maling kabel telepon, sebab di sini masih ada telepon engkol. Rentangan kabelnya pun tersuruk 20 meter dari jalan raya. Di situ Sahiman, 35 tahun, beraksi. Panen pertama mendapat 320 kg. Ia beralih sasaran dari mencuri barang elektronik ke kabel telepon, sesuai dengan info dari temannya di penjara. Pihak Perum Kereta Api yang pemilik kabel itu rugi Rp 2,9 juta. Kabel curian itu jika dilego cepat Rp 3.000 per kg. Si penadah kemudian bisa menjualnya lagi Rp 11.000. Sahiman ketagihan. Ia mengajak istrinya, Mardiah, 28 tahun. Mereka menjadi penumpang gelap kereta api Sindangmarga tujuan Lubuklinggau. Turun di Lahat, lalu menumpang truk 20 km ke Desa Sukarame. Sahiman memanjat tiang dan memutuskan kabel telepon, si istri menggulungnya. Diperoleh 18 kg. Di Palembang kabel itu laku Rp 58.000. Tapi nasib baik sedang tak di tangan. Ketika berniat panen lagi, mereka diciduk polisi, akhir Oktober barusan. Juga penadahnya di Palembang. Barang bukti berupa gulungan kabel tadi disita. Tapi alat pemotong dalam operasi ini tidak ditemukan. Mardiah, yang baru melahirkan, mengaku baru kali ini ikut. Diakuinya pula, suaminya sering masuk penjara karena mencuri. Keluar penjara, ia menarik becak dengan penghasilan Rp 3.000 per hari. Si istri merasa cukup, tapi Sahiman ingin Rp 50.000. Ya, mencuri lagi. Menurut Mardiah, ia punya firasat akan tertangkap. "Anak saya menangis terus," katanya kepada Aina Rumiyati Aziz dari TEMPO. Lalu anaknya dititipkan pada kakak Mardiah. Baru kawin setahun, sudah tiga kali suaminya masuk bui. "Karena tidak jera, yah, saya biarin. Daripada tidak makan," kata ibu yang tak pernah sekolah ini. Sahiman pun bukan hanya buta huruf, tapi juga bisu. Sampai hari ini pelaku yang tertangkap umumnya pendatang dari Palembang. Namun, dari semuanya, hanya Sahiman yang paling unik. "Suami saya memutus kabel cukup dengan gigi," katanya. Dan lewat isyarat tangan, Sahiman mengakui perbuatannya, tanpa rasa menyesal. "Saya tidak bisa membayangkan kabel tembaga 3,5 mm itu bisa diputuskan dengan gigi," komentar Ismail Zahara, letnan dua dari Kepolisian Resor Lahat. Ed Zoelverdi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus