Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Guna-guna Aktivis Muda

2 Januari 2012 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Enam orang itu datang dinihari. Memarkir tiga sepeda motor di luar pagar, seorang di antaranya menggedor pintu gerbang. Malam pada pertengahan Juni lalu, Supriyatna, Kepala Bagian Keuangan Indonesia Corruption Watch, terjaga dari lelap.

Mengintip di sela gorden jendela, pria 40 tahun itu melihat tetamu di kegelapan malam. Mereka masih mengenakan helm, mondar-mandir di luar pagar. Seperti biasa, bersama dua rekannya—Tama Satrya Langkun dan Donal Fariz—ia menginap di kantor lembaga swadaya masyarakat antikorupsi itu di bilangan Kalibata, Jakarta Selatan.

Supriyatna bergegas membangunkan Tama dan Donal. Masih dengan mata yang belum terbuka sempurna, keduanya ikut mengamati situasi di luar. Tanpa pikir panjang, Tama menelepon kantor polisi. "Kami tak mau ambil risiko," kata Tama, anggota divisi investigasi lembaga itu.

Tama menduga, enam orang itu datang dengan maksud jahat. Sebab, pada hari-hari itu, sejumlah aktivis ICW getol mendesak Komisi Pemberantasan Korupsi menuntaskan perkara suap Wisma Atlet dan menangkap buron kasus suap pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Nunun Nurbaetie.

Setengah jam kemudian, datang dua polisi dari Kepolisian Sektor Tebet, Jakarta Selatan. Enam orang berhelm masih di sana. Seorang di antaranya malah hendak memanjat pagar setinggi satu setengah meter. Dua polisi segera menodongkan pistol ke arah mereka. Namun seorang "tamu tak diundang" segera berteriak, "Jangan tembak Pak, kami hanya mengantar pesanan!"

Tuan rumah segera keluar. Mereka akhirnya tahu, tamu misterius itu pegawai percetakan yang mengejar tenggat: mengantar 250 buku saku profil pesanan Adnan Topan Husodo, juga aktivis ICW. "Saya marahi mereka karena mengantar buku pada jam yang salah," Tama menuturkan. Ia segera meminta maaf kepada polisi atas "tragedi" itu.

Tama punya pengalaman buruk setahun sebelumnya. Lulusan Fakultas Hukum Universitas Jayabaya ini dipukuli dan dibacok di jalan selepas nonton bareng pertandingan sepak bola Piala Dunia di Kemang, Jakarta Selatan. Kepala, tangan, dan punggungnya luka-luka.

Penganiayaan yang tak pernah tuntas diusut itu diduga berkaitan dengan investigasi ICW yang dipimpin Tama tentang rekening gendut sejumlah perwira tinggi Kepolisian. "Sejak kejadian itu, saya selalu waspada," katanya.

Yang membuat pria 27 tahun itu semakin terpukul, setelah teror tersebut, ia ditinggal kekasihnya. Perempuan yang telah setahun ia pacari itu mengatakan tak mau ikut-ikutan menerima teror.

Sejak Indonesia Corruption Watch berdiri pada Juni 1998, para aktivisnya akrab dengan berbagai bentuk intimidasi. Ancaman melalui telepon sudah jamak. Teror bahkan bisa dikirim lewat guna-guna, seperti pernah dialami Adnan Topan.

Pada akhir Oktober 2009, selama sebulan Adnan merasakan ngilu dan lemas di seluruh badan. Ia juga muntah darah. Dokter yang memeriksanya tak menemukan penyakit apa pun. Ia akhirnya menempuh jalur lain, yakni meminta bantuan "orang pintar". Adnan diberi tahu: ia sedang diguna-guna. "’Katanya kiriman dari Jawa Timur dan Jawa Barat," tutur Wakil Koordinator ICW ini.

Rekan-rekannya menduga "kiriman" itu berkaitan dengan kasus korupsi yang baru dilaporkan Adnan ke KPK. Ketika itu ia menyodorkan kasus dugaan korupsi pada sistem pengelolaan pelanggan PT PLN (Persero) Divisi Regional Jawa Barat dan Jawa Timur.

Di luar teror, gugatan hukum adalah hal biasa. Emerson Yuntho dan Illian Deta Arta Sari, misalnya, ditetapkan sebagai tersangka pencemaran nama baik pada Oktober 2009. Keduanya dilaporkan Kejaksaan Agung karena merilis data tandingan. Isinya, membantah klaim jumlah aset negara yang diselamatkan korps adhyaksa itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus