Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Epidemiolog Pandu Riono menduga hampir sepertiga penduduk Indonesia sudah terinfeksi Covid-19.
Jumlah angka riilnya diperkirakan 81 juta jiwa dari total penduduk Indonesia sebesar 270 juta jiwa.
Epidemiolog meminta penerapan PPKM disertai sanksi agar kebijakan pembatasan efektif.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA – Pakar epidemiologi dari Universitas Indonesia, Pandu Riono, menduga hampir sepertiga atau sekitar 30 persen populasi nasional sudah terinfeksi Covid-19. Jumlah riilnya diperkirakan sebanyak 81 juta jiwa dari total penduduk Indonesia 270 juta jiwa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Prevalensi angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan total kasus Covid-19 di Indonesia saat ini yang sudah menyentuh 0,93 persen populasi atau 2,52 juta orang. “Jumlah kasus jauh lebih tinggi dari yang diumumkan pemerintah karena pemeriksaan masih sangat kecil,” kata Pandu, kemarin.
Pandu mengatakan angka itu merupakan hitungan kasar yang berbasis hasil survei prevalensi serologi melalui deteksi antibodi terhadap Covid-19 nasional oleh Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia bersama Kementerian Kesehatan dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Desember lalu. Menurut Pandu, survei itu menyatakan ada 15 persen populasi yang sudah memiliki kekebalan terhadap virus corona. Survei ini dilaksanakan oleh tim yang diketuai Kepala Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Tri Yunis Miko Wahyono.
Pandu melanjutkan, hasil tes itu kemudian ditambah dengan kenaikan prevalensi Covid-19 sebesar 2 persen setiap bulan. Dalam dua bulan terakhir, Pandu mengatakan, angka prevalensi kemungkinan besar bertambah lantaran galur virus baru yang lebih menular sudah menyebar di sejumlah wilayah.
Adapun tren kenaikan sebesar 2 persen per bulan itu, kata Pandu, didasari hasil survei serologi yang ia lakukan bersama pemerintah DKI Jakarta. Dalam survei seroprevalensi yang diumumkan tiga hari lalu, per akhir Maret 2021, sebanyak 44,5 persen penduduk Jakarta sudah terinfeksi Covid-19. Angka ini lima kali lebih banyak ketimbang jumlah populasi terinfeksi yang dilaporkan pada bulan itu, yakni sebesar 8,1 persen.
Pandu menyarankan agar pemerintah memperketat upaya pemeriksaan, pelacakan, dan isolasi untuk mencegah penularan wabah ke lebih banyak orang. Sebab, penularan yang tak terbendung akan semakin menggoyahkan fasilitas kesehatan, sehingga berujung pada naiknya angka kematian.
Pandu mengatakan Covid-19 menyerang hampir semua penduduk, termasuk anak. “Yang kita khawatirkan memang semakin banyak anak yang juga terinfeksi, sudah bergejala, dan meninggal,” tutur Pandu.
Pasien Covid-19 memakai alat bantu oksigen menunggu untuk mendapatkan tempat tidur perawatan di IGD RSUD Cengkareng, Jakarta Barat, 23 Juni 2021. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
Ketua tim tes serologi, Tri Yunis Miko Wahyono, mengatakan survei bersama Kementerian Kesehatan dan WHO yang dilaksanakan pada Desember lalu itu mengambil 10.200 sampel dari 17 provinsi. Menurut dia, sampel berasal dari penduduk semua pulau besar Indonesia. Miko tak menyebutkan angka prevalensi seperti yang disebutkan Pandu. “Angka prevalensinya tidak bisa saya sebutkan,” kata Miko.
Kendati begitu, Miko mengatakan survei itu sudah menjadi dasar kuat baginya untuk menyarankan agar pemerintah memberlakukan pembatasan sosial yang setara dengan karantina wilayah pada Januari lalu. Sebab, saat itu, ia menganggap penularan wabah sudah sangat genting.
Miko pun tak mempercayai tren penurunan kasus yang sempat dilaporkan pada Februari-April lalu. Hingga sekarang, pemerintah tak kunjung melaksanakan karantina wilayah ataupun meredam kerumunan hingga tingkat komunitas. Karena itu, dia menaksir angka prevalensi Covid-19 nasional terus membesar seiring dengan meluasnya penyebaran virus corona varian delta.
Miko meminta pemerintah mempertegas kebijakan pelaksanaan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) melalui penerapan sanksi. “Harus ada efek jera bagi masyarakat yang melanggar protokol kesehatan dan masih berkerumun,” kata dia.
Ahli epidemiologi lainnya dari Griffith University, Australia, Dicky Budiman, mengatakan sampel dalam survei yang dilaksanakan Pandu harus diperjelas, terutama subyek yang telah divaksin. Dia meminta sampel yang sudah menjalani vaksinasi dikeluarkan dari penghitungan supaya data infeksi melalui reaksi kekebalan terhadap Covid-19 lebih akurat.
Meski demikian, Dicky memprediksi penularan yang terjadi di Indonesia jauh lebih tinggi ketimbang yang terdeteksi. Menurut hitungannya, saat ini 50-100 ribu orang per hari terinfeksi Covid-19 di Indonesia.
Dia berharap pemerintah segera mengkaji skala infeksi wabah secara nasional dengan lebih akurat. Salah satu opsinya adalah melalui kajian prevalensi serologi, terutama di daerah-daerah berisiko tinggi.
Langkah ini dianggap mendesak lantaran Indonesia menghadapi ancaman serius varian delta asal India. “Ini yang nanti akan menjadi pencetus ledakan jumlah kasus di Indonesia,” ujar Dicky.
Koordinator Tim Pakar Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, menolak berkomentar perihal hasil survei serologi di Indonesia yang sudah berlangsung sejak akhir tahun lalu itu. Meski begitu, ia setuju risiko penularan perlu diukur berdasarkan survei seroprevalensi. Survei ini, kata dia, juga dapat mengukur tingkat imunitas masyarakat setelah vaksinasi Covid-19 berjalan. “Survei perlu dilakukan,” kata dia.
ROBBY IRFANY | ADAM PRIREZA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo