Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Harapan Tertumpu pada Industri Kreatif

Usaha kecil dan menengah terancam goyah akibat kredit seret dan krisis ekonomi. Teknologi tinggi dan kreativitas bisa menjadi penyelamat.

28 Oktober 2013 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

RATUSAN tenda berhadap-hadapan berjejalan di sepanjang Jalan Diponegoro, Surakarta, Sabtu malam dua pekan lalu. Riuh rendah para penjaja yang mulai sibuk selepas asar di Night Market Ngarsopuro makin bergairah ketika malam kian larut. Suasananya mirip pesta rakyat.

Makin malam pengunjung kian memadati jalan sepanjang 500 meter penghubung Jalan Slamet Riyadi dengan pintu masuk Pura Mangkunegaran tersebut. Tiap pekan tak kurang dari 5.000 orang datang ke pusat keramaian yang diperkenalkan Wali Kota Surakarta Joko Widodo ketika itu, Februari empat tahun silam. "Kadang pengunjungnya bisa sampai 10 ribu orang," ujar Ketua Paguyuban Pedagang Night Market Ngarsopuro Sigit Sujanto.

Sebanyak 228 pedagang di pasar malam itu berlomba-lomba menjajakan beragam barang jualan mereka, seperti kerajinan tangan, kuliner, dan pakaian. Bahen, salah satu perajin yang tak pernah absen berjualan, ikut meraup keuntungan. Dia menjajakan kerajinan miniatur orang-orangan berpakaian tradisional Jawa berbagai pose dengan harga Rp 35-75 ribu per buah. "Semalam omzet bisa mencapai Rp 500 ribu. Bahkan saat musim Lebaran melonjak hingga Rp 1 juta," tuturnya.

Awalnya pria 34 tahun itu tak leluasa mengembangkan bisnisnya karena modal yang cekak, tapi belakangan situasi berbalik. Sejak awal tahun ini ia ikut program Bina Usaha Bank Mandiri dan mendapat pinjaman modal Rp 7 juta dengan bunga enam persen per tahun. "Kini makin banyak pesanan datang dari instansi atau untuk suvenir pernikahan di Surakarta, Yogyakarta, Bali, hingga Jakarta," kata Bahen sembari tersenyum.

Senyum tak hanya milik Bahen, tapi juga mengembang di bibir para pengusaha kecil dan menengah lainnya. Dalam kondisi ekonomi yang tak stabil, sektor ini diramalkan sejumlah pihak bakal terus tumbuh dan menjadi tulang punggung perekonomian negara karena daya serap tenaga kerjanya begitu besar.

"Memang realitasnya begitu. Usaha kecil dan menengah membuat perekonomian negara terus bergerak," ujar Associate Director UKM Center Universitas Indonesia Dewi Meisari Haryanti pekan lalu. Saat ini mayoritas atau 99 persen jenis usaha di Indonesia merupakan usaha mikro atau sektor informal. "Bisa dibayangkan, kalau mereka mati, perekonomian bisa chaos."Sayangnya, kendati berperan sebagai penopang perekonomian nasional, menurut Dewi, usaha kecil dan menengah belum menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi. Pasalnya, transaksi keuangan, perputaran uang, dan pertumbuhan kelompok usaha ini tidak tercatat resmi sebagai salah satu komponen penyumbang produk domestik bruto (PDB) negara.

Meski begitu, Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Syarief Hasan tetap yakin tahun depan sektor usaha tersebut bisa bertahan seperti saat menghadapi krisis pada 1997 dan 2008. Hal ini dibuktikan dari kontribusi sektor usaha kecil dan menengah terhadap pertumbuhan PDB tahun lalu, yang mencapai 57,5 persen (lihat tabel Kontribusi UKM terhadap PDB).

Khusus tahun depan, Syarief memperkirakan sektor UKM tumbuh melampaui pertumbuhan ekonomi yang berkisar enam persen. "Saat ini ada 56,5 juta pengusaha UKM dan tiap tahun trennya terus naik. Begitu juga total penjualan dan asetnya," ucapnya.

Persoalan klasik usaha kecil dan menengah berupa seretnya modal dijawab dengan menambah alokasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari tahun ini sebesar Rp 36 triliun menjadi Rp 40 triliun pada 2014. Aturan Bank Indonesia Nomor 14/22/PBI/2012 yang mengharuskan perbankan menggelontorkan 20 persen kredit ke sektor usaha mikro, kecil, dan menengah diharapkan bakal jadi darah segar.

Jika ditilik perkembangannya, sepanjang November 2007-Agustus 2013, plafon penyaluran kredit sudah mencapai Rp 113,36 triliun dengan rasio kredit macet (NPL) sebesar 3,7 persen. Komite KUR menyebutkan kredit terbesar disalurkan lewat BRI dengan total nilai Rp 77,6 triliun dan nilai kredit terkecil melalui BNI Syariah dengan plafon kredit sebesar Rp 130 miliar serta outstanding kredit mencapai Rp 90 miliar (lihat tabel Penyaluran KUR dan Kredit Seret).

Penyaluran kredit bank untuk UKM dari tahun ke tahun juga terus naik. Bank Indonesia mencatat, hingga Agustus 2013, kredit UKM yang sudah disalurkan bank mencapai Rp 579,3 triliun. Angka ini naik ketimbang pada 2012 dan 2011 yang masing-masing sebesar Rp 526,4 triliun dan Rp 458,2 triliun.

Sayangnya, pertumbuhan kredit itu diiringi peningkatan nilai kredit seret. Pada Agustus 2013, nilai kredit macet usaha kecil dan menengah mencapai Rp 20,9 triliun atau naik dibanding tahun lalu sebesar Rp 17 triliun. Sedangkan pada 2011, kredit macetnya mencapai Rp 15,7 triliun (lihat tabel Penyaluran Kredit Bank untuk UKM).

Ketua Bidang Pengkajian Perbanas Raden Pardede khawatir terhadap kecenderungan naiknya nilai kredit macet usaha kecil dan menengah di perbankan. Sebab, menurut Komisaris Independen PT Bank Central Asia Tbk ini, tiap lembaga keuangan akan memperketat likuiditasnya akibat kondisi perekonomian tak menentu. "Dengan dana terbatas, bank cenderung lebih selektif memilih sektor usaha yang akan dibiayai. Tentunya dengan pertimbangan yang lebih optimal antara untung dan risiko," ucapnya. 

Bila kondisinya demikian, aturan yang mewajibkan bank menggelontorkan kredit ke bidang usaha mikro, kecil, dan menengah muskil ditaati perbankan. "Bank pasti ingin prudent dan tak mungkin jorjoran di masa tak menentu ini. Bank Indonesia sebagai regulator pun tentu tak bakal diam," katanya.Bukan hanya soal kekuatan modal, guru besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gadjah Mada, Mudrajad Kuncoro, menyatakan UKM yang bergantung pada bahan baku impor bakal kesulitan di masa mendatang. Ia juga menolak rencana memungut pajak dari sektor usaha ini.

Pada awal Juli lalu, Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu diberlakukan. Beleid itu mengatur pengusaha beromzet Rp 4,8 miliar per tahun dikenai pajak final 1 persen.

Seharusnya, kata Mudrajad, pemerintah memprioritaskan pungutan pajak dari pengusaha-pengusaha dan mengejar para pengemplang pajak yang pelaku industri skala besar. "Pengusaha kecil belum pantas dikenai pajak. Lha wong selama ini manfaat pajak saja belum dinik­mati mereka."

Apalagi, menurut Mudrajad, pada 2015 akan terjadi integrasi pasar bebas ASEAN. Bila para pengusaha kecil dan menengah belum gagah perkasa, niscaya mereka digilas persaingan usaha.

Untuk itulah, di tengah kemungkinan seretnya utang bank dan persaingan terbuka, usaha kecil dan menengah harus menemukan sektor unggulan. Menurut pengalaman Dewi membimbing para pelaku di UKM Center, sektor industri kreatif bakal menjadi ujung tombak karena tingginya penggunaan teknologi canggih dan banyaknya keterlibatan anak muda.

Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia Bidang Industri Kreatif Penyelenggara Ekshibisi Budiarto Linggowijono menilai sektor industri dengan inovasi kreatif berbahan utama kain batik, tenun, dan furnitur bakal makin bersinar di masa mendatang. "Kuliner juga menjanjikan," ucapnya.


Kontribusi UKM terhadap PDB

TahunUnit Usaha*Tenaga Kerja**PDB (%)***
200952,7696,2158,05
201053,8299,457,83
201155,21101,7257,60
201256,53107.6657,48

Sumber: Kementerian Koperasi dan UKM
* juta unit
** juta orang
*** atas harga konstan

Penyaluran KUR dan Kredit Seret*

BankPlafon**Outstanding**Jumlah DebitorRasio
Kredit Seret/NPL (%)
BNI14,14,7223.8844,9
BRI (KUR Ritel)15,76,592.9623,4
BRI (KUR Mikro)61,918,48.470.4361,9
Bank Mandiri12,55,9244.9934,5
BTN42,122.48312,4
Bukopin1,750,6911.7194,1
Bank Syariah Mandiri3,341,745.8567,3
BNI Syariah0,130,098893,8
Total113,3640,29.113.223,7

Sumber: Komite KUR
*November 2007-Agustus 2013
**Rp triliun

Penyaluran Kredit Bank untuk UKM

Kelompok Bank201120122013*
KreditNPLKreditNPLKreditNPL
Bank persero222,79242,99283,111,5
BPD31,31,645,082,644,63,2
Bank swasta nasional194,234,7228,95,1242,95,9
Bank asing dan campuran9,90,49,50,28,80,19
Total458,215,7526,417579,320,9

Sumber: Bank Indonesia
*Rp Triliun **hingga Agustus

Pangsa Pasar 2013 (%)

  • Bank Persero 48,9
  • Bank Swasta Nasional 41,9
  • BPD 7,7
  • Bank asing dan campuran 1,5
  • Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    Image of Tempo
    Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
    • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
    • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
    • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
    • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
    • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
    Lihat Benefit Lainnya

    Image of Tempo

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    >
    Logo Tempo
    Unduh aplikasi Tempo
    download tempo from appstoredownload tempo from playstore
    Ikuti Media Sosial Kami
    © 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
    Beranda Harian Mingguan Tempo Plus