POLSEK Ranah Pesisir, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, pertengahan Mei lalu mendadak disatroni sekitar 200 pemuda. Secara demonstratif mereka meneriakkan yel-yel: "Hidup Sumedang, hidup Sumedang". Sumedang yang dimaksud bukan nama kota di Jawa. Ini nama desa sekitar 140 km dari Kota Padang. Polisi, yang tak menduga diserbu massa, minta bantuan Koramil. Lalu segera membentuk pagar betis. Para pemuda makin nekat. "Bebaskan kawan-kawan kami dari tahanan," teriak mereka. "Bebaskan Syahrial dari tahanan." Polisi tambah bingung. Polisi akhirnya mempersilakan beberapa pemuda melongok sel. Walhasil, mereka celingukan. Tak ada tahanan. Tak ada yang bernama Syahrial. "Sudahlah, pulanglah kalian," kata M. Nazir, Camat Ranah Pesisir, yang ikut sibuk. "Soal uang dan karcis nanti kita selesaikan baik-baiklah." Lho? Ya, pangkal persoalan memang uang dan karcis tanda masuk pertandingan main bola yang disita polisi. Pemuda Desa Sumedang menyelenggarakan Pesta Pantai, 9-15 Mei. Malam digelar kesenian, siang pertandingan bola. Setiap pengunjung ditarik bayaran Rp 250. Pengunjung berjubel. Di satu malam, ada polisi dan petugas jaksa yang entah lupa atau sengaja -- nyelonong tanpa karcis. Petugas pintu masuk mencegatnya. "Tak peduli jaksa atau polisi, yang penting karcisnya," kata seorang penjaga. Pak Jaksa buru-buru mengeluarkan sepuluh ribuan dari kantungnya. Keesokan harinya, muncul seseorang yang mengaku utusan Kapolsek. Ia membawa surat perintah agar semua tontonan dihentikan. Pemuda tak menggubrisnya. Esok siangnya, tiga polisi datang ke lapangan. Mereka merampas uang dan karcis di loket. Pertandingan bola itu, kata polisi, tak mendapat izin. Namun, para pemuda merasa sudah dapat izin dari kantor bupati di Painan. Ketika polisi pergi, beredar gosip ada pemuda yang ditahan. Suasana jadi panas. Para pemuda lalu beramai-ramai mendatangi kantor polisi, yang jaraknya lima kilometer dari desa mereka. Apalagi Syahrial, yang tadi ditugasi ke kantor polisi tak pulang-pulang juga. Mereka yakin, Syahrial diciduk polisi. Begitulah, kantor polisi itu jadi sasaran lemparan batu. Lalu, di mana Syahrial? Disembunyikan polisi? Tidak. Rupanya, ia tak jadi ke kantor polisi itu. Ia mampir ke warung di desa lain.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini