Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Rezeki pun dibagi-bagi

Tarmi, pembantu rumah tangga keluarga koesno di bakalan, bojonegoro, mengaku bersebadan dengan 14 anak remaja berusia 14-16 th berulangkali di kandang sapi. tarmi hamil & setiap anak menyumbang Rp 35.000.

17 Juni 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PEMBANTU rumah tangga itu tiba-tiba ketahuan hamil. Soal kehamilan itu memang jelas, karena perutnya sudah membesar. Yang tak jelas, siapa yang menghamilinya. Tarmi, sebut saja namanya begitu, menuduh seseorang. Yang dituduh menyebut nama orang lain. Akhirnya terkumpul 14 nama. Uniknya, mereka itu berusia 14 hingga 16 tahun. Mereka akhir Mei lalu diadili di Balai Desa Bakalan, Bojonegoro, Jawa Timur. Karena ini hanya pengadilan desa, bukan pengadilan negeri, sidang dilangsungkan tanpa tertutup, walau terdakwanya anak-anak di bawah umur. Hakimnya adalah Masidin, Kepala Desa Bakalan. "Kalian dibawa ke sini karena terlibat kasus asusila," kata Masidin, yang bertindak sebagai hakim tunggal. Setelah berbasa-basi sejenak, Pak Kades langsung ke pokok persoalan. Dalam laporan Tarmi, pelaku yang menyebabkan ia hamil tidak lain si Sukir. "Bagaimana, Kir?" tanya Masidin dengan penuh wibawa. Sukir, yang dari tadi hanya menunduk, langsung gelagapan. Remaja berusia 16 tahun itu tak menjawab. Ia hanya menggeleng-gelengkan kepala. Setelah Tarmi terang-terangan menunjuk Sukir, baru anak ini berkata, "Tapi yang melakukan bukan saya sendiri, Pak. Teman-eman lain juga ikut." Sukir menunjuk Tarji yang-duduk di sebelahnya. "Apa betul begitu, Ji," kata Masidin. "Ya, Pak, saya juga ikut, tapi saya bersama dia," ucap Tarji sambil menunjuk Mugiono. Ketika Mugiono ditanya, ia menunjuk temannya yang nongkrong di sampingnya. Begitu seterusnya sampai anak yang ke-13. Anak yang ke-14 tidak ditunjuk-tunjuk, karena tidak hadir. Pengakuan beranting itu membuat Masidin bengong. "Ini zaman edan. Lho, kok, bisa-bisanya. Yang salah anak-anak atau Tarmi," katanya sembari geleng-geleng kepala. Tarmi kemudian diminta bercerita. "Waktu itu saya sedan!g tiduran di kamar. Eh, tahu-tahu saya dipanggi Sukir dan diajak main," cerita Tarmi polos. "Ya akhirnya mainlah." Menurut Tarmi, kejadian itu bulan November tahun lalu. Sukir membantah keterangan Tarmi. Menurut dia, yang mengajak kencan justru Tarmi. "Saya diiming-imingi jagung goreng. Tapi saya tidak berani kalau sendiri," kata remaja yang gemar nonton lavar tancep ini. Sukir lalu membawa Matnali dan Mugiono. Mereka "bertempur di kandang sapi, tak jauh dari rumah Kosno, majikan Tarmi. Kalau yang satu sedang asyik, yang lain menjaga keamanan di depan kandang. Perbuatan itu menurut Sukir, diulangnya lagi di lain hari. Semula ketiga anak ini "bekerja" secara diam-diam. Tapi belakangan fatal attraction itu sampai juga ke telinga anak-anak lain. Rezeki dan dosa pun harus dibagi. Empat belas anak, yang setiap harinya mengembalakan kerbau itu, akhirnya bersekongkol untuk menggilir Tarmi secara berkelompok. Setiap kelompok beranggotakan 3 orang. Jadwal gilir tidak ditentukan. "Pokoknya, kalau keadaan aman, ya, kita main," kata Matnali ceplas-ceplos. Nah, dalam keadaan hamil itu Tarmi menuntut agar Sukir mengawininya. "Lha wong, yang berbuat bukan saya sendiri, kok," kata lulusan SD ini. Kepala Desa menerima alasan ini. Tapi apa keputusannya? Setelah berembuk dengan tetua desa yang lain, Kepala Desa memutuskan agar setiap anak menyumbang Rp 35 ribu. "Itu bukan denda atau hukuman, melainkan uang partisipasi untuk biaya kelahiran anak Tarmi," kata Masidin, Kepala Desa Bakalan itu. Tarmi setuju. Anak-anak tetap diam sampai sidang berakhir. Diam artinya setuju.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus