Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Ia memanggil istrinya: jenderalku

Kisah raisa maximovna dan pertemuannya dengan mikhail gorbachev. pertemuan diawali di lantai dansa. raisa sangat berpengaruh pada kehidupan gorbachev. raisa tidak suka mengajarkan atheisme.

10 Februari 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ia Memanggil Istrinya: Jenderalku Di kampung, istri adalah kuda beban, mereka tua sebelum usia 40. Tetapi, Raisa Maximovna lain. IA anggun dan ramping seperti ranting pohon willow. Jika berjalan, ia menjadikan pria ternganga. "Raisa punya kecantikan khusus, tipe Rusia...," kata Koltchanov bekas teman sekamar Gorbachev. Sejumlah laki-laki berusaha memetiknya. Namun, kupu-kupu berotak cemerlang itu hanya menatap dingin. Raisa adalah mahasiswi gemilang di jurusan filsafat, yang satu gedung dengan fakultas hukum. Para mahasiswa hukum itu tak berhubungan dengan Descartes atau Schopenhauer, makanan utamanya Marxisme dan Leninisme. Mereka percaya bahwa mahasiswi filsafat punya sedikit keanehan, "Kadang-kadang berada di atas awan," kata Koltchanov, "Raisa pun demikian." Adalah lantai dansa kampus yang mempertemukan Gorbachev dengan Raisa. Ia menggoda ketika melihat Raisa berdansa dengan Tapilin yang aneh, tinggi besar menyerupai jerapah. Melihat raksasa Tapilin dan Raisa yang kecil mungil, Gorbachev tertawa ngakak. "Boleh aku berdansa dengan patnermu," sela Gorbachev. Raisa hanya lima kaki dua inci -- kurang dari 160 cm. Berkulit sutera, bicaranya elegan, dan jago berdansa. Ia mencuri hati Gorbachev. Dalam keadaan mabuk cinta, pemuda kampung itu pulang ke asramanya. "Ia langsung jatuh hati," kata Koltchanov. Otaknya turun ke dengkul dan mati kutu beberapa minggu, sampai gadis itu memberikan respon. "Gorbachev sangat mencintainya sejak mula. Aku sudah mengunjunginya di Stavropol pada 1960-an, yang kulihat cinta mereka bertambah kental." Bagi banyak orang di negerinya, asal-usul Raisa masih gelap. Melihat pipinya yang lebar, ia seperti keturunan Mongolia. Namanya memang nama Ukraina, tapi keluarganya berpindah-pindah terus. Di masa kecilnya, ia banyak tinggal di wilayah Altai, Siberia. Orangtuanya kemudian menetap di Krasnodar, sampai sang ayah meninggal. Ada isu menyebutkan bahwa keluarga Raisa pejabat penting, makanya karier Gorbachev laju. Malah, ada yang menghubungkan dengan nama Andrei Gromyko. Tapi, bukti tak ada. Hanya teman sekamarnya mengatakan, ada kaitan Raisa dengan Maxim Saburov, anggota politbiro di masa Khrushchev. Ayah Raisa, yang bekerja di jawatan kereta api, adalah insinyur pada pembangunan rel -- posisi yang sangat terhormat di masa perang. "Tak dapat dipungkiri, mereka keluarga berpendidikan," kata seorang pejabat di Stavropol. "Mereka memang menjaga jarak dari Moskow untuk menyelamatkan diri di masa Stalin, yang mengejar-ngejar kalangan cendekia." Ada yang menyebutkan bahwa ayah Raisa hanya pekerja rel biasa. Hanya Raisa dan saudara laki-lakinya, seorang penulis, yang erat dengan masalah budaya. Raisalah yang menggamit Gorbachev pergi ke toko buku, museum, dan teater, untuk menonton karya Chekov dan Gorky serta berbagai karya klasik. Pasangan itu selalu bersama-sama mengunjungi pameran asing. Pada 1953-1954, mereka hadir dalam debat soal Ekspresionis Abstrak. "Dalam empat tahun," kata Koltchanov "Gorbachev sudah mulai tahu banyak soal seni, literatur, juga olahraga, seperti kami." "Raisa Maximovna, jelas, memainkan peran awal dalam perkembangan Gorbachev dalam soal budaya," kata Mikhailova, wanita yang pernah ditaksir Gorbachev. Sepanjang hidupnya, wanita teguh yang suka bicara terbuka itu sangat berpengaruh bagi Gorbachev. Pernikahan Raisa-Gorbachev berlangsung dingin. Mereka cuma menandatangani buku di kantor registrasi. Lalu, teman sesama mahasiswa merayakan dengan dansa, makanan, minuman, toast, toast dan toast. Mereka larut dalam kegembiraan, sampai kemudian semuanya heran karena kedua pengantin hilang. Ternyata, mereka telah pulang ke asrama masing-masing. Gorbachev terus menjulang. Namun, ia tetap terkungkung oleh kedaerahannya. Ketika mencalonkan diri menjadi ketua Komsomol -- KNPI-nya Soviet -- ia dikalahkan calon dari Moskow. Karier politik Gorbachev di ibu kota seakan-akan bakal pupus. Ketika mendaftarkan diri di kantor kejaksaan Moskow, ia pun ditolak. "Kami tak punya apartemen lagi. Kamu berasal dari Stavropol. Kamu harus berpikir untuk balik ke tempat asalmu." Mikhail dan Raisa lalu menumpang kereta murah ke selatan menuju Stavropol. Sebuah tempat yang sering disebut "Siberia Panas". Sebab ke sanalah banyak tokoh berpandangan bebas, seperti Pushkin, dibuang. Setelah 24 jam perjalanan, mereka terbangunkan oleh sinar dari kota kecil yang berbungkus debu. Di sana, hanya sejumlah kecil bangunan yang memiliki air atau gas. Mereka menyewa sebuah rumah kecil tanpa pemanas. Penerangannya lampu minyak tanah. Untuk merebus air -- buat teh -- saja perlu waktu 20 menit. Di situlah anak pertama mereka lahir, ketika Gorbachev mulai bekerja sebagai jaksa penuntut. Perlahan kemudian, Raisa pun mendapat pekerjaan yang lebih bergengsi ketimbang suaminya. Ia diangkat menjadi dosen di Institut Pertanian Stavropol, untuk mengepalai jurusan filsafat. Gajinya pun jauh lebih baik ketimbang Gorbachev. "Ia sangat kami hormati," kata Profesor Mikhail Chuguyev. "Baik sebagai pengajar maupun pribadi." Toh para wanita, di kampung Gorbachev masih saja bisik-bisik dengan iri, "Siapa sih dia? Dari mana Gorbachev memungutnya?" Mereka juga ingin tahu, "kenapa pasangan itu ke mana-mana selalu bersama?" Di kampung, seorang istri adalah kuda beban bagi suaminya. Mereka harus mengangkat karung-karung, membereskan seluruh kerja rumah yang berada dalam kondisi primitif. Mereka sudah menjadi tua sebelum usia 40 tahun, sementara suaminya bengkak lantaran minum. Tapi, Raisa lain. Sejak semula, hubungan suami-istri itu bagai patner sederajat. Gorbachev pun hadir pada seminar ilmiah istrinya. Grigori Gorlov, seorang bekas murid Raisa pada kursus filsafat Marxisme-Leninisme, punya kenangan. Ia sekelas dengan Gorbachev di forum itu. Pada saat itu, Gorbachev harus menerangkan soal Kant. Saat itulah dosen -- yang juga istrinya -- memotong. "Kamu salah." Raisa pula dosen yang menolak mengajarkan atheisme. "Aku tak suka. Pokoknya, aku tak suka mengajarkan atheisme," ujarnya tegas kepada pengusutnya. Menurut Profesor Chuguyev, "ia juga menolak mengecam kapitalisme ataupun sistem-sistem lain secara vulgar." Ia teguh pada pendapat bahwa "masyarakat boleh berbincang dan mengkritik secara terbuka". Karenanya, banyak orang menyebut: Raisa adalah orang pertama yang mempraktekkan glasnost. "Aku selalu minta pendapat Raisa. Sebelum aku berpidato, ia pendengarku pertama," kata Gorbachev. Ia memanggil istrinya "jenderalku." ZUC

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus