Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Proyek sodetan Ciliwung Jakarta terus menuai sorotan. Terakhir, Yayasan Trisakti dan warga telah memberikan lahan secara sukarela kepada Pemerintah DKI Jakarta dan setuju untuk direlokasi ke rumah susun (rusun). Lahan warga tersebut nantinya untuk outlet yang menjadi bagian dari proyek sodetan Ciliwung ke Banjir Kanal Timur (BKT) di Jakarta Timur. Lantas, sebenarnya apa fungsi sodetan Ciliwung ini?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Apa itu Sodetan Ciliwung?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sodetan merupakan terowongan bawah air yang didirikan sebagai upaya pengendalian banjir di bagian hilir ke Kanal Banjir Timur (KBT). Sodetan terdiri dari pintu masuk atau inlet dan pintu keluar atau outlet. Bagian inlet Sodetan Ciliwung berada di Jalan Sensus II D, RT/RW 008/004 Kelurahaan Bidara Cina, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur. Sedangkan outlet-nya di Jalan D.I. Panjaitan, Kelurahan Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur.
Pada tahun 2013, Direktur Jenderal Sumber Daya Air, Mohammad Hasan mengungkapkan bahwa estimasi dana untuk pembangunan Sodetan Ciliwung sekitar Rp 550 miliar. Angka itu digunakan untuk menggarap jalur air dengan metode cut and fill, yakni menggali tanah lalu menutupnya kembali. Namun teknik ini dirasa memiliki kelemahan lantaran dapat mengganggu kenyamanan masyarakat dan kelancaran lalu lintas.
Menyadari hal itu, menurutnya pemerintah telah mengatur ulang perencanaan dengan mempertimbangkan untuk opsi metode tunneling atau pengeboran. Sayangnya, anggaran yang dibutuhkan jauh lebih membengkak, yaitu Rp 700 miliar. Kemudian setelah mempertajam beberapa aspek, pihaknya memperkirakan modal yang perlu digelontorkan naik Rp 10 miliar dari agenda awal, atau menjadi Rp 560 miliar.
Alokasi biaya itu tidak hanya digunakan untuk menggarap sodetan sepanjang 2,15 kilometer. Namun disertai normalisasi sekitar kawasan Kali Ciliwung mulai dari Jembatan TB Simatupang sampai Pintu Air Manggarai pula. Normalisasi dimaksudkan untuk melebarkan sungai menjadi 60 meter. Pembebasan lahan permukimanlah yang menjadi alasan mangkraknya proyek itu selama 6 tahun.
Fungsi Sodetan Ciliwung untuk Apa?
Dikutip dari situs resmi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono menjelaskan fungsi Sodetan Kali Ciliwung, di antaranya untuk mengurangi debit air sebesar 60 kubik per detik ke Kanal Banjir Timur. Saat ini Sungai Ciliwung tak lagi mampu menampung debit air yang mencapai 508 kubik per detik.
“Sehingga Insya Allah mengurangi ancaman banjir di sejumlah kawasan hilir Sungai Ciliwung, seperti Manggarai dan Kampung Melayu”, kata pria yang akrab disapa Pak Bas itu pada 4 Agustus 2021 lalu.
Menurut Basuki, pembangunan sodetan lanjutan juga mengalami perubahan trase. Dari semula 662 meter menjadi 549 meter. Sehingga total panjang Sodetan Ciliwung menjadi 1,26 kilometer, dengan lebar 3,5 meter untuk masing-masing terowongan yang jumlahnya ada dua. Sodetan dianggap mampu menjadi salah satu metode pengendalian banjir.
Setelah sempat mandek, proyek pembangunan Sodetan Kali Ciliwung kembali digarap oleh Plt Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono di tahun 2023. Bahkan ditargetkan proyek ini akan rampung pada April mendatang. Hal itu sesuai dengan imbauan dan keinginan Presiden Joko Widodo saat menjamu beberapa kepala daerah yang terkena dampak banjir di Istana Merdeka.
“Dikerjakan Pak Heru, saya enggak tahu seperti apa pendekatannya, tapi sudah selesai. Maka dari itu, saya ke sini karena sudah jadi”, kata Jokowi Selasa, 24 Januari 2023. “Insya Allah akhir April seluruhnya dapat berfungsi dan mengatasi banjir Jakarta dengan persentase 10 persen," kata Jokowi.
VIVIA AGARTHA F | MELYNDA DWI PUSPITA
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.