Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Sejumlah peninggalan masih tersimpan di sisi utara Bawean.
Sejarah yang terhubung dengan dua pusat penyebaran Islam di pesisir utara Jawa.
Bertahannya tradisi keagamaan.
TERSUSUN dari bata putih, kijing tempat Waliyah Zainab bersemayam tampak teduh dikelilingi tirai kuning berkelambu putih. Berada di depan mihrab dan terpisah dari bangunan utama Masjid Diponggo di Kecamatan Tambak, Gresik, Jawa Timur, makam penyebar Islam di Bawean pada abad ke-16 itu paling menonjol. Tiga pusara lain di kompleks itu hanya bernisan kayu dibalut kain putih dan krem.
Di dalam mihrab masjid masih tersimpan batu tempat bersujud yang dipercaya merupakan peninggalan Zainab. Pusaka lain, seperti piring keramik, cawan besar dari besi, keris, belati, dan tombak, terawat di ruangan sebelah utara makam.
Lewat sambungan telepon, Kepala Desa Diponggo, Salim, menunjukkan kondisi terbaru makam itu kepada Tempo di Surabaya, Jumat, 8 Mei lalu. Akses menyeberang ke Bawean, sekitar 85 mil laut di sebelah utara Gresik dan Lamongan, ditutup untuk mencegah penyebaran Covid-19. Dengan alasan yang sama, takmir Masjid Diponggo dan pemerintah desa menutup pusara dari kunjungan peziarah. Biasanya ada 150-200 peziarah datang. “Kalau pas hari besar Islam, bisa sampai 300-500 peziarah,” kata juru kunci Makam Waliyah Zainab, Ahmad Mubayyin.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo