Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PANGGILAN telepon itu menyiagakan seorang dokter dan perawat di Puskesmas Kassi-Kassi, Rappocini, Makassar, pada Sabtu sore awal Januari lalu. Keduanya bergegas menuju mobil mini yang terparkir di halaman puskesmas. Diiringi bunyi sirene, mobil berkelir hijau itu menembus padatnya Jalan Tamalate menuju rumah penelepon.
Sekitar 500 meter perjalanan, mobil itu berhenti di sebuah rumah yang terletak di Jalan Setapak 4. Musnawati, pemilik rumah, sudah menunggu di depan. "Ibu saya mengeluh dadanya sakit," kata Musnawati kepada dokter. Sementara dokter itu masuk ke kamar, si perawat menurunkan alat rekam jantung (elektrokardiogram) dari dalam mobil.
Pemeriksaan nenek berusia 80 tahun itu berlangsung sekitar 20 menit. Dokter memastikan ibu Musnawati hanya kelelahan sehingga jantungnya melemah. Ketika mereka berkemas hendak kembali ke puskesmas, Munsawati menyeletuk, "Dokter, saya juga diperiksa deh, belakangan sering pusing." Tak bisa menolak, si dokter menyanggupi.
Layanan dokter ke rumah ini bergulir sejak awal Januari 2015. Wali Kota Makassar Mohammad Ramdhan Pomanto menamakan program tersebut Dottorot’ta-ungkapan Makassar untuk "dokter kita". "Semua puskesmas di Makassar sudah menerapkan program homecare ini," ujar Dhanny-sapaan akrab Ramdhan-di rumah dinasnya, Jumat awal Januari lalu. Total ada 48 puskesmas di Makassar.
Dhanny menuturkan, ide dokter kita bermula dari banyaknya keluhan masyarakat soal sering penuhnya puskesmas. Selain itu, warga Makassar berusia lanjut sering tak sanggup pergi ke fasilitas kesehatan dasar tersebut. Keluhan ini termasuk yang paling banyak membanjiri jalur pengaduan melalui aplikasi WhatsApp di telepon Dhanny.
Pasukan Dottorot’ta mudah dikenali masyarakat. Ciri khasnya adalah mobil mini berkelir hijau yang selalu mengantar tim medis menuju rumah pasien. Kendaraan tersebut bukan ambulans, melainkan kendaraan jenis city car yang dimodifikasi. Dhanny sendiri yang merancang modifikasi mobil tersebut.
Lebar kendaraan itu hanya 1,4 meter sehingga bisa masuk ke lorong. Interior mobil juga dirancang agar bisa membawa pasien ke puskesmas. Bangku belakang bisa ditekuk menjadi ranjang. Selain peralatan elektrokardiogram (EKG), mobil Dottorot’ta dilengkapi peralatan ultrasonografi (USG). Dinas Kesehatan Makassar sedang merancang sistem agar peralatan tersebut bisa terhubung secara online ke dokter di puskesmas.
Layanan Dottorot’ta bisa diakses 24 jam. Pada masa-masa awal program Dottorot’ta, warga Makassar bisa menghubungi nomor telepon puskesmas masing-masing untuk meminta pertolongan. Menurut Kepala Subbagian Tata Usaha Puskesmas Kassi-Kassi, Wahyudi, ketika program ini baru diluncurkan, ada juga penelepon yang iseng. "Ada yang minta tolong digantikan popok bayi," kata Wahyudi mencontohkan.
Pada November tahun lalu, Dhanny menyatukan nomor kontak Dottorot’ta ke nomor bebas pulsa 112. Pusat layanannya ada di War Room Balai Kota. "Agar pendataan jumlah orang yang membutuhkan layanan dan jenis penyakit bisa terpetakan dengan baik," ucap Dhanny. Nomor 112 juga melayani keluhan atau permintaan bantuan lain, seperti mobil pemadam kebakaran.
Program Dottorot’ta telah memikat perhatian pemerintah pusat. Pada Mei tahun lalu, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi mengganjar program tersebut sebagai satu dari 35 inovasi pelayanan publik terbaik 2016.
Kementerian Kesehatan juga berencana mengadopsi pelayanan dokter kita ala Makassar sebagai standar pelayanan nasional. "Pendekatannya menarik karena berbasis keluarga," kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan Oscar Primadi di Puskesmas Kassi-Kassi, medio Januari lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo