Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Kalung Amber Dipercaya Kurangi Sakit Tumbuh Gigi, Apa Kata Dokter

Gisella Anastasia, Zaskia Adya Mecca, Jessica Iskandar, Sabai Morscheck, dan Chelsea Olivia memakaikan kalung amber kepada anaknya.

21 Oktober 2017 | 20.20 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi kalung amber.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Bayi yang sedang tumbuh gigi biasanya banyak mengeluarkan air liur. Namun bagaimana jika air liur yang keluar kelewat banyak sehingga mengganggu aktivitas bayi. Anak yang sedang tumbuh gigi biasanya suka menggigit apa saja ke dalam mulutnya. Untuk menyiasati rasa 'gatal' ini, sebagian ibu mengandalkan kalung amber untuk mengurangi rasa sakit saat anak tumbuh gigi. Kalung amber bisa diperoleh di pusat perbelanjaan maupun situs belanja online dengan harga Rp 190 ribuan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sejumlah selebriti yang memiliki bayi dalam fase tumbuh gigi juga melingkarkan kalung amber di leher buah hati mereka. Sebut saja ibu muda Gisella Anastasia, Zaskia Adya Mecca, Jessica Iskandar, Sabai Morscheck, dan Chelsea Olivia. Pada 12 September lalu, Chelsea, 25 tahun, menuliskan salah satu khasiat kalung amber adalah mengurangi efek nyeri. Dia memakaikan kepada putrinya Nastusha, saat mulai tumbuh gigi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Chelsea Olivia menunjukkan puterinya, Nastusha mengenakan kalung amber. Instagram

Amber berasal dari fosil getah pohon Pinus succinifera yang terbentuk 40 juta tahun yang lalu. Fosil tersebut mengandung asam suksinat, zat yang bisa mengurangi peradangan. Baltik Wonder, salah seorang penjual aksesori amber dari Florida, dalam situsnya menyebutkan hanya amber dari wilayah Baltik yang mengandung kadar asam suksinat tinggi, yang berfungsi meredakan peradangan secara alami, pereda nyeri, dan penguat sistem kekebalan tubuh. Saat bayi memakai aksesori dari amber, panas tubuh mereka akan memicu pelepasan asam suksinat yang kemudian diserap melalui kulit mereka sehingga mengurangi ketidaknyamanan tumbuh gigi.

Sebagian klaim itu disangsikan Armasastra Bahar. Guru besar Ilmu Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia ini mengatakan, sejak ratusan tahun yang lalu, masyarakat Eropa meyakini amber bermanfaat untuk membantu menyembuhkan luka dan meningkatkan daya tahan tubuh. Kandungan asam suksinatnya akan keluar dengan pemanasan pada suhu 180 derajat Celsius.

Masalahnya, menurut Arma, tidak ada suhu setinggi itu dalam pemakaian amber sehari-hari. Panas tubuh bayi hanya 36 derajat Celsius. Bisa naik sedikit saat demam. “Tapi masih terlalu jauh untuk bisa mengeluarkan asam suksinatnya,” ucapnya. Pun belum ada penelitian yang membuktikan pemakaian amber bisa meredakan nyeri tumbuh gigi.

Guru besar Ilmu Biomedik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti, Melanie Sadono Djamil mengungkapkan, kalaupun kandungan amber keluar, hal itu belum tentu baik bagi tubuh. Bagaimanapun, menurut Melanie, asam suksinat merupakan bahan kimia, yang, jika dipakai terus-menerus, bisa menumpuk di dalam badan. “Kalau berlebihan, bisa mengalami gangguan di ginjal dan liver,” ujarnya. Melanie mengingatkan, penggunaan kalung, terutama saat tidur, juga dikhawatirkan membuat bayi tercekik.

Menurut Profesor Melanie, bayi rewel saat tumbuh gigi merupakan hal lumrah. Di masa itu, gigi mendesak dan merobek gusi. Namanya gusi sobek, wajar anak menjadi uring-uringan, susah makan, dan hobi menggigit apa pun yang ada di sekitarnya. Rekahan gusi tersebut juga merangsang produksi air liur, sehingga jadi ileran.

Armasastra Bahar mengatakan hal terpenting di masa tumbuh gigi adalah memastikan kebersihan mulut anak terjaga. Salah satu caranya tak membiarkan anak tidur dengan susu yang masih menggenang di mulut. Sebabnya, susu mudah sekali berubah menjadi asam dan mengundang bakteri. Penumpukan bakteri saat gusi merekah bisa menimbulkan infeksi. Gusi bisa jadi meradang yang akhirnya membuat anak makin tak nyaman. Infeksi juga bisa dipicu kebiasaan menggigit sembarang benda. “Akhirnya rewelnya jadi makin lama,” tuturnya.

Banjir liur yang banyak dikeluhkan orang tua justru merupakan mekanisme alamiah menjaga si bayi. “Air liur menyapu kuman keluar,” kata Melanie. Maka, alih-alih menggunakan kalung amber, kedua guru besar kedokteran gigi itu menyarankan orang tua lebih memperhatikan kebersihan mulut anaknya sejak lahir. Misalnya, tiap setelah menyusu, rongga mulut bayi wajib diseka kain kasa yang dibasahi air hangat. “Kalau mulutnya bersih, enggak usah pakai batu pun rasa sakitnya hilang dengan cepat,” ujar Arma.

Melanie mengatakan penggunaan teether juga merangsang pertumbuhan gigi lewat gesekan yang membantu pembukaan gusi dan rangsangan otot di sekitar rahang. Rewel saat tumbuh gigi, menurut dia, juga bisa ditekan dengan memperbanyak pemberian air susu ibu, sesuai dengan fungsinya membangun daya tahan anak. Dengan takaran cukup, tubuh anak bisa melawan infeksi sehingga luka di gusi lebih cepat sembuh.

Mengandalkan kalung, kata Melanie, bisa membuat orang tua mengabaikan penyebab lain dari keluhan anaknya. “Ketidaknyamanan anak saat tumbuh gigi tidak selalu berasal dari rongga mulut, bisa saja diare,” tuturnya.

Nur Alfiyah

Nur Alfiyah

Bergabung dengan Tempo sejak Desember 2011. Kini menjadi redaktur untuk Desk Gaya Hidup dan Tokoh majalah Tempo. Lulusan terbaik Health and Nutrition Academy 2018 dan juara kompetisi jurnalistik Kementerian Kesehatan 2019. Alumnus Universitas Jenderal Soedirman.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus