SEKALI waktu, seorang taruna Akabri kehilangan sepatu ketika bersembahyang Jumat di Masjid Malang. Hati Abdul Azis, pengurus masjid, makm panas. Soalnya, ia sudah kelewat sering dilapori adanya pencurian seperti itu. "Setiap Jumat terkadang sampai empat pasang sepatu atau sandal jemaah yang hilang. Yang bagus-bagus lagi," katanya. Azis lalu memasang jaring. Setiap sembahyang Jumat, ia menyebar beberapa orang untuk memata-matai jemaah yang gelagatnya mencurigakan. Betul saja. Alap-alap sandal dan sepatu akhirnya kena jaring. Mereka tak lain anak muda tunawisma yang suka mangkal di alun-alun. Sebelum alap-alap yang menjengkelkan itu diserahkan ke polisi, Azis memotretnya. Sepatu atau sandal curian dikalungkan di leher, sedangkan nama tersangka terpasang di dadanya. Foto tadi lalu ditempelkan di papan pengumuman masjid, sehimgga para jemaah bisa melihatnya bak melihat gambar di etalase bioskop. September lalu, wajah beberapa orang masih terpampang di sana. Pernah, anak muda yang wajahnya terpampang itu kembali masuk masjid. Semua mata waspada mengawasmya. Tapi pemuda tadi rupanya sudah insaf dan sekali itu betul-betul mau bersembahyang. Maka, fotonya segera dicabut dari papan. "Pokoknya, sekarang masjid kami aman," kata Azis sambil tertawa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini