INI ronda gaya Desa Mekarmukti. Dengan bertelanjang bulat, tangan kanan petugas siskamling menggenggam golok, sedangkan tangan kiri memegangi kemaluan. Mereka mondar-mandir sepanjang malam, hingga esoknya banyak yang masuk angin dan harus dikerok. Penduduk desa yang berjarak 8 km dari Kuningan, Jawa Barat, itu tidak mengadaada. "Soalnya, yang kami hadapi adalah penjahat misterius," kata seorang penduduk. Ceritanya bermula pada suatu pagi, Agustus lalu. Sewaktu hendak memberi makan kambingnya di kandang, Hasan, 51, terkesiap. Tiga dari empat ekor kambingnya mati berlumur darah, dan buah zakarnya hilang. Pikir Hasan, itu mungkin peringatan dari Tuhan. Dulu ia pernah bernadar hendak memotong seekor kambing bila cucunya lahir. Niat itu belum juga dilaksanakan. Maka, setelah mendapat musibah, seekor kambingnya yang masih hidup segera dipotong untuk selamatan. Ternyata, beberapa hari kemudian, dua ekor kambing lain mati secara misterius. Yang jantan buah zakarnya hilang seperti kambing Hasan, sedangkan kambing betina sebelah paha belakangnya Ienyap. Dipimpin Suminta, kepala desa, penduduk lalu bermusyawarah. Diputuskan untuk menggiatkan siskamling. Seorang tetua di desa itu menyarankan agar siskamling diadakan sambil telanjang bulat dan memegangi kemaluan. Alasannya, yang mereka hadapi sebangsa demit atau hantu, yang hanya bisa dipergoki dengan cara begitu. Anehnya, masih saja ada kambing jantan dan betina diganggu. Maksum, 32, duda yang sakit ingatan, lalu dituding sebagai pelaku. Soalnya, dinihari setelah ada paha kambing hilang, ia kedapatan seperti sedang memasak sesuatu. Berdasarkan hasil musyawarah, Maksum lalu dikirim ke rumah sakit jiwa Bogor. Dan sejak itu, keadaan memang aman. Namun, sampai akhir September lalu, penduduk belum sepenuhnya tenang. Kepala Desa Suminta, yang juga seorang jagal kambing, masih penasaran. "Memotong paha kambing yang sudah disembelih, dengan pisau yang sangat tajam sekalipun, bukan pekerjaan mudah. Ini malah ada yang bisa melakukannya dalam gelap, dan pekerjaannya rapi. Aneh," kata Suminto kepada Hasan Syukur dari TEMPO.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini