DALAM bayangan para tetangga, Syamsudin, 36, dan adiknya, Adjud, 32, bersama istri masing-masing tentulah sedan berada di Tanah Suci untuk menunaikan ibadat haji. Sebab, sewaktu meninggalkan Des Sukamaju, Sukabumi, awal Agustus lalu, kedua pasang suami istri itu diantar penduduh desa sampai bandar Halim Perdanakusuma Jakarta. Namun, 10 hari sebelum Idul Adha (September), Syamsudin, Adjud, dan istr mereka sudah muncul kembali di kampung Wajah mereka loyo, dan untuk beberapa hari lamanya mereka tak mau keluar rumah, "Kami malu," kata Syamsudin kepada TEMPO. Apa pasal? Calo punya ulah. Setelah menyerahkan Rp 9 juta untuk empat orang, mereka ternyata tak dibawa ke Arab Saudi, melainkan diajak jalan-jalan ke Malaysia dan singapura. Mulanya, kata syam, mereka berniat naik haji lewat Pemberangkatan Haji Indonesia (PHI), yang diselenggarakan pemerintah. Ternyata, mereka terlambat mendaftar. Kemudian muncul Adang yang sudah mereka kenal, yang menyanggupi bisa menolong lewat haji turis, dengan ongkos sekitar Rp 2,25 juta per orang. Padahal, ONH tahun ini Rp 3 juta lebih. Dari Halim mereka terbang ke Singapura dan dijemput kenalan Adang. Keluarga petani asal Sukabumi itu menurut saja, karena Adang mengatakan bahwa pemrosesan haji turis memang di Singapura. Dan situ, mereka ternyata diajak ke Malaysia sampai 20 hari. Sewaktu syam bertanya kapan hendak diberangkatkan ke Tanah suci, kenalan Adang itu malah heran. "Iho, Bapak sama ibu 'kan hanya mau berlibur di sini, dengan tiket Garuda pulang pergi, katanya. Akhirnya, mereka sadar telah diperdaya. Setelah tiga hari singgah di singapura, mereka memutuskan pulang ke Indonesia. "Dari sekarang kami diejek tetangga sebagai haji mabur (terbang), dan bukannya haji mabrur," kata syam sedih.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini