Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Kami Punya Saksi di Semua Tingkat

14 Juli 2014 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DIUNGGULKAN sejumlah lembaga survei yang dikenal reputasinya, Joko Widodo mengatakan sejak awal yakin memenangi pemilihan presiden. Guna menjaga suara, yang kini sedang dalam "arus balik" dari tempat-tempat pemungutan suara menuju Komisi Pemilihan Umum, Gubernur DKI Jakarta yang berduet dengan calon wakil presiden Jusuf Kalla ini mengklaim memiliki saksi di semua jenjang penyelenggara pemilihan.

Dua hari setelah pemungutan suara, Jokowi melakukan safari ke beberapa kantor redaksi media massa di Jakarta, termasuk Tempo. Ia datang ke kantor Tempo menjelang petang, Jumat pekan lalu, sekaligus untuk berbuka bersama dan salat magrib berjemaah-politikus 53 tahun ini menjadi imamnya. Ini kunjungan kesekian kali Jokowi, termasuk saat ia dinobatkan sebagai salah satu kepala daerah terbaik versi Tempo ketika menjadi Wali Kota Solo, Jawa Tengah, pada 2008. "Saya ke sini sebetulnya hanya kangen," ujar Jokowi, yang ditemani anggota tim suksesnya, antara lain Anies Baswedan, Teten Masduki, dan Budiman Sudjatmiko.

Meski awalnya menyatakan tidak mau diwawancarai, Jokowi bersedia menjawab beberapa pertanyaan.

Bagaimana tim Anda mengawal suara?

Kami punya saksi di TPS, desa, kelurahan, kecamatan. Semua tingkatan ada. Kami tambah lagi dengan Satuan Tugas Anti-Curang. Kami juga menggerakkan relawan untuk ikut mengawasi, terutama di desa, kelurahan, kecamatan. Ini yang betul-betul hendak kami kawal. Lembar C1 yang sudah terkumpul di tempat kami hampir 80 persen. Kami mempunyai ruang khusus untuk sistem pendataan dan pengumpulan C1. Mudah-mudahan sebelum 22 Juli sudah mencapai 100 persen.

Untuk apa itu?

Artinya, semua data yang ada di-back up dengan bukti C1. Ini yang paling penting menurut saya, mendapatkan C1 dan memasukkan ke pusat data, sehingga data yang kita peroleh akurat dan didukung bukti. Mulai besok pagi, saya juga mau muter lagi. Tidak untuk kampanye, tapi mengecek satu-satu supaya di lapangan juga bersemangat.

Anda percaya hasil hitung cepat?

Menurut pengalaman di dua kali pemilihan kepala daerah, lalu pemilihan gubernur, hasil quick count sebetulnya tidak akan banyak berubah. Tidak akan lebih dari satu persen bedanya.

Dalam menggalang suara, Anda mengandalkan relawan?

Memang, awalnya mengorganisasi relawan tidak mudah. Kami ingin mengumpulkan jadi satu, tapi mereka tidak mau kalau ada ketuanya. Jadi kami biarkan saja sebagai organisasi tanpa bentuk. Yang kami lakukan pada minggu-minggu terakhir adalah mengkoordinasi dan menyamakan isu. Hanya itu. Akhirnya bisa ketemu antara isu di partai dan relawan.

Bagaimana cara Anda menyatukan?

Saya kira relawan-relawan juga sadar bahwa minggu-minggu terakhir itu sangat menentukan. Begitu pula di media sosial, relawan bisa bersatu tanpa ada ketua. Mereka disatukan oleh isu-isu yang harus diangkat. Sebelumnya, ide bertebaran, macam-macam. Tapi pada minggu-minggu terakhir sudah bisa disatukan. Itu yang menyebabkan opini dan persepsi jadi meningkat.

Tim Anda juga yang menciptakan tagar #AkhirnyaMilihJokowi di media sosial menjelang pemilihan?

Tidak. Itu muncul dan ditemukan relawan, tapi kemudian diangkat bersama-sama.

Sejak kapan Anda yakin bakal menang? Sejak awal atau sejak konser yang sukses di Gelora Bung Karno?

Ya, sejak awal. Kami saat itu yakin, tapi belum tahu kapan ketemu isu yang bisa diangkat bersama oleh partai dan relawan. Kami memperkirakan dua minggu sebelum hari-H, tapi ternyata enggak ketemu-ketemu. Begitu sampai etape akhir, baru betul-betul ketemu. Seperti ide #AkhirnyaMilihJokowi itu kami temukan pada detik terakhir.

Termasuk melibatkan penyanyi internasional Sting?

Semuanya. Hal-hal yang kira-kira membuat persepsi baik. Kalau dulu kan enggak, jalan sendiri-sendiri, ide dan isu tersebar dan enggak jelas mau ke mana. Tapi di minggu-minggu terakhir, pada bulan terakhir, kami kumpulkan. Setiap empat-lima hari mereka bertemu. Saya juga datang, berpesan agar isunya dipersempit, tapi dipilih yang paling bisa mengangkat suara. Di bawah, partai dan relawan mulai bergerak. Partai mulai bergerak dua minggu sebelumnya, dan itu butuh waktu untuk match dengan relawan.

Partai baru bergerak dua minggu sebelum pemilihan?

Iya, dengan relawan juga. Kita harus ngomong apa adanya.

Jadi betul mesin partai tidak bekerja?

Bukan tidak bekerja. Mesin partai sudah bekerja sejak awal. Tapi betul-betul baru gas pol dua minggu sebelum pencoblosan. Sebab, memang anggaran baru kami turunkan saat itu. Ini anggaran untuk saksi, biaya kegiatan, atribut.

Ada peran Ketua Umum Megawati Soekarnoputri, yang ikut turun ke daerah-daerah?

Iya. Tapi sebelumnya juga sudah bekerja. Setelah Bu Mega turun, kerja mesin partai menjadi lebih maksimal. Terutama dua minggu terakhir, setelah Ketua Umum turun dan ada anggaran dari partai.

Bagaimana dengan peran Ketua Badan Pemenangan Puan Maharani?

Mbak Puan juga muter terus, lho. Dia ke Bengkulu, ke Kalimantan, ke Sulawesi. Kadang mereka turun bersama, kadang sendiri-sendiri. Sama seperti saya dan Pak Jusuf Kalla.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus