Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - World Car Free Day atau Hari Bebas Mobil Sedunia diperingati setiap 22 September, itu merupakan inisiatif yang berasal dari perasaan protes masyarakat terhadap penggunaan mobil yang meningkat selama beberapa dekade.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut United Nation Environment Programme, kebisingan, polusi, dan meningkatnya angka kematian yang terkait dengan penggunaan mobil menjadi alasan utama di balik pergerakan ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dengan menyisihkan satu hari dalam setahun, peringatan ini mendorong pengendara mobil untuk meninggalkan kendaraan mereka dan beralih ke alternatif transportasi yang lebih ramah lingkungan seperti berjalan kaki dan bersepeda.
Selain itu, World Car Free Day juga berfungsi sebagai pengingat akan dampak negatif yang ditimbulkan oleh kebergantungan terhadap mobil dan pentingnya mengadopsi gaya hidup yang lebih berkelanjutan.
CFD di Jakarta
Di Indonesia sendiri, kota di Indonesia yang pertama kali menerapkan Car Free Day (CFD) adalah Jakarta. Car Free Day pun pertama kali dilakukan di Jakarta pada 22 September 2001.
Menurut Koordinator Koalisi Pejalan Kaki Alfred Sitorus, CFD Jakarta mengambil inspirasi dari Belanda, tetapi dengan tujuan yang berbeda. Di Jakarta, CFD diadakan untuk mengurangi ketergantungan masyarakat pada penggunaan kendaraan bermotor dalam aktivitas sehari-hari, dengan harapan dapat mengurangi tingkat polusi udara.
Sebagaimana dilansir dari Car Free Day Indonesia, CFD pertama kali di Jakarta diadakan di sepanjang Jalan Imam Bonjol. Pada saat itu, jalan tersebut ditutup sementara dengan persetujuan kepolisian dari Jalan Sudirman hingga Jalan MH. Thamrin.
Acara ini dimulai pada Hari Bumi dan dilanjutkan pada tanggal 22 September 2002, yang diikuti oleh sekitar 10.000 peserta.
Pada awalnya, Komite Penghapusan Bensin Bertimbel (KPBB) dan para aktivis lingkungan hidup bersama masyarakat berfokus pada kampanye penghapusan penggunaan bensin bertimbel. Inisiatif ini kemudian melahirkan CFD, yang awalnya digunakan sebagai alat kampanye untuk memberikan pengingat kepada pemilik kendaraan pribadi agar lebih bijak dalam penggunaan bensin.
Alfred menjelaskan bahwa ide CFD diadopsi dari Belanda, di mana konsep CFD pertama kali muncul akibat krisis bahan bakar. Di Indonesia, CFD mengadopsi konsep ini, tetapi dengan tujuan yang berfokus pada pengurangan kemacetan lalu lintas dan penurunan tingkat polusi udara. Harapannya, CFD Jakarta dapat menjadi contoh bagi negara-negara lain.
PUTRI SAFIRA PITALOKA | RACHEL FARAHDIBA REGAR