Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Kepala Dinas Sumber Daya Air Juaini Yusuf mengatakan sejumlah wilayah di ibu kota sudah mengalami kekeringan imbas kemarau panjang.
"Wilayah yang sudah banyak mengalami kekeringan berada di Jakarta Utara dan Barat," kata Juaini di gedung DPRD DKI, Kamis, 22 Agustus 2019.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini kekeringan yang akan terjadi di wilayah Banten dan Jakarta. Kondisi ini merupakan imbas musim kemarau yang melanda kedua provinsi ini sejak bulan lalu.
"Data hari per hari hingga update 20 Agustus 2019 menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah Banten dan DKI Jakarta mengalami deret hari kering lebih dari 20 hari hingga lebih dari 60 hari," ujar Kepala Stasiun Klimatologi Tangerang Selatan Sukasno dalam keterangan tertulis yang Tempo daatkan pada Kamis, 24 Agustus 2019.
Juani menuturkan sejumlah waduk dan sungai mulai mengering dan hanya terlihat lumpurnya. Waduk yang telah mengering itu di antaranya Waduk Pluit, Brigif dan waduk di daerah Marunda. "Sekarang kesempatan kami mengeruk lumpur. Positifnya itu."
Selain itu, air Kali Ciliwung pun telah menyusut. Bahkan, penyusutan air Ciliwung dapat dilihat di hulunya yang ada di wilayah Katulampa, Kabupaten Bogor. "Di sana tinggal terlihat batu-batu saja. Jadi diperhatikan memang aliran air mulai mengering karena curah hujan tidak ada."
Untuk mencegah dampak kekeringan di masyarakat, kata dia, pemerintah akan melibatkan PD PAM Jaya agar membuat depo air bersih. Depo air bersih tersebut bakal disediakan di kawasan yang dianggap kritis akibat kekeringan yang melanda seperti Marunda, Cilincing dan kawasan lainnya.
"Nanti di sana akan disediakan penampungan air dan mobil Tanki akan mendatangi warga yang kekeringan," ujarnya.
Juani telah meminta anak buahnya untuk terjun menginventarisasi wilayah di ibu kota yang telah mengalami kekeringan. Ia juga berharap masyarakat bisa menghemat air disaat musim kemarau seperti ini. "Saat kita butuhkan, air kalau habis itu vital sekali. Makanya harus menghemat air," ujarnya.
Selain itu, musim kemarau saat ini bisa berdampak pada penanggulangan kebakaran. Alasannya, seretnya aliran air di sejumlah sungai bisa menghambat proses pemadaman.
Sebabnya, selama ini pemadam memanfaatkan air sungai untuk mengalirkan hydrant mereka. "Kalau sudah kekeringan seperti ini kami bekerja sama dengan PD PAM (untuk suplai air pemadam)," ujar Juani menyikapi kemarau panjang saat ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini