Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Kementerian Pertahanan Amerika Serikat Beri Izin Penjualan Senjata ke Israel Rp 114 Triliun

Kementerian PertahananAmerika Serikat pada Jumat, 7 Februari 2025, mengumumkan telah menyetujui penjualan perlengkapan militer ke Israel

10 Februari 2025 | 20.00 WIB

Kementerian Pertahanan Amerika Serikat Beri Izin Penjualan Senjata ke Israel Rp 114 Triliun
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Kementerian PertahananAmerika Serikat pada Jumat, 7 Februari 2025, mengumumkan telah menyetujui penjualan perlengkapan militer ke Israel dengan total nilai lebih dari USD 7 miliar (Rp 114 triliun). Pembelian Israel itu, termasuk bom dan rudal.

Persetujuan pembelian peralatan militer itu, dilakukan di tengah rapuhanya kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas. Sebelumnya pada awal pekan ini, Presiden Amerika Serikat Donald Trump rapat dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Gedung Putih. Dalam pernyataan bersama, Trump mencetuskan ide agar Gaza menjadi milik Washington. Dia juga mengajukan proposal relokasi warga Gaza ke luar Palestina atau ke negara-negara tetangga.

Menurut Badan Kerja Sama bidang Pertahanan dan Keamanan Amerika Serikat (DSCA), dua permohonan penjualan senjata sudah dikirim ke Kongres pada Jumat, 7 Februari 2025. Satu permohonan penjualan amunisi dan perlengkapan militer bernilai USD6.75 miliar. Adapun pengiriman barang-barangnya akan dilakukan pada awal tahun ini. 

Paket penjualan senjata kedua, diantaranya 3 ribu Hellfire dan perlatan terkaitnya dengan total nilai sekitar USD660 juta. Pengiriman rudal-rudal ini diperkirakan dimulai pada awal 2028, namun penggunaannya harus membutuhkan pelatihan dari militer Amerika Serikat. 

Persetujuan penjualan senjata ini adalah langkah besar yang dilakukan Trump untuk meningkatkan stok senjata Israel. Tak lama setelah naik jabatan sebagai presiden pada akhir Januari 2025, Trump membatalkan penahanan pengiriman 2 ribu pound bom ke Israel. Mantan Presiden Joe Biden sebelumnya menghentikan pengiriman 2 ribu pound bom tersebut karena khawatir bisa berdampak ke warga sipil, khususnya selama serangan Israel ke Rafah. 

 

Foto: tempo.co
Editor: Ridian Eka Saputra

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus