Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Perubahan rute KRL yang dimulai sejak 28 Mei 2022 lalu banyak dikeluhkan pengguna transportasi umum itu. Menanggapi hal itu, Direktur Utama PT KAI Didiek Hartanto menjelaskan kebijakan swich over atau SO itu dilakukan untuk menjamin keselamatan transportadi dan masyarakat yang menggunakan.
Menurut Didiek, Stasiun Manggarai sebelum dilakukan transformasi double double track atau DDT hanya memiliki tujuh track. Jumlah itu, kata dia, tidak akan bisa memenuhi kebutuhan penumpang yang naik setiap tahunnya.
Sehingga pemerintah pusat membangun DDT itu, dari tujuh akan menjadi 18 track. "Dalam rangka apa? Ini karena angkutan Jabodetabek itu naik terus dan naiknya rata-rata lebih dari 10 persen selama setahun. Itu sudah kajian ya," tutur Didiek.
Perubahan perjalanan terjadi pada lintas Cikarang/Bekasi dan lintas Bogor/Depok/Nambo serta pola transit pengguna KRL di Stasiun Manggarai. Pengguna KRL dari Bekasi/Cikarang ke arah Jakarta Kota yang sebelumnya menggunakan satu perjalanan, sekarang harus melakukan transit di stasiun Manggarai.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Begitu pula pengguna KRL Bogor/Depok/Nambo ke arah Sudirman, Tanah Abang, Duri juga harus melakukan transit di stasiun Manggarai. Hal itu membuat penumpang menumpuk di Stasiun Manggarai.
"Nah ini merubah sedikit ya, orang itu kalau transformasi pasti ada perubahan, pasti dirasakan dan yang namanya komuter jam sibuk pasti ramai. Coba cek di Singapura, Hongkong, dan London, itu sudah biasa," kata Didiek.
KAI melaksanakan Switch Over (SO) ke-5 di Stasiun Manggarai bersama Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan. Switch Over ke-5 itu bertujuan untuk mengoptimalkan layanan KAI Group di Stasiun Manggarai, yaitu perjalanan KA Jarak Jauh, KRL Jabodetabek dan KA Bandara serta merupakan sebagai bagian dari pengembangan (DDT) Manggarai-Cikarang yang merupakan Proyek Strategis Nasional.
Perubahan jalur disebut lebih aman
Sebelumnya, Didiek mengatakan dengan adanya perubahan ini, transit pengguna KRL di Stasiun Manggarai akan lebih aman. Karena sudah tidak perlu lagi menyeberang antar rel, tapi naik dan turun lantai menggunakan tangga, escalator dan lift
"Selain itu, kecepatan perjalanan KRL meningkat dari 70 km/jam menjadi 90 kilometer perjam pada lintas Manggarai-Jakarta Kota dan menjadi 95 kilometer perjam pada lintas Cikarang/Bekasi-Jatinegara," tutur dia pada 27 Mei 2022 lalu.
PT KAI berharap kepada para pengguna KRL untuk dapat ikut bersama-sama menjaga berbagai fasilitas yang ada di stasiun, mengutamakan lift dan escalator bagi pengguna yang membutuhkan, serta selalu mengikuti arahan dari petugas di stasiun maupun di dalam KRL. “KAI berkomitmen untuk terus menyediakan transportasi massal perkeretaapian yang mudah diakses, terjangkau, dan ramah lingkungan,” kata Didiek.
Dikeluhkan pengguna KRL
Sejumlah penumpang KRL mengeluhkan ruwetnya sistem transit yang berlaku di Stasiun Manggarai. Banyak diantara penumpang yang mengaku sistem baru ini telah menyulitkan mereka.
Biasanya mereka langsung ke stasiun tujuan, misalnya penumpang KRL rute Bogor-Tanah Abang, biasanya langsung ke Tanan Abang, kini mau tidak mau harus turun dan berganti kereta di Stasiun Manggarai untuk menuju stasiun Tanah Abang.
"Menurut saya ini menyulitkan banget, biasanya saya ke Tanah Abang langsung tapi kok ini harus transit dulu jadi ribet banget," kata salah seorang penumpang bernama Aura kepada Tempo, Selasa, 31 Mei 2022.
Dari pantauan Tempo saat itu, Stasiun Manggarai masih dipadati oleh para penumpang akibat perubahan pola operasional dan rute KRL karena adanya kebijakan switch over 5. Terjadi penumpukan dan kepadatan karena penumpang yang transit, yang baru keluar dari kereta bertemu dengan penumpang yang hendak masuk kereta.
Begitu pula dengan penumpang yang harus transit, harus berpindah peron dari lantai atas ke lantai bawah, dan begitupun sebaliknya. Situasi tersebut menimbulkan penumpukan penumpang secara bersamaan.
Ketika kereta tiba, tangga atau eskalator langsung dipadati oleh penumpang yang hendak transit. Kepadatan itu mulai terurai saat penumpang sudah berada di peron sesuai jalur KRL yang ingin ditumpangi.
Penumpang KRL harus menyusuri rute yang telah dibuat pihak stasiun agar tidak menumpuk. Mereka melewati eskalator dan tangga konvensional. Banyak penumpang tampak buru-buru sehingga para penumpang berlarian di peron lantai satu demi mendapatkan tempat duduk di kereta yang akan mereka naiki.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini