Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, nama Cak Tarno sangatlah familiar. Itu terbukti, saat memasuki pelataran FIB UI, mahasiswa pun dengan mudah menuntun Tempo menuju lapak buku yang sering mengadakan diskusi rutin mingguan tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sesampainya di lokasi, terlihat Sutarno atau karib disapa Cak Tarno sedang menurunkan buku-buku dagangannya dari rak. Ia kemudian mengikat kitab-kitab itu. Cak Tarno memutuskan mengemasi ratusan buku dari kios ukuran 3X5 meter karena harga sewa yang akan naik.
Tak kuat dengan tingginya biaya sewa, menjadi alasan Cak Tarno berencana pindah lokasi dari lingkungan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia (FIB UI). Kios yang banyak menjual buku humaniora tersebut akan pidah dalam waktu dekat ke wilayah Kelurahan Serua, Kecamatan Bojongsari, Depok.
“Biaya sewanya naik sejak awal semester ini, dari awalnya Rp 9 juta per tahun, dinaikkan menjadi sekitar Rp 17 jutaan,” kata Cak Tarno, Senin 18 Maret 2019.
Cak Tarno mengatakan, alasan kepindahannya murni karena ketidakmampuannya membayar sewa dan belum mengetahui alasan pihak kampus UI menaikkan biaya sewa. “Setahu saya sih seluruh toko yang ada di kawasan ini naik semua,” kata Cak Tarno.
“Jual buku (secara konvensional) ini kan sudah nggak bisa sangat profit banget, sudah banyak lapak buku online apalagi sekarang sudah ada buku digital, saya masih dagang buku karena kecintaan saja,” kata pria asal Mojokerto tersebut.
Kios buku Cak Tarno ini rupanya bukanlah kios buku biasa. Di lapak tersebut pun dibentuk sebuah perkumpulan yang fokus terhadap dunia pendidikan yang dinamai Cak Tarno Instittute (CTI).
Bukan hanya itu, CTI juga selalu dikunjungi oleh para Akademisi seperti Rocky Gerung, Bagus Takwin, Damhuri Muhammad, Geger Riyanto dan sejumlah nama lain.
Hal itu yang menjadikan kios buku Cak Tarno dikalangan mahasiswa, dosen dan berbagai akademisi UI dan kampus sekitar seolah menjadi tempat "uji mental" sidang makalah.
Sebelum menghadapi ujian sebenarnya di lingkungan akademis formal, kios buku berukuran sekitar 5 x 3 meter itu dianggap sebagai tempat evaluasi dan koreksi yang baik. “CTI Insya Allah akan saya jaga, karena ruang itu adalah ruang diskursus untuk mengembangkan ilmu pengetahuan,” kata Cak Tarno.
Banyak dari kalangan akademisi diluar UI yang selalu menjadikan kios buku ini sebagai referensi. Salah satunya diungkapkan oleh mahasiswa pasca sarjana UIN Syarif Hidayatullah, Fahmi Saefudin. Ia mengatakan, lebih memilih toko buku Cak Tarno karena karakternya.
“Harganya terjangkau, kemudian juga buku-bukunya punya karakter gitu, jadi enak aja beli disini,” kata Fahmi.
Selain itu, kata Fahmi, saat membeli buku di Toko Buku Cak Tarno pun dirinya selalu diajak berdiskusi, “Setiap saya mau beli buku saya diajak diskusi sekitar 15 menit. Jadi tidak hanya beli buku, tetapi ada wawasan juga,” kata Fahmi. “Kalau di toko buku lain kan hanya menjual, kalau cak tarno kan menjiwai sebagai pembaca,” lanjut Fahmi.