Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengisahkan tentang caranya meningkatkan kapasistas tes Covid-19 di Ibu Kota.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Anies mengatakan pada bulan-bulan awal wabah Covid-19 di Jakarta, pemerintah mencari segara cara utuk bisa meningkatkan kapasitas tes.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Salah satu kendalanya adalah keterbatasan alat RT-PCR. Saat itu, di dalam negeri terbatas, di pasaran global pun RT-PCR adalah barang amat langka yang sulit didapat dengan cepat," tulis Anies dalam laman Facebook-nya pada Kamis, 13 Agustus 2020 lalu.
Anies mengatakan berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan kapasitas itu, mulai dari usaha membeli ke produsen sampai meminjam alat RT-PCR (Polymerase chain reaction).
"Terkait peminjaman. Ada 8 kota yang dikirimi surat, kota-kota maju dunia yang menjadi sahabat Jakarta. Dalam surat yang dikirimkan kepada semua pimpinan kota itu, disampaikan bahwa Jakarta berencana meminjam alat RT-PCR selama masa pandemi ini saja. Setelah wabah selesai, maka alat itu akan dikembalikan," kata Anies.
Menurut mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu, semua merespons cepat surat itu. Mereka menjawab bahwa tengah menghadapi masalah yang sama.
Tapi beberapa, kata Anies, merespons positif. "Ada beberapa yang membantu memberikan alat PCR-RT. Tapi ada satu yang unik, yaitu Mayor Park Woon-soon, Wali Kota Seoul," kata dia.
Menurut Anies, Park mengatakan bahwa lebih mudah menghibahkan alat itu ketimbang meminjamkan. "Jadi alat milik mereka yang masih baru itu dihibahkan untuk DKI Jakarta. Permohonan pinja dijawab bukan dengan peminjaman tapi dengan hibah," ujar Anies.
Dengan alat ini, begitu banyak orang yang bisa ditemukan positif walau mereka tidak sadar telah terpapar. Kini mereka tahu, lalu bisa isolasi dan bila perlu dirawat agar terhindar dari risiko.
Ia mengatakan Mayor Park adalah seorang sahabat baik. "Kami berinteraksi dalam berbagai kesempatan," kata Anies.
Mantan Rektor Universitas Paramadina itu, ia kemudian menitipkan surat dan selembar kain batik Betawi utuk Wali Kota Park lewat Duta Besar Korea Selatan yang akan kembali ke Seoul karena masa tugasnya telah selesai.
"Surat itu telah sampai pada Mayor Park, tapi batik khas Betawi itu belum sepat dipakainya karena Mayor Park ditemukan wafat 3 minggu kemudian," tulis Anies.
Wali Kota Seoul Park Won-soon ditemukan tewas pada 9 Juli 2020. Jasad pria berusia 64 tahun itu ditemukan di Gunung Bukak, setelah ia dilaporkan hilang oleh putrinya beberapa jam sebelumnya.
Park terpilih sebagai Wali Kota Seoul pada 2011 setelah pendahulunya mengundurkan diri saat menerima tawaran referendum pemberian makanan gratis bagi anak sekolah. Ia terpilih kembali menjadi wali kota pada 2014 dan 2018. Park digadang-gadang sebagai calon presiden yang potensial bagi kaum liberal dalam pemilihan presiden 2022.