Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Berita Tempo Plus

Waisak, Teosofi, dan Bhante Ashin Jinarakkhita  

Almarhum Bhante Ashin Jinarakkhita dikenal mempelopori upacara Waisak nasional pertama di Borobudur pada zaman setelah kemerdekaan yang diikuti ribuan penganut. Sebelumnya, di masa Belanda, Waisak diperingati secara kecil-kecilan oleh anggota perkumpulan Teosofi.

 

21 Mei 2022 | 00.00 WIB

Bikkhu Ashin Jinarakkite di Vihara Sakyavanaram, Pacet, Cipanas, Jawa Barat, 1978. Dok.TEMPO/Bachrun Suwatdi
Perbesar
Bikkhu Ashin Jinarakkite di Vihara Sakyavanaram, Pacet, Cipanas, Jawa Barat, 1978. Dok.TEMPO/Bachrun Suwatdi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ringkasan Berita

  • Peringatan Waisak pertama kali digelar di Candi Borobudur pada sekitar 1932.

  • Bhante Ashin Jinarakkhita mempelopori upacara Waisak pertama di Borobudur.

  • Di masa kolonial Belanda, upacara Waisak diperingati oleh perkumpulan anggota Teosofi.

PADA 20 Mei 1932, sekelompok kecil anggota komunitas Teosofi berkumpul di Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, guna memperingati Waisak. Borobudur saat itu masih belum sepenuhnya terestorasi. Setelah pada 1911 (dari April 1907) Theodore van Erp selesai memimpin tim Belanda menanggulangi sebagian kerusakan Borobudur, masih banyak korosi, perembesan air, dan pelapukan batu-batu terjadi di Borobudur. Tahun 1932 adalah tahun menjelang krisis ekonomi global dan meletusnya Perang Dunia II. Pada masa itu perbaikan-perbaikan di Borobudur berhenti.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Seno Joko Suyono

Seno Joko Suyono

Menulis artikel kebudayaan dan seni di majalah Tempo. Pernah kuliah di Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada. Pada 2011 mendirikan Borobudur Writers and Cultural Festival (BWCF) dan menjadi kuratornya sampai sekarang. Pengarang novel Tak Ada Santo di Sirkus (2010) dan Kuil di Dasar Laut (2014) serta penulis buku Tubuh yang Rasis (2002) yang menelaah pemikiran Michel Foucault terhadap pembentukan diri kelas menengah Eropa.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus