Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Kompak Menyalahkan Avtur Mahal

Pertamina menyatakan harga bahan bakar jet dari perseroan sesuai dengan acuan global.

22 Januari 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JAKARTA - Keluhan maskapai tentang mahalnya harga avtur menjadi bahasan utama rapat di kantor Kementerian Perhubungan, Ahad pekan lalu. Siang itu, Menteri Budi mengumpulkan sejumlah direktur maskapai, otoritas bandara, hingga lembaga navigasi perhubungan udara untuk membahas anomali kenaikan harga tiket pesawat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ditemui Tempo, Kamis lalu, Budi mengatakan harga biaya di bandara Indonesia masih kompetitif dibanding di luar negeri. "Sedangkan beda harga avtur di sini sedang mahal 23-30 persen dibanding di luar negeri," kata dia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pernyataan senada pernah dilontarkan Budi pada medio tahun lalu. Kala itu dia menyatakan akan mengirim utusan untuk membicarakan keluhan maskapai tersebut bersama PT Pertamina, yang menguasai bisnis penyediaan bahan bakar jet di bandara dalam negeri. Kementerian meminta Pertamina menurunkan harga.

Tingginya beban yang dihadapi maskapai dianggap bisa menjadi batu sandungan bagi pemerintah, yang tengah berupaya mengoptimalkan jasa penerbangan untuk menggenjot pariwisata. Sektor pelesiran digadang-gadang dapat mendongkrak pundi-pundi devisa negara yang tengah keteteran di tengah defisit transaksi berjalan yang melampaui level aman 3 persen terhadap produk domestik bruto.

Enam bulan tanpa kabar, masalah avtur ternyata belum kelar. Persamuhan Ahad siang itu digelar seiring ramainya kritik publik di media soal lonjakan harga tiket pesawat yang justru terjadi ketika musim liburan tahun baru berakhir. Belakangan, kesepakatan INACA setelah rapat itu untuk menurunkan harga 20-60 persen malah menguatkan indikasi adanya kesepakatan harga alias kartel. Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) kini tengah mengusut dugaan ini (Koran Tempo edisi Senin, 21 Januari 2018, Dugaan Kartel Tiket Pesawat).

Menurut Direktur Niaga PT Garuda Indonesia Tbk Pikri Ilham, avtur memang menjadi penyumbang terbesar, yakni 40 persen, dalam variabel komposisi harga tiket. Harga avtur terus menanjak hingga akhir tahun lalu. Pada sisi lain, pelemahan nilai tukar rupiah menambah tekanan, lantaran sekitar 80 persen biaya maskapai menggunakan dolar Amerika Serikat. "Dua komponen besarnya adalah nilai tukar rupiah dan avtur," kata Pikri kepada Tempo, kemarin.

Selama ini, menurut Pikri, kenaikan harga bahan bakar pesawat tidak diiringi penyesuaian harga tiket yang cenderung stabil sejak 2016. Beban yang ditanggung maskapai pun meningkat sehingga tahun lalu Garuda merugi hingga Rp 3 triliun. Garuda pun menaikkan harga tiket pada awal tahun untuk menutupi kerugian tersebut. "Kami belum di tahap mencari untung. Untuk menutup fluktuasi nilai tukar dan kenaikan fuel selama ini saja," kata dia.

Maskapai AirAsia, yang melayani jasa penerbangan murah (low cost carriers), mengungkapkan hal senada. CEO Grup AirAsia Indonesia, Dendy Kurniawan, mengatakan perusahaannya tengah berupaya meningkatkan efisiensi. "Kami juga berharap agar komponen biaya eksternal, seperti biaya bahan bakar, dapat turun," kata dia.

Permintaan agar harga avtur turun agaknya akan kembali menemui jalan buntu. Sekretaris Perusahaan PT Pertamina, Arya Paramita, mengatakan harga avtur yang dibeli maskapai reguler saat ini sudah disepakati secara business to business dalam kontrak jangka tertentu antara Pertamina dan maskapai. Harganya mengacu pada Mean of Platts Singapore (MOPS). "Maka, ketika harga minyak dunia turun, harga avtur juga mengalami penyesuaian," kata Arya kemarin. "Jadi, pada prinsipnya kami yakin harga kami kompetitif."

Selain harga minyak dunia, Arya mengatakan, nilai tukar mata uang, biaya distribusi, hingga supply chain mempengaruhi harga avtur. Itu sebabnya, harga avtur di tiap bandara berbeda-beda. "Karena kondisinya bisa jadi berbeda, maka tidak setara untuk diperbandingkan," kata dia. YOHANES PASKALIS | ANDI IBNU | EGI ADYATAMA


Dituding Kemahalan

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus