Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Politikus senior Partai Gerindra DKI Jakarta Muhammad Taufik dicobot dari jabatannya sebagai Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta. Dia digantikan oleh rekan separtainya, Rany Mauliani setelah duduk di jabatan itu selama kurang lebih tujuh tahun. Dia menjadi pimpinan di DPRD DKI Jakarta pada empat gubernur berbeda, mulai dari Gubernur Joko Widodo atau Jokowi, Basuki Tjahaja Purnama, Djarot Saiful Hidayat, hingga Anies Baswedan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Taufik, semua gubernur berkesan baginya. Alasannya, semua sosok yang menjadi gubernur merupakan mitra kerja DPRD. “Ya, terakhir yang kampanye kan dengan Pak Anies. Ya banyak juga kesannya,” ujar dia di depan Ruang Rapat Paripurna Dewan, Gedung DPRD DKI, Jakarta Pusat, Kamis, 2 Juni 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Taufik menyatakan senang memimpin DPRD DKI selama tujuh tahun. Dia mengatakan banyak pelajaran yang ia dapatkan, dan bisa mendewasakannya. Dia juga berharap ke depan DPRD DKI Jakarta bisa jauh lebih baik. “Selama 7 tahun saya banyak berkomunikasi dengan berbagai lapisan masyarakat, sehingga saya paham menghadapi begini-begini. Itu pelajaran yang sangat berharga,” kata dia.
Menuru dia, hal yang menarik yang dia dapatkan dari DPRD DKI adalah adanya keterbukaan dalam berbagai hal, termasuk pembahasan anggaran. Taufik berpesan bahwa agar hal itu dipertahankan.
Saat ini, setelah digantikan, Taufik menjadi anggota biasa DPRD DKI. Namun, ia berencana mengundurkan diri setelah tidak menjabat sebagai Wakil Ketua DPRD DKI. "Alasannya tidak apa-apa, kan saya punya keinginan, punya sikap," kata Taufik.
Taufik mengaku belum mengajukan pengunduran diri itu kepada DPRD DKI atau pun kepada pihak terkait lain. Wakil Ketua DPRD DKI dua periode itu juga mengatakan belum melakukan pembicaraan berkaitan dengan rencana mengundurkan diri itu kepada Ketua DPD Gerindra DKI yang sekaligus Wakil Gubernur DKI, Ahmad Riza Patria. "Belum, baru pikir-pikir saja," tutur dia.
Dia hanya menjelaskan akan mengundurkan diri ketika perayaan hari ulang tahun atau HUT ke-495 DKI Jakarta, tepatnya pada Rabu, 22 Juni 2022. Saat ini, Taufik melanjutkan, dia belum menentukan akan bertahan di Gerindra atau tidak. "Saya belum ada pikiran apa-apa, sampai saat ini masih di Gerindra," tutur Taufik.
Taufik akan pindah ke NasDem
Di atas podium Dewan, Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetyo Edi Marsudi menanggapi kabar rencana politikus Gerindra Mohamad Taufik bakal loncat ke NasDem. Dia menyinggung soal jas biru yang dikenakan M Taufik dan dirinya.
Pada rapat paripurna pengambilan sumpah Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta hari ini, Prasetyo mengenakan setelan jas berwarna biru tua, kemeja putih dengan dasi merah serta peci hitam.
"Tadi ada yang bertanya, kenapa saya pakai baju biru? Ini menghargai M Taufik yang mau transfer ke warna biru," ujar dia disambut riuh para anggota dewan di ruangan tersebut pada Kamis, 2 Juni 2022.
Taufik pun menyatakan berpeluang untuk pindah NasDem. Alasannya, kata dia, NasDem merupakan partai yang berkans besar mengusung Anies Baswedan sebagai calon presiden pada pemilihan presiden 2024. Taufik menilai Anies memiliki potensi besar menang dalam pemilihan presiden 2024.
Taufik pendiri Partai Gerindra Jakarta
Taufik, kelahiran Jakarta, 3 Januari 1957 bukan orang baru di Partai Gerindra DKI Jakarta. Dia bersama Ahmad Riza Patria , yang sekarang menjabat Ketua Dewan Pimpinan Daerah Partai Gerindra DKI Jakarta, adalah pendiri Partai Gerindra DKI Jakarta dan telah bersama partai selama 13 tahun.
Sebelum bergabung dengan Partai Gerindra, ia sempat bergabung dengan Partai Golongan Karya (Golkar) dan Partai Keadilan dan Persatuan (PKP). Namun di Partai Gerindra lah ia memiliki karier politik yang melesat.
Ahmad Riza Patria memuji M Taufik sebagai sosok yang jeli dalam melihat peluang seseorang menjadi pemimpin. Riza mencontohkan, pada Pemilihan Kepala Daerah atau Pilkada DKI 2012 Taufik sukses membawa Jokowi dan Ahok memenangkan kontestasi itu.
Riza juga mengatakan selama memimpin Partai Gerindra DKI, M Taufik berhasil meningkatkan jumlah kursi perolehan suara. Dia juga dipercaya sebagai Wakil Ketua DPRD DKI 2014-2019 kemudian dilanjutkan pada periode 2019. Hal itu kembali terulang pada 2017, saat Anies Baswedan dan Sandiaga Uno terpilih sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta.
Namun, M Taufik juga dikenal dengan sederet kontroversi. M Taufik terjerat kasus korupsi saat menjabat Ketua KPU DKI Jakarta dan divonis 18 bulan penjara pada 27 April 2004. Ia dinilai merugikan negara Rp 488 juta dalam kasus korupsi pengadaan barang dan alat peraga Pemilu 2004.
Pada 2018, Ia juga pernah menggugat Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI Jakarta ke Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum (DKPP). Ia mengatakan KPU DKI tidak menjalankan putusan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) terkait dengan majunya mantan narapidana kasus korupsi sebagai calon legislatif dalam pemilihan legislatif atau Pileg 2019.
Taufik juga pernah mengeluh uang perjalanan dinas DPRD DKI yang menurutnya tidak cukup. Menurut Taufik, seharusnya uang perjalanan dinas yang diterima Dewan sekitar Rp 2 juta hingga Rp 2,5 juta per hari.
Menurut dia, selama perjalanan dinas, uang makannya bisa lebih dari Rp 50.000. Atas dasar itu, Taufik menilai uang Rp 470.000 per hari tidak dapat menutupi kebutuhan anggota DPRD DKI selama perjalanan dinas. "Makan Rp 50.000, makan siapa? Makan elu itu mah," ujar Taufik sambil menunjuk ke arah wartawan, pada Desember 2015.