Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah video yang menunjukkan lampu warna-warni (red, green, blue, RGB) pada Masjid Istiqlal Jakarta, viral di media sosial pada Ahad, 12 September 2021. Banyak warganet yang mengkritik dan menyamakannya dengan lampu diskotek.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Video berdurasi 42 detik yang diunggah oleh akun Twitter @FKadrun itu sebenarnya adalah video internal installator lampu saat sedang mengecek pemasangan lampu. “Kenapa RGB? Ini chip checking, untuk ngecek apakah pas control dynamic, lighting berfungsi baik atau enggak,” kata salah satu anggota tim desainer lighting Masjid Istiqlal, Chairunnisa Luthfya saat melalui Twitter pribadinya dan dikonfirmasi oleh Tempo pada Senin, 13 September 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia menjelaskan bahwa pemasangan lampu RGB pada interior Masjid Istiqlal itu untuk mengikuti warna sinar matahari, dari pagi hingga petang (circadian rhythm). Tidak ada sama sekali skema warna-warni seperti diskotek seperti yang disebut warganet.
Chairunnisa mengatakan bahwa Lighting Designer Principal Masjid Istiqlal adalah Agust Danang Ismoyo. Ia menerapkan circadian rhythm untuk mereplikasi suasana (ambience) dan rasa (feel) salat di luar ruangan yang langsung terkena sinar matahari.
“Biar dapat feel kayak salat di Masjidil Haram,” kata Chairunnisa.
Campuran warna RGB dipilih warna putih. Setiap chip lampu dapat diatur untuk menentukan putih yang warm atau cold. Sedangkan warna amber-white untuk menguatkan intensitas warna putihnya. Ia menjelaskan bahwa kombinasi lima chip lampu itu sangat ampuh dalam membuat pergantian warna ala matahari.
Mengapa Masjid Istiqlal tidak menggunakan tunable white? "Warna tunable white itu pakai chip warm white dan cool white yang bikin kombinasi warnanya tidak sekaya RGBAW dan intensitasnya jauh lebih rendah.”