Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

LIPI Sebut Kualitas Pakan Ternak Belum SNI, Ini Akibatnya

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyebut alasan pasokan daging sapi dan susu perah yang belum maksimal di Indonesia.

13 Agustus 2018 | 18.52 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Peternak memberi pakan sapi perah di Dusun Surugalih, Desa Pucangsari, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. TEMPO/Abdi Purmono

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Bogor - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyebut alasan pasokan daging sapi dan susu perah yang belum maksimal di Indonesia. Menurut LIPI, pakan yang diberikan kepada ternak belum memenuhi persyaratan.

Baca: LIPI dan ITB Gotong Royong Bantu Hilangkan Bau Busuk Kali Item

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ketua Pusat Unggulan Iptek Bioteknologi Sapi Potong dan Sapi Perah LIPI, Yantyati Widyastuti menyebut berdasarkan data Kementerian Pertanian RI hingga tahun 2018, Indonesia baru dapat memenuhi kebutuhan daging sapi sebesar 70 persen dan sisanya masih impor.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Begitupun dengan dengan kebutuhan susu nasional, tercatat berkisar 4,5 juta ton, namun produksi susu lokal baru mencukupi sebanyak 19 persen atau sekitar 864.600 ton,” kata Yantyati usai menghadiri Workshop Evaluasi Kualitas Pakan dan Ekologi Rumen di Bogor, Senin 13 Agustus 2018.

Hal itu menyebabkan impor susu dalam jumlah yang sangat besar yakni 3,65 juta ton atau sekitar 81 persen dari total konsumsi.

Yantyati menyebut, kurangnya pengetahuan di tingkat peternak maupun penyedia pakan menjadi salah satu faktor penyebab belum tercukupinya kebutuhan daging maupun susu di Indonesia.

Selama ini peternak hanya mengerti memberi pakan kepada hewan ternaknya sebatas rumput atau jerami.

“Padahal pakan sapi itu ada dua, pertama hijauan dan kedua konsentrat, itu bertujuan untuk menutupi kekurangan hijauan,” kata Yantyati.

Baca: Peneliti LIPI: Seharusnya Tak Ada Buaya di Kali Grogol

Ditempat yang sama, Ketua Asosiasi Ahli Nutrisi dan Pakan Indonesia, Nahrowi mengatakan, kebutuhan Bahan Kering (BK) yang dianjurkan sesuai dengan Standar Nasional Indonesia yang harus terkandung dalam pakan ternak sapi potong minimal 86 persen dan Protein Kering (PK) minimal 13 persen.

“Namun realitanya untuk BK 63-90 persen sedangkan PK 9,4 – 14,9 persen,” kata Nahrowi.

Untuk sapi perah BK dan PK yang dianjurkan sesuai dengan SNI sudah memenuhi syarat di lapangan, namun abu maksimal 10 persen. Realita di lapangan, kandungan abu pada pakan mencapai 12-13 persen.

“Abu merupakan zat pakan anorganik, abu mengandung unsur-unsur yang dibutuhkan oleh ternak seperti, Ca, K, Na, Mg, Fe, P, dan CL,” kata Nahrowi.

Untuk itu, Nahrowi mengatakan, kualitas pakan sapi potong dan sapi perah di Indonesia masih banyak yang belum memenuhi SNI.

Peneliti LIPI Yantyati mengatakan kunci untuk meningkatkan produksi daging dan susu pada ternak terletak pada kualitas pakan. “Pakan merupakan unsur utama, jadi memang peningkatan produktivitas tergantung kualitas pakan. Peternak harus mengerti benar,” ujarnya.

Ade Ridwan Yandwiputra

Ade Ridwan Yandwiputra

Lulusan sarjana Ilmu Komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Institut Bisnis dan Informatika Kosgoro 1957. Memulai karier jurnalistik di Tempo sejak 2018 sebagai kontributor. Kini menulis untuk desk hukum dan kriminal

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus