Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

LIPI Tawarkan Dua Teknologi Atasi Pencemaran Air Jakarta

LIPI menawarkan dua teknologi untuk mengatasi persoalan pencemaran air yang terintegrasi untuk Kota Jakarta.

22 Maret 2018 | 14.42 WIB

Warga mengambil sampel air yang tertutup Limbah busa di Kali Ancol, Jakarta, 16 Februari 2016. Limbah busa di Kali Ancol tersebut merupakan indikator pencemaran air. TEMPO/Dian Triyuli Handoko
Perbesar
Warga mengambil sampel air yang tertutup Limbah busa di Kali Ancol, Jakarta, 16 Februari 2016. Limbah busa di Kali Ancol tersebut merupakan indikator pencemaran air. TEMPO/Dian Triyuli Handoko

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menawarkan dua teknologi untuk mengatasi persoalan pencemaran sistem air yang terintegrasi untuk Kota Jakarta. Kepala Balai Pengembangan Instrumentasi (BPI) LIPI Anto Tri Sugiarto di Jakarta, Kamis, 22 Maret 2018, mengatakan bahaya pencemaran air akan menjadi bencana bagi Kota Jakarta jika tak segera diatasi. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Anto mengatakan sistem air Kota Jakarta sebenarnya saling terintegrasi, antara air tanah, sungai, waduk, dan laut, sehingga sungai, danau, dan waduk yang tercemar akan mencemari seluruh sistem air di Kota Jakarta. "Bahaya pencemaran ini, jika tidak segera diantisipasi, akan menjadi bencana bagi Kota Jakarta itu sendiri," ujar Anto.

Keadaan sungai dan danau di DKI Jakarta yang kotor dan penuh sampah menjadi kekhawatiran semua pihak. Ditambah lagi kondisi geologis Jakarta yang terdiri atas endapan gunung api di selatan dan endapan alluvial laut di utara, mengakibatkan kondisi badan air yang saling berhubungan.

Air tanah di Jakarta memiliki hubungan dengan 13 sungai, serta 55 danau dan waduk (DKI Jaya, 2014) yang terhubung dengan seluruh sistem sungai ini.

Menurut Anto, agar bencana tidak terjadi, LIPI melakukan riset untuk memperoleh air bersih dengan berbagai cara. Mulai teknologi biologi, fisika, dan kimia secara konvensional hingga proses yang lebih canggih. 

Ia juga menjelaskan bahwa danau dan waduk di Jakarta secara perlahan-lahan menghilang. Padahal danau, atau yang biasa disebut situ, di Jakarta mempunyai fungsi antara lain persediaan air, PLTA, sarana irigasi, budi daya perikanan darat, sarana rekreasi dan olahraga, pengendali bencana alam, habitat tumbuhnya tumbuhan dan satwa, juga sebagai sarana penelitian, pendidikan, dan transportasi.

Karena itu, Anto mengatakan, LIPI menawarkan solusi-solusi untuk upaya pemulihan danau dan sungai dengan intervensi teknologi, yaitu teknologi integrated floating wetland. Teknologi ini untuk pengelolaan air tanah, danau, dan sungai yang bisa dimanfaatkan sebagai solusi pengelolaan sungai dan danau yang saling berhubungan.

Selain itu, LIPI memiliki teknologi nanobubble untuk pengolahan air limbah agar tidak mencemari sungai dan danau.

Sungai dan danau memiliki kegunaan yang hampir sama, sehingga keberadaannya perlu dijaga dan dilestarikan. Proses pelestarian sungai dan danau merupakan tanggung jawab kita bersama, baik individu, masyarakat, maupun pemerintah pusat dan daerah, mengingat pentingnya fungsi dan peruntukannya. 

"Salah satu cara melestarikan sungai dan danau adalah dengan menjaga daerah aliran sungai (DAS) agar tidak terjadi erosi dan pencemaran. Pengelolaan sungai dan danau dapat dilakukan menggunakan manajemen lingkungan yang baik," kata peneliti LIPI itu.

ANTARA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus