Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Liza minnely

Di Yogyakarta diselenggarakan lomba play back, oleh Papmi yogyakarta dimana para peserta menirukan gaya & gerak lagu yang terputar dengan sistem play back. Diikuti para waria dan ada anak kecil segala.

27 Februari 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DISKOTEK Crazy Horse, Borobudur Plaza, Yogyakarta. Saudara, inilah pergelaran luar biasa, para penyanyi kelas dunia dan pribumi memperagakan kebolehannya. Segala jenis musik disajikan. Ada rock, pop, keroncong, dangdut, jazz, pokoknya asal bernama musik, monggo. Para penyanyi ini dinilai, lho. Inilah Liza Minnely dengan lagunya New York New York. Tepuk tangan meriah. Liza muncul dengan gaya panggungnya yang pas, sedikit seronok. Bertubuh tinggi besar, Liza mengenakan gaun hitam dengan hiasan manik-manik perak. Suaranya, berat dan lembut, membuat penonton bertepuk tangan, ikut berjingkrak dan suit-suit. Nama bintang rock yang juga bintang film ini mampu menggelegarkan diskotek kuda binal itu. Cuma saja, begitu lagu usai, Liza kembali ke belakang, penonton tertawa riuh. Jalannya itu, Mbakyu, jalannya. Liza yang di Amerika sono cantik sekali, muncul di Yogya ternyata seorang waria, alias banci. Tenan, lho. Dan inilah Harry Mukti, penyanyi rock Indonesia dengan lagu yang kondang di antara kawula muda, Dalam Kegelapan. Huh! Lalu muncul seorang anak kecil usianya sekitar 13 tahun. Ia berjingkrak, berguling, meloncat - seperti pemain sirkus. Penonton mengejek, lantaran lagu yang dinyanyikan dan bentuk tubuh anak itu tidak seimbang. Harry grogi, ia meninggalkan panggung, toh, lagunya jalan terus. Edan. Siapa Harry Mukti itu? Siapa Liza Minnely itu ? Winardi, yang kecil itu, pelajar kelas I SMP, memilih jadi Harry Mukti. Sedang Titin, 34 tahun, yang diutus oleh Paguyuban Waria Mataram, organisasi para wadam di kota Yogya, menjadi Liza. O, ya, inilah di Kota Gudeg. Cukup menghibur. Cukup konyol. Penyelenggaranya pun bukan kalangan musik, tapi Persatuan Ahli Perancang Mode Indonesia (PAPMI). Untuk apa? Lho, mulia. "Terus terang saya sangat terganggu kalau melihat penyanyi di televisi tidak sinkron dalam menggerakkan bibirnya dan penghayatannya ketika menyanyi," kata Wmarno, Ketua PAPMI Yogyakarta, kepada Rustam F. Mandayun dari TEMPO. Tapi ada tujuan lain. "Menyalurkan rasa jengkel seseorang yang mempunyai tampang penyanyi dan kemampuan bergaya, tapi tidak punya suara yang bagus." Yang dijual dalam lomba yang diikuti 55 orang, pertengahan Januari lalu itu, memang kekonyolan dan kejengkelan itulah. Lantas, bagaimana merancangnya untuk dijadikan mode, ini yang tak jelas.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus