Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pemilu tampaknya hanya bisa diikuti oleh kandidat berkantong tebal. Semakin tak ngetop sang kandidat, semakin banyak uang mesti mereka pakai untuk mengatrol popularitas. Selain itu, ada faktor kedekatan sosiologis kandidat dengan konstituennya. Kandidat yang beragama dan bersuku sama dengan konstituen lebih mudah ”dijual” ketimbang yang berbeda.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo