Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Malu kampret di soppeng

Bupati soppeng, sulawesi selatan, abbas sabbi marah. stafnya berzina di ruang kantor. kasus itu dikaitkan dengan hilangnya kelelawar dari kota itu.

1 Januari 1994 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

URUSAN esek-esek ikut menyita kesibukan bupati juga terjadi di Soppeng, Sulawesi Selatan. Kantor bupati itu terletak di Salotungo, 3 km dari pusat kota Soppeng baru saja rampung. Tapi di sana-sini masih ada tukang yang tak-tok untuk menyempurnakan ini-itu. Karena lokasinya agak di luar kota, suasana sekitarnya lumayan sepi apalagi setelah karyawan bubar seperti pada suatu Jumat siang, November silam. Namun, ada dua pegawai yang masih tinggal. Mereka itu sebut saja Romi dan Yuli. "Ada tugas mendesak yang harus diselesaikan," kata Romi mengenai alasannya lembur. Sementara itu, Yuli yang dari bagian lain toh ikut tinggal pula. Tugas mendesak itu rupanya memang hanya mereka berdua yang tahu. Singkat cerita, di ruang kerja Romi mereka tinggal berduaan. Sampai suatu saat seorang tukang batu melintas di situ. Herman, tukang batu itu, sempat mendengar orang mendesah dari dalam ruangan tersebut. Tak acuh dia. Tapi ketika desah itu kian seru, Herman penasaran. Dia mengintip. Waw! Kawannya lantas ikut menimbrung. "Saya tidak bisa memastikan mereka melakukan hubungan kelamin, tapi yang jelas mereka saling bersentuhan," kata si tukang batu. Namun, cerita beginian kan paling cepat laku, dan sedap sebagai gunjingan. "Sumpah. Saya tidak melakukan hubungan apa-apa dengan Yuli," ujar Romi. Diakuinya, alasan terlambat pulang bersama Yuli karena ada tugas yang harus dikerjakan. Menurut dia, cerita buruk ihwal dirinya itu sengaja dilansir orang yang ingin merusak nama baiknya. "Kalau memang mau hubungan, kenapa harus di kantor? Kan banyak tempat lain?" katanya, seperti dikutip mingguan Bina Baru, Ujungpandang. Bupati Soppeng, Abbas Sabbi, berang mendengar kabar kurang sedap di kantornya ini, lalu memerintahkan pengusutan sampai tuntas. Urusannya kini diproses oleh inspektorat setempat. Belum diketahui bagaimana hasil penyelidikan itu. Tapi, menurut laporan Waspada Santing dari TEMPO, sebagian penduduk Soppeng lalu mengaitkan kasus tadi dengan raibnya kelelawar dari kota mereka. Selama ini siang hari dengan mata telanjang dengan mudah bisa dilihat ribuan satwa malam tersebut bergelayut di pohon. Sampai-sampai Soppeng dijuluki Kota Kelelawar, dan lambang kota itu memang gambar kelelawar. Ada kasus Romi dan Yuli. Ada kampret lenyap dari pepohonan di dalam kota. Kedua kejadian ini lalu dikawinkan oleh penduduk. Kesimpulannya, mereka sebut sebagai pertanda adanya kejadian yang memalukan, atau bakal ada malapetaka. Sampai di mana kebenaran dugaan serba kira-kira ini, ya, wallahu'alam bis sawab. Karena urusan masih serba kelam, ya, sulit juga beroleh jawab.Ed Zoelverdi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum