Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Mahasiswa FIB UI memberikan edukasi tentang Covid-19 lewat pertunjukan wayang.
Pertunjukan wayang dikemas dalam video singkat berdurasi sekitar 5 menit.
Sebelumnya, siswa berpendapat bahwa penularan virus corona terjadi karena orang yang tertular kurang taat menjalankan perintah agama.
JAKARTA – Sistem pembelajaran jarak jauh tidak bisa diterapkan di Sekolah Dasar Negeri Cikoneng, Tugu Utara, Cisarua, Kabupaten Bogor. Sebagian besar orang tua siswa di desa itu bekerja sebagai buruh di kebun teh. Penghasilan mereka pas-pasan sehingga tidak mampu menyediakan gawai untuk anak-anaknya. Walhasil, guru di sekolah itu tetap menerapkan sistem pembelajaran tatap muka agar siswa tidak tertinggal pelajaran.
Pekan lalu, sejumlah mahasiswa Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI) datang ke SD Cikoneng. “Kami memberikan edukasi pencegahan penularan Covid-19 kepada siswa dengan media wayang kulit,” kata Fakih Trisera Firaldhi, mahasiswa Program Studi Sastra Jawa yang berada dalam rombongan itu, kemarin.
Menurut Fakih, mereka telah membuat video singkat wayang kulit berdurasi sekitar 5 menit. Dalam video itu, tokoh Kresna dan Arjuna digambarkan sedang menjelaskan pagebluk yang menyerang Negara Dwarawati. “Nah, di sini kami menjelaskan apa itu virus corona dan bagaimana cara mencegah penularannya,” kata dia. “Misalnya, dengan rajin mencuci tangan, menjaga jarak fisik, dan menggunakan masker.”
Fakih mengatakan cerita wayang itu menggunakan bahasa Indonesia dan dikemas secara sederhana agar mudah ditangkap oleh para siswa. Dia berharap, melalui pertunjukan ini, siswa bisa mengantisipasi penularan wabah, baik di sekolah maupun di rumah.
Desa Cikoneng termasuk desa terpencil yang berada di tengah hamparan kebun teh. Dari Jalan Raya Puncak, jaraknya sekitar 5 kilometer. Namun jalan menuju desa itu terjal dan berbatu sehingga jarang ada kendaraan yang masuk ke sana.
Mayoritas penduduk di Desa Cikoneng hanya lulusan sekolah dasar. Sebab, di tempat itu memang tidak ada sekolah lagi selain SD Negeri Cikoneng. Jika ingin melanjutkan ke jenjang pendidikan berikutnya, mereka harus ke desa lain yang jaraknya cukup jauh dan ditempuh dengan berjalan kaki. Nyaris tidak ada kendaraan yang lewat di desa itu kecuali truk pengangkut daun teh. Itu pun jarang-jarang.
Widhyasmaramurti, pengajar di FIB UI, mengatakan kegiatan mahasiswa di Desa Cikoneng itu merupakan bentuk pengabdian terhadap masyarakat. Kegiatan ini sepenuhnya dibiayai oleh Direktorat Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat UI. “Tapi mahasiswa yang mengajukan usul kegiatan dalam bentuk proposal,” katanya.
Menurut dosen yang biasa disapa Mara ini, proposal kegiatan diserahkan pada Februari lalu, sebelum pandemi muncul. Saat itu kegiatan yang diusulkan adalah mengajarkan cerita-cerita Nusantara kepada anak-anak. “Tapi proposal baru disetujui Juni lalu,” katanya.
Saat itu pemerintah sudah memberlakukan pembatasan untuk mencegah penularan wabah. Rencana kegiatan, kata Mara, sempat akan dibatalkan. Namun mahasiswa mengusulkan untuk memodifikasi bentuk kegiatan. “Akhirnya disepakati untuk memberikan edukasi tentang Covid-19 melalui cerita-cerita Nusantara,” katanya.
Selain dengan pertunjukan wayang, kata Mara, mahasiswa memasang sejumlah poster yang menjelaskan virus corona dan upaya-upaya pencegahannya. Poster-poster ini ditulis dalam bahasa Sunda agar bisa dipahami murid-murid. "Sebelumnya, anak-anak berpendapat, orang yang tertular virus corona karena mereka kurang iman dan tidak taat pada agama," kata Mara. “Sekarang mereka bisa memahami bagaimana cara virus menyebar.”
Rudi, Wakil Kepala SD Negeri Cikoneng, mengapresiasi kegiatan yang digelar para mahasiswa itu. Dia berharap, dengan kegiatan ini, siswa menjadi lebih paham tentang Covid-19 sehingga bisa menjaga diri dengan menerapkan protokol kesehatan. “Anak-anak melihat langsung contoh dari kakak mahasiswa selaku role model,” katanya kepada Antara.
SUSENO | ADE RIDWAN
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo