Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SEBULAN terakhir ini Sudirman Ritonga rindu melihat sinar matahari pagi. Dari beranda rumah panggungnya—sebenarnya lebih menyerupai teratak—kabut asap tebal menyergap saban fajar menyingsing. Baru sebentar berdiri di sana, warga transmigran asal Medan itu selalu merasa matanya buram sekaligus perih.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo