Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Menembus Iberia dari Kartika Chandra

Portugal akhirnya mengakui Timor Portugal bergabung dengan Indonesia. Ditukar dengan tawanan perang.

6 Oktober 2014 | 00.00 WIB

Menembus Iberia dari Kartika Chandra
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Kurang dari sebulan, operasi intelijen Benny Moerdani membuat Portugal, penjajah di Timor sejak 1769, mengakui integrasi kawasan jajahannya itu dengan Indonesia. Mulanya, Portugal hanya mengakui Fretilin-kekuatan politik beraliran kiri-yang telah mengumumkan kemerdekaan Timor Portugal pada 28 November 1975. Presiden Antonio Ramalho Eanes, yang baru terpilih setelah Revolusi Bunga 1974, juga menolak Pemerintahan Sementara Timor Timur yang setuju bergabung dengan Indonesia. "Intel mencoba menembus kendala ini," kata Teddy Rusdy, mantan perwira pembantu Asisten Intelijen Pertahanan dan Keamanan, bulan lalu.

Kondisinya tak mudah karena Portugal langsung memutuskan hubungan diplomasi dengan Indonesia setelah Merah Putih berkibar di Dili pada Ahad, 7 Desember 1975. Benny, saat itu Asisten Intelijen Pertahanan dan Keamanan dengan pangkat brigadir jenderal, sekaligus otak invasi ke Timor Portugal, merajut kembali jalur komunikasi yang terputus lewat Operasi Flamengo. Motor utamanya Kolonel Irawan Soekarno alias Ketjeng dari Badan Koordinasi Intelijen Negara dan Letnan Kolonel Teddy Rusdy. Keduanya disusupkan di Pemerintahan Sementara Timor Timur.

"PSTT plus" ini berkantor di Hotel Kartika Chandra, Jakarta Selatan. Menurut Teddy, kini 75 tahun-dengan pangkat terakhir marsekal muda-PSTT cabang Kartika Chandra ini menempati tiga kamar di lantai tiga. Wakil Timor Timur diberi kamar sehingga mereka tinggal turun lift untuk ngantor. Sedangkan PSTT sendiri dikomandani Arnaldo dos Reis Araujo, yang baru dibebaskan pasukan Indonesia dari tahanan Fretilin. Dia mewakili partai Apodeti alias Asosiasi Kerakyatan Demokratik Timor. Wakilnya Francisco Xavier Lopes da Cruz dari UDT-Persatuan Demokratik Timor.

Kartu truf Benny adalah 23 tentara Portugal di tangan Indonesia. Dalam buku Saksi Mata Perjuangan Integrasi Timor Timur yang ditulis wartawan TVRI Hendro Subroto, mereka tertangkap pasukan UDT di antara Batugade dan Dili, September 1975. Di antara para tawanan itu terdapat perwira, termasuk Letnan Rui Manuel Batista da Palma Carlos, keponakan Marcelo Jose Caetano, Perdana Menteri Portugal yang terguling saat Revolusi Bunga.

Pada Juni 1976, Lopes da Cruz, Mario Viegas Carrascalao, dan Domingos de Oliveira-ketiganya dari UDT-mewakili PSTT bertemu dengan perwakilan Portugal di Bangkok. Teddy dan Ketjeng ikut dan diperkenalkan sebagai pendamping mereka. Dalam pertemuan tersebut, delegasi Portugal, yang dipimpin Marsekal Jose Alberto Morais da Silva, meminta 23 tentaranya dibebaskan. Portugal juga menuntut pelepasan 113 warga Timor Timur yang ingin mengungsi ke negara di Semenanjung Iberia tersebut.

"Indonesia minta pengakuan dari Portugal soal Timor Timur," ujar Teddy. Mulanya Portugal keberatan. Namun PSTT masih melihat kesempatan dari Da Silva, perwira angkatan udara lulusan Amerika Serikat, yang antikomunis. Da Silva kembali diajak bertemu di Bangkok. Kali ini lebih pribadi karena agendanya banyak pelesiran, termasuk ke Pantai Pattaya. Saat itulah Da Silva mengutarakan keinginan melihat 23 tentaranya.

Benny tengah berada di kantor mereka di Tebet, Jakarta Selatan, saat diberi tahu mengenai permintaan Da Silva. Dia segera bergerak memuluskan kunjungan tersebut. Mario dan Lopes diminta bersiap di Dili, lengkap dengan massa yang membawa spanduk pro-integrasi untuk menyambut kedatangan Da Silva, yang sebelumnya dijamu di Jakarta, Yogyakarta, dan Bali. Sang utusan bertemu dengan Arnaldo dos Reis Araujo-yang sudah menjadi gubernur-meninjau rumah yatim piatu dan Rumah Sakit Palang Merah Indonesia Wira Husada di Dili, sebelum menyeberang ke Atambua untuk menemui para tahanan. Begitu Da Silva pulang, Portugal menyetujui tuntutan Indonesia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus