INI peristiwa langka. Lima wartawan majalah Time, 23 Maret lalu, diterima Presiden Soeharto di Cendana. Mereka adalah redaktur pelaksana edisi internasional Karsten Prager, John Stacks (asisten Prager), redaktur senior McGeary, Richard Hornik (kepala biro dan koresponden Asia Tenggara), dan Jay Branegan. Hasilnya dimuat Time edisi 8 April 1991. Termasuk langka karena wawancara eksklusif serupa itu memang jarang terjadi. Beberapa di antara media asing yang beruntung, selain Time, termasuk Asiaweek, yang melakukan wawancara sekitar lima tahun lalu. Sedangkan media dari dalam negeri di antaranya yang pernah diterima Presiden mungkin baru harian Suara Karya. Barangkali itu sebabnya, ketika kabar keberhasilan Time memasuki ruang tamu kediaman Presiden di Cendana, sejumlah media cetak di dalam negeri segera menyiarkan hasil wawancara itu, sekitar 3 April pekan lalu. Tampaknya, hasil wawancara majalah kondang di seantero jagat itu tidak hanya menarik perhatian media di Indonesia. The Straits Times terbitan 6 April juga mengutipnya secara lengkap. Ini menunjukkan bahwa Presiden Soeharto, yang disebut Time hampir 25 tahun memerintah, dan dengan masa jabatan kelimanya yang akan berakhir pada 1993 itu, merupakan tokoh yang menjadi perhatian media internasional. Pers dalam negeri memang jarang seberuntung Time. Menurut Mensesneg Moerdiono, Pak Harto belum pernah melakukan wawancara eksklusif dengan wartawan nasional. Selain belum pernah ada media mana pun yang mengajukan permohonan untuk wawancara, "Bagi beliau, hal itu memang tidak biasa," katanya. Padahal, menurut Moerdiono lagi, prosedur untuk meminta wawancara tidak terlalu ruwet. Ambil contoh yang dilakukan Time. "Time mengajukan surat permohonan kepada Dirjen PPG Subrata, lalu diteruskan ke Presiden pada 16 Maret 1991," kata Mensesneg. Dan ternyata, Time tidak perlu menunggu terlalu lama. Bahkan, menurut Mensesneg, kesediaan Presiden itu disampaikan secara mendadak. "Mereka diberi tahu satu malam sebelumnya. Itu biasa. Sebab, para tamu Presiden biasanya baru diberi tahu semalam sebelumnya," ujar Mensesneg. Tidak begitu jelas di mana mereka dihubungi. Yang pasti, sejak 20 Maret, rombongan wartawan Time itu sudah berada di Jakarta. Pada 21 Maret mereka malah sempat makan malam di kediaman Ali Sadikin, bekas Gubernur DKI, setelah tiga minggu sebelumnya mengajukan permintaan wawancara dengan sejumlah tokoh di Jakarta. Isi wawancara Time dengan Presiden sebenarnya bukan lagi isu baru bagi pers di dalam negeri. Misalnya tentang pencalonan diri Soeharto menjadi presiden RI dalam Sidang Umum MPR 1993 kelak. Presiden berkata, "Itu sepenuhnya tergantung kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat ...." Time terus memburu. "Tapi tampaknya Anda mengharapkan MPR berkata: kami menginginkan Soeharto kembali?" Presiden menjawab seperti yang diucapkannya dalam biografi Soeharto -- Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya. "Itu tergantung pada kondisi fisik saya. Pada saat itu saya telah berusia 72 tahun. Andaikata saya tidak lagi mampu melaksanakan amanat Garis-Garis Besar Haluan Negara, saya harus mengakuinya dan mengumumkan bahwa saya tidak mampu lagi memegang jabatan presiden." Bila masih sehat? "Kita lihat saja pada 1993 nanti. Jangan sekarang," jawab Presiden sambil tertawa. Beberapa isu lain, seperti soal calon presiden lebih dari satu, juga dipertanyakan. Dan kata Pak Harto, mungkin saja calon lebih dari satu, dua atau tiga. Ada lima fraksi di MPR. Tiga dari partai politik, satu dari daerah, dan satu lagi dari ABRI. Masing-masing boleh mengajukan calonnya. Jadi, secara teori, mestinya terdapat lima orang calon. Tapi sebelum calon diajukan, setiap fraksi akan mencapai konsensus, sehingga akhirnya akan terdapat hanya satu atau mungkin dua calon. "Ini berdasarkan prinsip bahwa kepentingan nasional dan kepentingan kelompok yang lebih besar akan diprioritaskan daripada kepentingan individu atau satu kelompok," ujar Presiden. Semua yang dibicarakan Pak Harto, menurut Moerdiono, cukup jelas. "Tak ada yang tersirat. Semua maksudnya jelas," katanya. Prijono B. Sumbogo, Linda Djalil, dan Leila S. Chudori (Jakarta)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini