Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi: Target Sesungguhnya 34 Medali Emas

TAK pernah satu hari pun Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi, 45 tahun, absen menonton pertandingan Asian Games 2018.

1 September 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi: Target Sesungguhnya 34 Medali Emas

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TAK pernah satu hari pun Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi, 45 tahun, absen menonton pertandingan Asian Games 2018. Sejak pesta olahraga bangsa-bangsa se-Asia itu dibuka pada 18 Agustus lalu, pria kelahiran Bangkalan, Madura, tersebut berkeliling dari satu arena ke arena lain untuk memberikan suntikan moral kepada para atlet.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Imam setia menemani para atlet sejak masa pemusatan latihan nasional. "Jangan sampai atlet merasa dibiarkan berlatih sendirian," kata Imam, Kamis malam pekan lalu. Menurut dia, hal itu menjadi salah satu kunci Indonesia dalam memenuhi target perolehan medali di Asian Games. Hingga Sabtu siang pekan lalu, Indonesia bertengger di posisi keempat dengan 31 medali emas. Padahal target yang dipatok hanya masuk sepuluh besar dengan 16 medali emas.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politikus Partai Kebangkitan Bangsa ini mengaku tak terkejut melihat capaian kontingen Indonesia itu. Dia berpatokan pada rapat kementeriannya dengan organisasi induk cabang olahraga, awal Juli lalu. Rapat itu mensimulasikan hasil di setiap nomor cabang olahraga dengan mempertimbangkan kekuatan lawan setelah ditutupnya pendaftaran atlet peserta Asian Games. Hasilnya, Indonesia bisa meraih 34 medali emas. "Ini yang tidak pernah saya buka," ujarnya.

Imam memastikan bonus buat peraih medali dicairkan secepatnya. Peraih emas kategori tunggal akan mendapat Rp 1,5 miliar, perak Rp 500 juta, dan perunggu Rp 250 juta. Di kategori ganda, peraih emas memperoleh Rp 1 miliar, perak Rp 400 juta, dan perunggu Rp 200 juta. Sedangkan di kategori beregu, peraih emas mendapat Rp 750 juta, perak Rp 300 juta, dan perunggu Rp 150 juta. "Yang penting bagaimana atlet memahami manajemen keuangan agar produktif, entah buat usaha atau apa," katanya.

Selama Asian Games, 24 jam sehari seperti tak cukup bagi Imam. Kamis pekan lalu, setelah menonton pertandingan rugbi di Gelora Bung Karno dan memberi pengarahan untuk Kirab Pemuda di Cibubur, yang berakhir menjelang tengah malam, Imam menerima wartawan Tempo Jobpie Sugiharto, Reza Maulana, Angelina Anjar, dan Egi Adyatama untuk wawancara khusus di rumah dinasnya di kompleks menteri Widya Chandra, Jakarta. Dalam sesi foto pada Jumat dinihari, sekitar pukul 03.00, Imam memilih berpose dengan topi yang ia beli dari pedagang di emperan masjid kantornya.

Anda pernah membayangkan Indonesia meraih empat besar Asian Games?

Ha-ha-ha… pernah, sih.

Termasuk meraih 31 medali emas?

Ini yang tidak pernah saya buka. Setelah entry by name (pendaftaran nama atlet) ditutup, saya memanggil semua organisasi cabang olahraga untuk menentukan target. Dengan sudah dilakukannya entry by name, kita bisa tahu lawan kita dari negara mana saja hingga nomor pertandingannya. Saat itu, saya berjanji membukanya. Tapi, setelah saya pertimbangkan lagi, saya putuskan tidak karena terkait dengan strategi.

Berapa target sesungguhnya?

Total target versi organisasi cabang olahraga adalah 34 medali emas, 27 medali perak, dan 47 medali perunggu. Mirip-mirip dengan perolehan medali saat ini. Kemarin kami memang mengambil angka terburuk dari target maksimal itu, setidaknya 50 persen atau 16 medali emas.

Para atlet tahu soal target ini?

Saya kira pengurus organisasi cabang olahraga sudah memberi tahu atlet.

Pencak silat memperoleh medali emas terbanyak, 14 medali. Apakah target sesungguhnya sebanyak itu?

Tidak. Tapi, untuk menutupi yang lain, kita harus merebut 14 medali emas itu.

Menutupi yang meleset dari target?

Ya. Target jetski tiga medali emas, tapi cuma dapat satu. Target panahan satu medali emas, tapi tidak dapat. Target renang satu medali emas, tapi juga tidak dapat. Di sisi lain, ada cabang olahraga yang melebihi target. Target panjat tebing dua medali emas, dapat tiga. Tenis juga di luar dugaan. Targetnya satu medali perunggu, dapat satu medali emas. Jadi target itu akan menjadi tagihan saya, berapa yang terpenuhi, berapa yang meleset.

Bagaimana menghitung target tersebut?

Kami punya peta, kami sinkronisasi, baru kami munculkan target. Kami sampai menghitung apakah target itu sudah termasuk hasil pencapaian atlet ketika beruji coba ke luar negeri. Misalnya, kami yakin atlet ganda putra bulu tangkis Marcus Gideon/Kevin Sanjaya mendapat medali emas karena jadi juara di pertandingan A, B, C, dan seterusnya. Kemudian, kami yakin atlet panjat tebing Aries Susanti Rahayu mendapat medali emas karena menjadi juara dunia di Cina dan runner-up di Rusia. Tapi ada juga cabang olahraga yang sangat kami yakini walaupun tidak pernah bertanding.

Cabang apa itu?

Kurash, sambo, dan kabaddi tidak pernah bertanding. Jadi kami memilahnya menjadi cabang olahraga yang pasti mendapat medali, hanya menaikkan peringkat, hanya memecahkan rekor nasional, optimistis, dan akan memberi kejutan.

Sepak bola yang meleset jauh dari target itu kejutan?

Target sepak bola berubah-ubah. Pertama, empat besar. Setelah itu, delapan besar. Terakhir, "Kami akan memberikan kejutan." Ternyata kejutannya adalah Uni Emirat Arab diberi hadiah dua penalti saat melawan Indonesia. Sebenarnya permainan kita bagus. Ini murni ini masalah pemain kedua belas, yaitu wasit. Akhirnya betul-betul terkejut, ha-ha-ha….

Dengan banyaknya faktor nonteknis yang muncul, bagaimana kontingen kita bisa mencapai target?

Setelah SEA Games 2017 Kuala Lumpur, kami meminta langsung diadakan pelatnas Asian Games. Jadi tidak ada jeda. Kami juga kembali mendorong organisasi cabang olahraga agar mandiri dengan mencari sponsor. Lalu kami mengubah kebijakan penganggaran untuk pemenuhan kebutuhan atlet. Tadinya diberikan akhir bulan, saat ini menjadi awal bulan. Saya melibatkan para mantan atlet Olimpiade untuk memotivasi atlet. Saya pun melaksanakan resolusi 2018, berkantor di pelatnas. Saya berkeliling ke cabang olahraga untuk menemani atlet. Jangan sampai atlet merasa dibiarkan berlatih sendirian. Ini juga saya gunakan untuk mengecek apakah kebutuhan atlet sudah terpenuhi.

Hasil buruk di SEA Games Kuala Lumpur jadi cambuk?

Ya, kita rindu prestasi. Atlet menjadikan pengalaman di SEA Games Kuala Lumpur sebagai spirit untuk membuktikan kemampuannya. Pesilat Yola Primadona kalah di SEA Games. Saat bertemu dengan saya di Jakarta, dia menangis dan berjanji, "Pak, saya akan buktikan di Asian Games bahwa saya juaranya."

Seberapa besar peran Presiden Joko Widodo dalam Asian Games?

Pak Presiden sangat rutin berkunjung ke pelatnas. Selain itu, rapat terbatas soal prestasi digelar hampir enam kali dari sebelas kali rapat terbatas mengenai Asian Games.

Presiden tahu target sesungguhnya adalah 34 medali emas?

Dalam rapat terbatas, kami tidak berbicara secara detail. Saya hanya mengatakan targetnya 16 medali emas. Tapi Pak Presiden paham. Beliau pun menelepon ketua-ketua organisasi cabang olahraga, bertanya, "Sampai mana persiapannya?" Ada sentuhan personal. Yang paling saya senangi, kalau melihat pertandingan, Pak Presiden selalu berdoa. Jadi, sehebat apa pun, beliau masih terus menggantungkan diri pada kekuasaan Allah.

Presiden minta bonus dicairkan sebelum keringat atlet kering. Sudah sampai mana prosesnya?

Setelah Asian Games selesai, akan kami distribusikan kepada semua penerima bonus. Kami berharap maksimal minggu depan selesai.

Perolehan medali emas hampir dua kali lipat dari target. Otomatis anggarannya membengkak….

Ya, enggak apa-apa. Masih ada Menteri Keuangan kok, he-he-he…. Yang penting, sudah diputuskan dalam rapat kabinet bahwa kebutuhan untuk bonus harus dipenuhi.

Berapa totalnya?

Kemarin sore ada perubahan angka karena ada penambahan bonus untuk peraih medali perak dan perunggu.

Sejumlah pihak menilai bonus yang terlalu besar bisa merusak fokus atlet. Pembelaan Anda?

Tergantung melihatnya dari sudut pandang apa. Menurut saya, bonus itu kurang kalau melihat pengorbanan mereka selama ini. Tadi saya melihat pertandingan rugbi. Ada yang sampai berdarah-darah, benjut, saya sampai mengelus dada. Kemarin, atlet ganda putra bulu tangkis, Fajar Alfian/Rian Ardianto, mengatakan bonusnya akan digunakan untuk menghajikan orang tuanya. Itu bagi yang berhasil. Bagi yang gagal padahal sudah berproses dan berjibaku, kami akan memberikan cendera mata.

Apa bentuknya?

Kami kasih dana juga, tapi angkanya belum saya umumkan secara resmi karena saya masih meminta kepada Menteri Keuangan. Kalau disetujui, baru saya sampaikan angkanya.

Jumlahnya berapa atlet?

Total atlet yang bermain di Asian Games 988 orang. Kami berikan itu kepada atlet yang tidak mendapat medali.

Cabang olahraga yang gagal mencapai target akan diberi hukuman?

Ya. Anggarannya akan dikurangi, terutama cabang olahraga non-Olimpiade. Buktikan dulu prestasinya. Mereka harus meyakinkan pihak swasta agar membantu. Dana pemerintah terbatas, sementara orientasi kita Olimpiade.

Bagaimana nasib cabang olahraga yang baru dipertandingkan di Asian Games, seperti kurash, sambo, dan kabaddi?

Cabang olahraga itu bisa jadi dipertandingkan di Asian Games berikutnya atau SEA Games tahun depan. Kami akan mengevaluasi. Kalau memang tidak potensial mendapat medali, untuk apa?

Artinya, pelatnas sejumlah cabang olahraga tidak akan berlanjut setelah Asian Games?

Ya. Lagi-lagi dana pemerintah harus difokuskan pada cabang olahraga yang potensial mendapat medali di Olimpiade. Cabang olahraga harus menerimanya. Kami pun harus siap diprotes karena pasti muncul penolakan.

Dengan enam medali emas dari cabang olahraga Olimpiade, bagaimana menggenjot prestasi di Olimpiade Tokyo 2020?

Tahun ini, dana pelatnas dalam negeri dan uji coba cabang olahraga masih seimbang. Dengan berorientasi pada Olimpiade, dana uji coba akan diperbanyak. Minimal 70 persen berbanding 30 persen, karena latihan terbaik atlet adalah mengikuti pertandingan di luar negeri dan menghadapi lawan yang levelnya di atas mereka. Memang, target di Olimpiade tidak akan muluk-muluk, sekian puluh medali emas. Tapi kami akan mendorong enam cabang olahraga Olimpiade yang berhasil di Asian Games, yaitu panjat tebing, bulu tangkis, angkat besi, tenis, dayung, dan karate.

Cabang olahraga Olimpiade lain?

Kami tetap mencari peluang. Contohnya senam. Mereka harus mengikuti kualifikasi, harus memenuhi poin.

Mengapa prestasi cabang olahraga Olimpiade, seperti renang, menurun?

Ada beberapa faktor yang harus diselesaikan. Pertama, soal konsolidasi organisasi. Persatuan Renang Seluruh Indonesia harus betul-betul terbuka dan lebih mandiri. Kedua, soal rekrutmen atau regenerasi.

Mengapa regenerasi sulit?

Kompetisi tidak dilakukan secara berjenjang. Saya masih menemukan beberapa organisasi cabang olahraga yang hanya menunggu di ujung, tidak menjalankan proses kompetisi ataupun turnamen dalam kelompok usia secara berkala, sistematis, dan berjenjang.

Apa kendalanya?

Bisa jadi masalah uang. Bisa juga karena tidak berjalannya program yang dicanangkan organisasi cabang olahraga. Atau bisa jadi provinsi memiliki orientasi yang berbeda dengan pusat. Provinsi lebih condong ke Pekan Olahraga Nasional, pusat betul-betul berorientasi internasional.

Sebelum Olimpiade, tahun depan ada SEA Games di Manila. Bagaimana persiapannya?

SEA Games adalah batu loncatan.

Dengan posisi empat besar di Asian Games, apakah target Indonesia di SEA Games jadi lebih tinggi?

Kami belum membuat target untuk SEA Games. Kami masih berjuang meyakinkan Filipina agar bulu tangkis dan pencak silat dipertandingkan di sana. Saat ini mereka belum mau.

Dominasi Indonesia dalam cabang pencak silat di Asian Games mungkin membuat mereka enggan….

Ya, enggak apa-apa. Wong wushu dan taekwondo juga didominasi negara-negara tertentu. Kita pun tidak protes karena kita percaya kepada atlet ataupun wasit dan juri.

Apa upaya yang sudah ditempuh untuk memasukkan bulu tangkis dan pencak silat dalam SEA Games 2019?

Kami sudah menugasi Komite Olimpiade Indonesia agar berkomunikasi dengan Komite Olimpiade Filipina. Pemerintah pun tidak akan diam. Kami ingin mengabarkan kepada Filipina bahwa pencak silat harus dipertandingkan di SEA Games karena penyelenggaraan dan partisipasi pencak silat di Asian Games sukses. Bahwa ada yang menuduh terjadi permainan juri, toh, jurinya bukan dari Indonesia. Jika yang bertanding Indonesia dengan Filipina, tidak boleh ada juri yang berasal dari Indonesia dan Filipina. Jadi tidak beralasan kalau ada kecurigaan itu.

Anda sudah bertemu dengan Menteri Olahraga Filipina?

Belum, tapi pasti kami akan berkorespondensi. Seperti halnya kami berkorespondensi soal kelas 62 kilogram di cabang olahraga angkat besi, kelasnya Eko Yuli, yang hendak dicoret di Olimpiade. Kami juga bertemu dengan Menteri Olahraga Jepang dan meminta agar pencak silat bisa ekshibisi di Olimpiade Tokyo 2020.

Bagaimana responsnya?

Bagus. Beliau mengatakan, "Akan kami sampaikan kepada Perdana Menteri Abe."

Apa syarat sebuah cabang olahraga bisa dipertandingkan di Olimpiade?

Minimal ada 70 national Olympic committee yang dibentuk dan diakui pemerintahnya. Saat ini baru ada sekitar 56 national Olympic committee untuk pencak silat. Beberapa waktu lalu, saya sempat ke Rusia. Di sana ada national Olympic committee untuk pencak silat, tapi belum diakui pemerintahnya. Alasannya, belum memiliki dukungan dari sponsor sehingga belum ada kompetisi.

Artinya, perjalanan pencak silat untuk masuk Olimpiade masih jauh?

Saya kira, kalau dikeroyok, tidak. Karena itu, dalam setiap kunjungan ke luar negeri, saya selalu membawa misi tersebut. Bahkan saya membawa pelatih pencak silat. Saya taruh di sana sebulan untuk melatih.

Bagaimana dengan peluang Indonesia menjadi tuan rumah Olimpiade 2032?

Dengan penyelenggaraan Asian Games, menurut saya, kita sudah berpengalaman dan layak menjadi tuan rumah multievent yang lebih besar. Kita harus optimistis. Wong kita punya venue yang bagus-bagus. Semua orang mengakui venue kita.

Sudah sampai mana proses Indonesia menjadi tuan rumah Olimpiade?

Kami terus berkomunikasi dengan International Olympic Committee.

Kita akan bersaing dengan Rusia….

Rusia kan sudah menjadi tuan rumah Piala Dunia. Sudahlah, kembali ke Asia dan Afrika. Di Asia, Indonesia yang paling siap.

Imam Nahrawi

Tempat dan tanggal lahir: Bangkalan, Madura, 8 Juli 1973

Pendidikan:
- Master Kebijakan Publik Universitas Padjajaran (2017)
- Sarjana Pendidikan Bahasa Arab Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (1998)
- Madrasah Aliyah Negeri Bangkalan (1991)

Organisasi:
- Sekretaris Jenderal Dewan Pengurus Pusat Partai Kebangkitan Bangsa (2008-2014)
- Ketua Umum Dewan Koordinasi Nasional Garda Bangsa (2004-2008)
- Ketua Umum Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Koordinator Cabang Jawa Timur (1997-1998)

Pekerjaan:
- Menteri Pemuda dan Olahraga (2014-sekarang)
- Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (2004-2014)

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus