Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Mesty Ariotedjo sedang belajar untuk menjadi dokter spesialis anak di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Namun, setelah Mesty melahirkan anak pertamanya dengan Garri Juanda pada Juli 2018, dia justru menjadi paranoid.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mesty Ariotedjo mengatakan belajar menjadi dokter spesialis anak lebih fokus pada penyakit yang berat. Ini yang menyebabkan dia menjadi paranoid saat mengurus anaknya, Gallendra Madana Juanda. “Sebenarnya justru yang saya kaget karena ketika saya belajar spesialis anak itu lebih ke penyakit berat yang jarang sekali saya terapkan di rumah. Ketika anak lahir, yang ada saya malah paranoid,” tutur Mesty Ariotedjo, di Jakarta beberapa waktu lalu.
Salah satu contohnya adalah saat Mesty Ariotedjo melihat napas bayinya cepat. Dia langsung menganggap kalau anaknya menderita Pneumonia, infeksi paru-paru yang menyebabkan sesak napas. Melihat hal itu, dia sampai memberikan alat oksigen untuk anaknya.
Sebagai dokter, Mesty Ariotedjo juga membuka sesi tanya jawab di Instagram. Dengan cara itu, dia justru menganggap kalau dirinya sendiri ternyata masih harus belajar banyak mengenai cara mengurus anak dan menjaga kesehatannya. “Saya melakukan sesi tanya jawab saya belajar banyak. Hal-hal seperti bantal peang itu perlu atau tidak? Vaksin membuat anak autis benar atau salah?” lanjut Mesty.
Ketika mendapatkan pertanyaan tersebut, Mesty Ariotedjo akhirnya belajar sendiri untuk mendapatkan jawabannya. Walaupun sudah memiliki pengetahuan kesehatan anak sebagai mahasiswa kedokteran spesialis anak, Mesty tetap menambah pengetahuannya dengan hal-hal yang lebih sederhana.