Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Berita Tempo Plus

Mengurai Penyebab Tingginya Kematian Anak

Krisis bangsal perawatan meningkatkan risiko kematian pada anak yang terjangkit Covid-19 dengan gejala berat. Dengan fatality rate 3-5 persen, kematian anak di Indonesia menjadi yang tertinggi di dunia.

29 Juni 2021 | 00.00 WIB

Tenaga Kesehatan membawa pasien Covid-19 ke dalam ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) di RSUD Pasar Minggu, Jakarta, 25 Juni 2021. TEMPO/M Taufan Rengganis
Perbesar
Tenaga Kesehatan membawa pasien Covid-19 ke dalam ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) di RSUD Pasar Minggu, Jakarta, 25 Juni 2021. TEMPO/M Taufan Rengganis

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ringkasan Berita

  • IDAI mendesak pemerintah segera menambah ruang perawatan intensif Covid-19 untuk anak.

  • Rumah sakit rujukan mengakui ruang perawatan anak penuh dan membutuhkan tambahan kapasitas.

  • Pemda menyebutkan DKI memasuki fase genting jika Covid-19 tidak bisa ditekan.

JAKARTAIkatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mendesak pemerintah segera menambah kapasitas ruang perawatan anak yang terinfeksi Covid-19. Saat ini, kamar ruang isolasi dan unit perawatan intensif (ICU) khusus anak tak lagi tidak mampu menampung lonjakan jumlah kasus. "Kami khawatir bed (ranjang) untuk perawatan anak kurang," kata Inke Nadia Diniyanti Lubis, anggota Unit Kerja Kegiatan Infeksi dan Penyakit Tropis IDAI, kemarin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Setiap rumah sakit diwajibkan menyiapkan 30 persen dari kapasitasnya untuk pasien Covid-19. Dari jumlah tersebut, 15 persen dialokasikan untuk tempat tidur ICU. "Dari total bed perawatan intensif yang tersedia, untuk anak rata-rata hanya ada satu atau dua di setiap rumah sakit," ujar Inke.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Inke, alokasi penyediaan satu ranjang perawatan intensif di setiap rumah sakit dianggap mencukupi karena berkaca pada lonjakan jumlah kasus Covid-19 tahun lalu. Saat itu, sebagian besar anak yang terjangkit mengalami gejala ringan dan bisa dirawat secara mandiri di rumah. Sisanya, sebanyak 3 persen dari kasus anak, berupa kategori berat yang membutuhkan perawatan intensif dan tertampung di rumah sakit.

Namun gelombang kedua ini berbeda. Inke mengatakan lonjakan jumlah kasus anak jauh lebih tinggi. "Sudah terlihat sejak April," ujarnya.

Persentase anak yang tertular saat ini mencapai 12-13 persen dari total kasus. Jika lonjakan tersebut tidak bisa diantisipasi, Inke melanjutkan, risiko kematian pada anak bisa meningkat. "Terutama terhadap 3 persen dari total kasus anak yang mengalami gejala berat," kata dia.

Anak mengikuti tes usap polymerase chain reaction (PCR ) di Pulogadung, Jakarta 5 Juni 2021. TEMPO/Hilman Fathurrahman W.

Sejumlah pengelola rumah sakit sedang berupaya menambah kapasitas ruang perawatan Covid-19 untuk anak. Di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Minggu, Jakarta Selatan, sepuluh ranjang ruang isolasi dan delapan ranjang di ICU penuh sejak dua pekan lalu. Namun mereka kesulitan menambah kapasitas karena keterbatasan ruangan. "Kami tidak bisa lagi menambah ruangan karena hanya punya satu gedung," kata Yudi Amiarno, direktur rumah sakit tersebut. "Jadi, nanti satu ruangan, yang seharusnya empat bed, akan kami maksimalkan menjadi lima bed."

Direktur RSUD Koja, Ida Bagus Nyoman Banjar, mengatakan ruang perawatan anak sudah kritis, yaitu tersisa dua dari 36 ranjang—kapasitas total perawatan pasien Covid-19 mereka 404 ranjang. "Perlu ada penambahan kapasitas, melihat lonjakan yang tinggi saat ini," ujarnya.

Banyaknya anak korban virus corona menjadi perhatian Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). "Kenaikannya sangat cepat dari 10 persen pada tiga pekan lalu," ujar
komisioner KPAI, Retno Listyarti.

Dia meminta pemerintah menaruh perhatian khusus pada penanganan Covid-19 bagi anak. Selain ancaman kematian, anak dihadapkan pada efek jangka panjang atau long Covid. Meski telah sembuh, anak yang menderita long Covid bisa menjadi mudah lelah hingga sering sesak karena paru-parunya bermasalah.

KPAI meminta pemerintah segera menambah fasilitas kesehatan khusus untuk merawat anak. "Terutama ruang perawatan intensif di setiap rumah sakit. Kami mendengar ventilator untuk orang dewasa digunakan buat anak. Padahal seharusnya berbeda karena berisiko," ujar Retno.

Irma Hidayana, salah satu pendiri Lapor Covid-19, platform berbagi informasi pandemi, menyoroti rencana pemerintah membuka kembali sekolah pada awal tahun ajaran baru bulan depan. Pada gelombang kedua ini, hal itu jelas membahayakan anak. "Terutama di wilayah DKI, Jawa Barat, Tangerang Selatan, Tangerang, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, yang tingkat penularannya tinggi," kata dia.

Pemerintah juga diharapkan mengambil kebijakan kegawatdaruratan dengan melakukan karantina wilayah di semua kantor non-esensial, kampus, sekolah, dan pusat belanja. "Jadi, orang tua enggak perlu ke luar rumah juga demi kesehatan anak-anaknya dan dirinya serta lingkungan sekitar," ujar Irma.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan saat ini lebih banyak anak yang terjangkit dibanding gelombang pertama pada Januari-Februari lalu. Adapun persentase penularan Covid-19 pada anak sempat menyentuh 16 persen, pekan lalu. "Sekarang harus ekstra hati-hati," kata Anies dalam wawancara televisi.

Anies mengatakan penambahan bangsal perawatan tidak akan cukup jika lonjakan jumlah kasus tidak bisa diredam. "Jika dua pekan lalu tim kesehatan tidak menambah (tempat tidur perawatan), Selasa kemarin (fasilitas kesehatan) sudah kolaps, karena pasien yang masuk lebih banyak dari kapasitas," kata dia.

Menurut Anies, Jakarta memasuki fase genting. Sebab, meski sudah ditambah, kapasitas ruang perawatan hanya tersisa 6 persen atau terisi 9.787 dari total 10.448 unit. "Kita harus bersiap-siap," ujarnya. "Kalau lonjakan jalan terus, kita menghadapi situasi yang amat sulit."

Dia menduga besarnya kobaran pandemi saat ini tak lepas dari varian baru virus corona yang lebih mudah menular. Sebab, Anies melanjutkan, relatif tidak ada perbedaan mobilitas ataupun kegiatan warga saat ini dibanding pada bulan-bulan sebelumnya. Dinas Kesehatan mengidentifikasi 128 variant of concern (VoC) atau kasus varian baru Covid-19 hingga kemarin. Rinciannya, 12 varian Alpha (B.117), 3 varian Beta (B.1.351), 113 varian Delta (B.1.617.2).

IMAM HAMDI
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Imam Hamdi

Imam Hamdi

Bergabung dengan Tempo sejak 2017, setelah dua tahun sebelumnya menjadi kontributor Tempo di Depok, Jawa Barat. Lulusan UPN Veteran Jakarta ini lama ditugaskan di Balai Kota DKI Jakarta dan mendalami isu-isu human interest.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus