Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO.Tangerang-Wali Kota Tangerang Arief R Wismansyah diminta menanggapi mewabahnya mural di tempat umum. Caranya kata pengamat kebijakan publik dari Universitas Muhammadiyah Tangerang Gufroni adalah dengan memberikan saluran kreativitas kepada para seniman. "Wali Kota Tangerang mesti merespon dengan menyediakan ruang terbuka publik bagi seniman mural," kata Gufroni, Senin, 16 Agustus 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gufroni juga berharap pemerintah tidak antikritik terhadap ekspresi seni pemural.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam sepekan terakhir gambar wajah mirip Presiden Jokowi dengan tulisan 404:Found di Batuceper viral hingga menimbulkan beragam komentar termasuk pihak istana. Polisi dari Polsek Batuceper juga masih memburu pembuat mural.
Sesosok wajah mengernyitkan dahi digambar dengan cat warna abu-abu, rambut hitamnya disisir belah pinggir. Pada bagian matanya dicat merah dengan huruf putih, ditulis 404:Found. Potret sepenggal wajah itu diduga mirip Presiden Joko Widodo.
Mural yang digambar di tembok bawah jembatan di kawasan Batu Ceper menuju arah Bandara internasional Soekarno- Hatta itu sepekan terakhir viral di media sosial padahal menurut warga sekitar mural itu sudah ada sejak tiga bulan silam.
Pada Rabu 11 Agustus 2021 mural yang dianggap menghina simbol negara itu dihapus aparat. Polisi kemudian memburu Pemural. Mural wajah diduga mirip Jokowi itu diapit dengan grafiti warna putih dan merah itu kini telah hilang. Kini tembok itu sudah kosong dihapus dengan warna cat hitam.
"Saya mau tanya nasionalisme Anda jika presidennya 'dibegitukan'. Presiden itu lambang negara, ini bukan soal ketertiban tapi penghinaan,"kata Kepala bidang Humas Polres Metro Tangerang dihubungi Tempo beberapa waktu lalu. Polisi memburu pembuat mural itu
Tentang presiden lambang negara itu, kata Gufroni, salah besar, sebab lambang negara RI adalah burung Garuda. Presiden bukan simbol negara. "Sudah jadi pendapat publik bahwa itu bukan simbol negara, meski seperti wajah Pak Jokowi. Gambar mural wajah itu bisa mengandung banyak interpretasi,"kata Gufroni.
Gufroni mengakui ada kemiripan tapi bukan berarti itu wajah Presiden Jokowi. Terlepas itu bagian ekspresi sebuah seni yang mengandung unsur kritik semestinya tidak ditanggapi berlebihan apalagi dicari siapa pembuatnya. "Biarkan saja. Itu bagian dari hak menyampaikan pendapat melalui seni."
Senada dengan Gufroni pengamat kebijakan publik Tangerang Adib Miftahul juga berpendapat mural sebagai bentuk ekspresi kritik kekinian. Masyarakat memahami, bahwa mengkritik pemerintah banyak saluran yang bisa diolah untuk menyampaikan pesan.
"Kritik yang biasa mungkin melalui media sosial, tapi seniman menilai mural jadi media komunikasi yang juga efektif," kata Adib.
Penghapusan mural oleh aparat kepolisian, koramil, dan kecamatan bukan kali ini saja di Tangerang.
Penghapusan mural oleh aparat pernah terjadi Juli 2021 di Kabupaten Tangerang. Kala itu dua pemural menulis panjang di tembok jalan Aria Wangsakara Tigaraksa. Tulisan berhuruf kapital berwarna putih itu berbunyi 'Tuhan Aku Lapar' hanya beberapa jam, setelah video mural ini viral, kemudian dihapus.
Kapolresta Tangerang Komisaris Besar Wahyu Sri Bintoro dan Dandim 0510 Tigaraksa Letkol Inf Bangun Siregar menyambangi rumah pembuat mural D dan DF untuk memberikan sembako. Atas kritikan itu keduanya tidak ditangkap. Tapi hingga saat ini keduanya tertekan.
l