Myanmar Pecat Pemimpin Operasi Anti-Rohingya

NAYPYIDAW - Militer Myanmar memecat seorang jenderal yang memimpin operasi brutal terhadap muslim Rohingya tahun lalu. Dilansir The Guardian kemarin, pemecatan ini dilakukan setelah Uni Eropa mengeluarkan sanksi terhadap Mayor Jenderal Maung Maung Soe dan enam orang lainnya.

Maung Maung Soe merupakan kepala komando barat di Negara Bagian Rakhine selama serangan ke desa-desa Rohingya. Dalam pernyataannya, Uni Eropa menyebutnya, "Bertanggung jawab atas kekejaman dan pelanggaran hak asasi manusia yang serius. Ini termasuk pembunuhan di luar hukum, kekerasan seksual, dan pembakaran sistematis terhadap permukiman warga Rohingya."

Kendati begitu, pemerintah Myanmar tidak mengacu pada sanksi Uni Eropa dalam pernyataannya. "Soe menunjukkan kelemahan dalam menghadapi serangan militan terhadap pos-pos polisi di Rakhine barat pada 2016 dan 2017," demikian pernyataan kantor pertahanan, Min Aung Hlaing.

Meski begitu, pengumuman ini disambut negatif oleh kelompok hak asasi manusia. Mereka menginginkan sanksi ditambah dengan tindakan oleh Mahkamah Pidana Internasional untuk mengakhiri impunitas jangka panjang bagi militer Myanmar.

"Pengunduran diri ini, disengaja ataupun dipaksakan, tidak mewakili pertanggungjawaban nyata atas kekejaman yang dilakukan Maung Maung Soe atau Aung Kyaw Zaw," kata Richard Weir, peneliti Myanmar untuk Human Rights Watch. THE GUARDIAN | THE WASHINGTON POST | SITA PLANASARI AQUADINI