Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA - Polisi menangkap seorang siswa sekolah menengah atas berinisial MIF yang kedapatan membawa narkotik jenis ganja, Selasa dinihari lalu. Pelajar berusia 15 tahun itu menyembunyikan ganja dalam amplop pada saku jaketnya.
"Ia terjaring dalam razia di Jalan Pasar Senen Raya (Jakarta Pusat)," kata Kepala Sub-Bagian Hubungan Masyarakat Kepolisian Resor Metro Jakarta Pusat, Komisaris Suyatno, akhir pekan lalu.
MIF diduga baru saja membeli ganja itu dan membawanya pulang ke rumahnya di Cililitan, Kramatjati, Jakarta Timur. Polisi masih menyelidiki siapa penjual barang itu. "Dia (MIF) dibawa ke Markas Polsek Senen untuk menjalani pemeriksaan," ujar Suyatno, saat itu.
Direktur Reserse Narkoba Kepolisian Daerah Metro Jaya, Komisaris Besar John Turman Panjaitan, mengatakan semua wilayah di Jakarta sudah rawan peredaran narkotik. "Tidak ada kelurahan yang tidak ada tersangkanya (narkotik)," kata dia.
Peta peredaran itu diduga membuat para tersangka pengedar narkotik mudah menyasar seluruh kalangan, dari pelajar, remaja, mahasiswa, karyawan, hingga anggota TNI dan polisi. "Tak mengenal status," kata John.
Kepada pelajar dan remaja, John menuturkan, para pengedar akan membuat mereka didera ketergantungan. Modusnya adalah korban disuruh mencoba terlebih dulu dan diyakinkan soal kenikmatan yang bakal dirasakan. "Kalau sudah mengalami ketergantungan, ia akan terus mengkonsumsi."
Hasilnya, sepanjang tahun ini saja, 63 pelajar dan 112 mahasiswa di Jakarta ditangkap karena terbukti menggunakan dan mengedarkan narkotik. "Pada usia 10 tahun, sudah ada yang menjadi pengguna," ujar John.
Hasil tes urine yang dirilis Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi DKI Jakarta pada Februari lalu menyatakan 82 siswa dari tiga SMA positif menggunakan narkotik. Dalam tes urine yang berbeda, 308 dari 751 siswa di 23 sekolah di Jakarta menunjukkan indikasi yang sama, yakni mengkonsumsi narkotik.
Menurut Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat, para siswa atau remaja itu adalah korban. Ia menyalahkan lemahnya pengawasan yang dilakukan pemerintah provinsi, orang tua, serta sekolah. "Saya meminta ada tes urine di sekolah setiap awal penerimaan calon peserta didik baru," katanya.
Secara terpisah, juru bicara BNN Komisaris Besar Slamet Pribadi mengatakan DKI Jakarta berada di peringkat teratas dalam peredaran dan penggunaan narkotik di antara kota-kota lainnya di Indonesia. Ia mengimbau masyarakat, khususnya Jakarta, agar melindungi anggota keluarganya dari peredaran dan penyalahgunaan narkotik.
"Karena bisa saja menjadi sasaran peredaran atau penggunaan narkotik," kata Slamet. Masyarakat juga diminta segera melapor jika mengetahui adanya penggunaan atau transaksi narkotik.
Berdasarkan hasil penelitian bersama BNN dengan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia, jumlah total pengguna narkotik di Indonesia mencapai 4,2 juta orang. Dari jumlah itu, 27,32 persen pengguna adalah mahasiswa dan pelajar.
Dua Produsen, Ribuan Pengedar
Direktur Reserse Narkoba Kepolisian Daerah Metro Jaya Komisaris Besar John Turman Panjaitan mengatakan semua wilayah di Jakarta sudah rawan peredaran narkotik. Ia tak bisa merinci berapa jumlah tersangka pengedar dan pengguna dari setiap kelurahan. Data yang disodorkan adalah sebaran persembunyian bandar besar yang disebutkan berada di kawasan Kota (Jakarta Utara), Serpong (Tangerang Selatan), dan Tangerang Kota. "Jumlah total sabu yang disita dari tiga tempat itu adalah 150 kilogram," ujar dia kemarin.
Berikut ini data penangkapan sepanjang 2016 (Januari-Agustus) selengkapnya:
Tersangka: 4.546 orang dari 3.397 kasus
Tersangka berdasar usia
10-18 tahun: 132 orang
19-27 tahun: 1.597 orang
28 tahun ke atas: 2.817 orang
Tersangka berdasarkan pekerjaan
Polri: 14 orang
TNI: 2 orang
PNS: 15 orang
Pedagang: 647 orang
Karyawan: 1.728 orang
Mahasiswa: 112 orang
Pelajar: 63 orang
Lain-lain: 1.965 orang
Status tersangka
Produsen: 2 orang
Pengedar: 3.210 orang
Pemakai: 1.334 orang
AFRILIA SURYANIS
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo