HAMIL mengidam macam-macam, ya, jadinya juga macammacam. Ini kisah Puji Rahayu, 20 tahun, pemain ketoprak Ngesti Budoyo di Prambanan. Akrab dipanggil Yayuk, janda kembang itu, dan bayinya ya-ng 20 bulan, Eko Prayitno, tinggal bersama Nyonya Jengki Suparti ibunya Yayuk di Gathak, Prambanan, Yogyakarta. Ketika masih mengandung, Yayuk sering marah-marah dan selalu ingin menampar orang. Ini lantas dipercaya sebagai akibat ngidam, yang jika tak terlampiaskan akan buruk akibatnya bagi si bayi. Maka, sejawatnya, Partono alias Londo, bersedia menjadi sandsack. Keblangsak wajah Londo, bengap ditampar Yayuk. Cuma ketika Londo sedang tak di tempat, sementara Yayuk kumat, korbannya lantas pohon pisang. Satu lagi: tiap hari Yayuk melahap belut goreng sampai 1 kilo, telur asin 8 butir sekali makan, dan bulatan bakso 20 biji. "Saya jengkel juga dengan permintaan si bayi," ceritanya kepada Moch. Faried Cahyono dari TEMPO. Ketika kandungannya hampir tujuh bulan, sesuai dengan adat Jawa, ia ditingkepi. Saat upacara itulah si bayi mencogok ke bumi. "Benar nggak sih, kandungannya baru tujuh bulan?" tetangganya bertanyatanya. Sekalipun bayinya lahir muda, bobotnya 2,5 kg alias normal. Sehat pula. Cuma ada catatan: si bayi yang dinamai Eko Prayitno itu lahir pas malam Selasa Kliwon. Ini dipercaya sebagai malam keramat. Mulailah tandatandanya, Eko ogah menyusu pada ibunya, meski air susu Yayuk keluar lancar. Eko diberi air gula. Tapi mencret. Lalu diganti hanya air putih plus pisang dan bubur. Tidurnya di tikar. Ketika ada kodok mendekati, Eko menggenggamnya. Dan si kodok tenang saja. Persahabatan dengan kodok berlanjut dengan ulat bulu. Pada usia tujuh bulan Eko merangkak sampai ke halaman berbelukar. Enak saja dia mencomot seekor ulat bulu. "Saya menjerit keras ketakutan," kata neneknya yang mengasuh Eko. "Ia menangis keras waktu ulat itu disingkirkan," tambahnya. Menjelang tidur Eko bermain ulat. Tanpa itu justru tubuhnya mruntus-mruntus mirip alergi. "Yang saya jaga jangan sampai dia makan," kata Yayuk, yang berpotongan rambut ala Demi Moore itu. Selain itu, lidah Eko juga kebal. Misalnya, tak kepanasan terjilat minyak kayu putih atau bir ketan hitam. Sekarang Eko tiap hari mengajak anak tetangga mencari ulat. Ada saja yang mau menggendongnya ke sawah atau ke kebun, mencari ulat. Bayangkan, masih bau kencur sudah memerintah. Dan dari cerita mulut ke mulut, ihwal Eko yang bersahabat dengan ulat bulu ini pun menyebar. Orang lalu berduyun ke rumah kecil berdinding bata sederhana itu. Suatu siang pertengahan Juni lalu, misalnya, di baju singletnya bergayut tiga ulat yang biasa bersarang di daun pisang. Ulat baikbaik itu tak tahu, Eko bukan sahabat sejati mereka. Meski tidak memakannya sendiri, ketika ada ayam lewat, Eko menyodorkannya. "Nyoh, pitik maem (ini ayam, ulatnya dimakan)," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini