Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Pr setelah rio

Ada perbedaan persepsi mengenai kerusakan lingkungan antara negara maju dan negara berkembang. walau begitu hasil dari ktt bumi perlu kita laksanakan dengan memperbesar keuntungan.

27 Juni 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KTT Bumi di Rio telah usai. Hasilnya: ditandatanganinya Deklarasi Rio, Konvensi tentang Perubahan Iklim, Konvensi tentang Keanekaan Hayati, Prinsip tentang Hutan dan Agenda 21. Yang mengesankan adalah berkumpulnya 176 kepala negara dan kepala pemerintahan, dan semuanya sepakat bahwa planet Bumi sedang terancam oleh kerusakan lingkungan yang gawat. Namun, ada perbedaan persepsi antara negara maju dan negara berkembang. Fokus perhatian negara maju adalah tindakan yang diperlukan untuk menangani langsung kerusakan lingkungan itu. Sedangkan negara berkembang melihat kerusakan lingkungan tersebut sebagai masalah ketimpangan Utara-Selatan. Kemakmuran yang berlebihan di Utara telah melahirkan pola hidup yang menguras sumber daya dan merusak lingkungan. Begitu pula kemelaratan di Selatan. Hanya saja, kemelaratan dan keterbelakangan menyebabkan rakyat di Selatan tidak mampu menanggulangi kerusakan lingkungan itu. Maka, mereka menuntut agar Utara mengakui hak Selatan untuk membangun, membantu mereka memerangi kemelaratan dengan menyediakan dana baru sebesar 0,7% GNP, memberikan teknologi dengan syarat ringan dan nirkomersial, dan mengubah pola hidup yang boros serta merusak lingkungan. Dunia yang lebih adil, termasuk dalam perdagangan, harus diciptakan. Walau ada pendekatan dan kompromi, perbedaan persepsi Utara dan Selatan terus berlanjut. Konperensi tentang Lingkungan Hidup Manusia di Stockholm pada 1972, misalnya, tindak lanjutnya sangat lemah. Ia memang melahirkan UNEP, tetapi sedikit sekali resolusi yang dilaksanakan. Karena itu, kualitas lingkungan hidup terus merosot. Hasil KTT Bumi tampaknya akan lain. Baik Selatan maupun Utara samasama merasa terancam oleh kerusakan lingkungan, sehingga akan terjadi dorongan kuat untuk melaksanakan persetujuan KTT Bumi. Tetapi perbedaan persepsi tetap akan menjadi sumber perdebatan tentang interpretasi persetujuan yang telah dicapai. Benarkah Utara mau memperbesar bantuan luar negeri sampai 0,7% GNP, menciptakan sistem perdagangan lebih adil, memberikan teknologi, dan mengubah pola hidup mewah mereka? Sulit ditebak. Apalagi, pagipagi Presiden George Bush sudah menyatakan akan melindungi teknologi Amerika, dan masalah pola hidup tidak akan dikompromikan. Maka, seyogianya kita mulai melakukan PR (pekerjaan rumah) dengan baik. Tujuannya adalah untuk memperbesar kemungkinan keuntungan, dan mengurangi kemungkinan dirugikan oleh hasil KTT Bumi. Ada kemungkinan negara maju akan mendesakkan Agenda 21 sebagai master plan pembangunanan berkesinambungan. Ia akan menjadi kriteria dan petunjuk kelayakan bantuan luar negeri, baik hibah maupun utang. Walau, menurut persetujuan, lingkungan tidak boleh menjadi persyaratan baru, dalam kenyataan Agenda 21 dapat merupakan hal tersebut. Maka, kita perlu bersiap-siap menangkalnya. Apalagi kita juga dapat merumuskan prioritas pembangunan dalam "bahasa" Agenda 21, serta berusaha mendapatkan dana dan teknologi yang kita perlukan dengan syarat ringan. Hutan adalah prioritas tinggi negaranegara maju dalam rangka mengurangi emisi gas rumah kaca dan masalah keanekaan hayati. Walau hutan yang dimaksud, sesuai dengan persetujuan yang dicapai, adalah untuk semua jenis, termasuk hutan di daerah iklim sedang, toh tekanannya tentu kembali pada hutan tropik. Ini sudah tampak dari inisiatif Presiden Bush untuk memberikan US$ 150 juta bagi program perlindungan hutan tropik dan reboisasi. Pengumuman Gedung Putih menyatakan, melindungi hutan tropik dan reboisasi jauh lebih murah daripada tindakan mengurangi emisi COd22 dari bahan bakar fosil. Kita tidak menolak mencagar hutan kita dan melakukan reboisasi, karena itu memang merupakan program kita. Kalau program itu bertujuan untuk menyerap emisi COd22 yang terus bertambah karena pertumbuhan industri, transportasi, dan konsumsi energi lainnya, tentulah kita tolak. Cara ini pada hakikatnya menggunakan hutan kita sebagai "septic tank" limbah gas COd22 mereka. Dalam ekologi terdapat dalil: "Barang siapa menguasai arus informasi, baik jumlah, jenis, maupun waktu arus informasi itu, dialah yang menguasai arus energi dan materi." Informasi itu, menurut ekologi manusia, ilmu dan teknologi. Apakah kita akan bisa mendapatkan keuntungan sebanding dari ilmu dan teknologi tergantung kemampuan kita menguasai arus informasi. Alih ilmu dan teknologi memang berguna. Tetapi tidak cukup, karena jenis, banyaknya, dan waktu arus informasi itu dikuasai negara maju. Ilmu dan teknologi itu harus kita rebut dan kita sadap. Jepang telah melakukannya. Demikian pula Rusia, Cina, dan banyak negara lain. Kemampuan untuk menyerap dan menyadap ilmu dan teknologi itu ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang kita miliki. Sekarang ini, kualitas sumber daya manusia kita belum memadai untuk merebut dan menyadap ilmu dan teknologi tersebut. Seyogianya, ilmuwan kita secara berencana didorong untuk bekerja di luar negeri pada universitas atau lembaga swasta. Bila mereka melakukan, jangan mereka kita anggap tidak loyal. Hanya saja, mereka perlu dipantau. Setelah beberapa waktu bekerja di luar negeri, mereka kita panggil kembali, tentu saja dengan harapan membawa pulang pengalaman dan pengetahuan yang mereka sadap dan rebut. Bagi mereka yang pulang itu tentu saja perlu disediakan insentif berupa fasilitas kerja dan biaya hidup yang memadai.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus