Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

OPM Tuduh TNI Salah Tembak Mati 3 Warga Sipil, Komnas HAM Akan Turun Tangan Memeriksa

OPM menuding TNI telah salah tembak 3 warga sipil di Papua. Kondisi itu memicu aksi kemarahan warga. Komnas HAM bakan turun tangan memeriksa.

22 Juli 2024 | 23.49 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Komisi Nasional Hak Asasi Manusia atau Komnas HAM akan melakukan pemeriksaan terkait TNI dari Satgas Yonif RK 753/AVT yang disebut salah tembak mati tiga warga sipil di Kabupaten Puncak Jaya, Papua Tengah, pada Selasa pekan lalu, 16 Juli 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Komisioner Komnas HAM Anis Hidayah mengatakan pihaknya dalan waktu dekat akan melakukan pemantauan dalam kasus ini. “Dalam waktu dekat (akan memeriksa langsung ke lokasi),” kata Anis ketika dihubungi, Senin, 22 Juli 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dia menyebut, Komnas HAM akan memeriksa para pihak. Namun, Anis mengatakan belum bisa memberi informasi siapa saja yang akan dimintai keterangan. 

Sementara Kepala Komnas HAM Papua, Frits B. Ramandey, mengaku tidak tersedia biaya untuk melakukan investigasi dalam kasus tersebut. Dia pun meminta Tempo untuk langsung menghubungi Komnas HAM RI karena mereka yang harus memberi kebijakan dan dukungan pembiayaan.

Terkait kondisi di Distrik Mulia sendiri, Frits mengklaim sudah mulai kembali kondusif. “Kabarnya mulai kondusif,” kata dia.

Sebelumnya, TNI dari Satgas Yonif RK 753/AVT menembak mati tiga orang dari OPM di Kabupaten Puncak Jaya, Papua Tengah, pada Selasa, 16 Juli 2024. Namun, hal itu dibantah Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat Organisasi Papua Merdeka atau TPNPB-OPM.

Dalam keterangannya, kelompok kriminal bersenjata itu menyebut korban penembakan TNI ialah warga sipil. Korban salah tembak versi TPNPB-OPM itu di antaranya Kepala Desa Kalome Distrik Mepogolok, Tonda Wanimbo; Kepala Desa Dokkome, Pemerintah Murib; dan seorang warga sipil bernama Dominus Enumbi.

Sementara berdasarkan keterangan versi TNI, tiga orang yang ditembak mati itu berasal dari kelompok pimpinan Teranus Enumbi. Korban yang tewas itu berinisial SW (33), YW (41), dan DW (36). Sementara Teranus Enumbi melarikan diri.

Kepala Penerangan Kodam atau Kapendam Cendrawasih XVII Letkol Inf Candra Kurniawan mengatakan, insiden penembakan itu bermula saat satgas mendeteksi adanya keberadaan OPM yang sedang memasuki pemukiman. Salah satu orang yang dideteksi ialah Teranus Enumbi, buron tindak pidana penyerangan aparat keamanan pada 2018.

"Teranus Enumbi bersama beberapa lainnya memasuki pemukiman di kampung Karubate, Distrik Muara dengan membawa senjata api," katq dia, Sabtu, 20 Juli 2024. 

Sesaat setelah mendeteksi keberadaan OPM, satgas menuju lokasi. Candra menyebut, gerombolan OPM melakukan perlawanan dengan mengeluarkan tembakan ke arah prajurit TNI.

Insiden baku tembak ini terjadi ketika militer Indonesia berupaya menangkap kelompok OPM di suatu warung. "Sehingga prajurit TNI melumpuhkan dan menembak gerombolan tersebut," ujar Candra.

TNI juga menyebut telah menyita sepucuk pistol rakitan yang dibawa oleh anggota OPM itu, beserta bendera bintaPerng kejora.

Akibat insiden ini, masyarakat sipil melakukan aksi anarkistis di Mulia, Puncak Jaya, Papua Tengah pada Kamis, 18 Juli 2024. TPNPB-OPM berkukuh bahwa kerusuhan itu terjadi karena kemarahan warga atas pembunuhan tiga orang warga setempat yang ditembak militer Indonesia.

Kerusuhan itu mengakibatkan seorang warga bernama Abdullah Jaelani (30) meninggal akibat terkena benda tajam. Empat orang lainnya terluka. Satu di antaranya ialah Komandan Batalion 753/AVT Mayor Inf Novald Dermawan yang terkena lemparan batu di bagian kepalanya.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus