Inilah kisah si gadis pendiam yang tiba-tiba berubah jadi binal. Orang memang bertanya-tanya, adakah skandal yang dimuat di suratkabar Inggris dan India benar terjadi, atau hanya sekedar kompensasi seorang wanita yang tak bahagia di masa kanak dan remajanya. Dari berbagai sumber, antara lain dari The Illustrated Weekly of India dan India Today, Didi Prambadi dan Achyar Abbas Ibrahim menyusun skandal si Boneka dari India ini. Pamella Bordes belum dilupakan. Tiba-tiba sejumlah nama yang membuat berita dikait-kaitkan lagi dengan nama Boneka dari India itu. Ketua Kongres AS, Jim Wright, yang sedang diusut karena menyalahgunakan jabatan, dikabarkan pernah punya hubungan intim dengan Pam. Lalu tiba-tiba Pamella muncul di Bali akhir Maret lalu. Berita jadi ramai kembali karena ia mengalami kecelakaan. Tangan, kaki, dan wajahnya luka. Ia terpaksa menginap di rumah sakit Adventist, Hong Kong. Belum sampai sembuh benar, baru tiga hari di rumah sakit tiba-tiba ia menghilang. Konon, karena tercapai persetujuan kontrak antara dia dan sebuah media Inggris yang akan memuat pengakuan Pamella. TIBA-tiba saja sebuah snapshot dalam surat kabar News of the World menyebabkan matanya terbelalak. Terbaca sebuah kepala berita yang tampaknya sengaja dibikin mencolok. Ia membalikkan tubuhnya dengan ketakutan sambil menahan jeritan. Bagaimana mungkin mereka bisa tahu tentang rahasia pribadinya? Selama ini ia selalu berhati-hati menjaga rahasia. Ia selalu mengatur langkah agar mereka yang pernah dibawanya atau membawanya ke tempat tidur tak bisa memerasnya. Siapa bajingan yang telah membocorkan rahasia itu? Tapi ia paksakan juga membaca berita tersebut. Pelan-pelan masa lalu yang telah mengabur menjadi jelas. Terbayang seorang laki-laki yang mabuk dan menyedot minumannya keras-keras yang berdiri di dekatnya dalam suatu pesta. Seorang pemegang saham, ya itulah pengakuannya ketika ia berbicara dengannya. Jelas-jelas ia mencoba "mengundangnya". Tapi ia tak menerima begitu saja. Ia harus mengecek sebelum mengadakan hubungan intim apakah orang itu berkantung tebal atau tidak. Lima ratus pound, bisiknya kepadanya. Orang itu menjawab, jumlah itu keterlaluan. Kurang sedikit, dong, rajuk si lelaki. Kekecewaan merona di wajah Pamella. Sudah menjadi prinsipnya untuk tak terlalu cepat tersinggung dalam segala hal. Hidupnya sangat bergantung pada sikapnya yang harus selalu tenang. Tapi kali ini ia ingin agar bedebah itu tahu bahwa ia bukan orang murahan. "Sesungguhnya." katanya dengan kereng, "aku adalah tokoh media terkenal di London. Aku pun telah membuat beberapa orang di London sini menjadi terkenal." Orang itu akhirnya setuju dengan apa yang dibilangnya. Malahan mulai menyerahkan "uang muka" terdiri dari beberapa lembar dua puluhan pound. Tapi setelah itu dengan tiba-tiba ia menggerendeng dan meminta maaf lantaran harus pergi. Tak merasa curiga sedikit pun, Pamella malah merasa senang mendapat rezeki nomplok. Ah alangkah bodohnya ia. Persetan! Mengapa ia tak tutup mulut saja? Mengapa ia tak sadar bahwa semuanya itu hanya sebuah jebakan yang sudah diatur? Di tingkat tinggi profesinya seharusnya ia sadar bahwa semua orang yang tak dikenalnya adalah racun. Wanita yang punya pekerjaan seperti dia mestinya tak mengadakan transaksi sebelum tahu betul bahwa ia tak akan ditipu. Apakah Donald harus diteleponnya? Andrew, si redaktur Sunday Times sedang keluar. Ia tak mau lagi menjawab panggilan telepon Andrew sejak ia menamparnya di Jalan Fulham. Yah, mungkin Donald bisa menolongnya. Paling tidak dia adalah salah satu redaktur Observer. Atau apakah tak lebih baik baginya kalau ia kabur saja? Menghilanglah untuk beberapa hari dan baru muncul kalau pemberitaan sudah mulai reda. Wartawan-wartawan keparat itu barangkali sekarang sedang memata-matainya. Ia mulai membereskan kopornya. Lalu ia menelepon beberapa orang. Setengah jam setelah membaca headline di News of the World, Pamella Bordes pergi keluar rumah. Sebetulnya sampai sekitar tujuh tahun lalu namanya bukan Pamella Bordes. Dia tak lebih dari Pamella Singh, gadis yang sedang berusaha meniti jenjang karier bagaikan kepompong yang sedang tumbuh jadi kupu-kupu. Asal-usulnya barangkali sampai sekarang masih penuh misteri. Barangkali ia lahir di Jaipur dan tinggal di sana sampai waktunya masuk universitas di Delhi. Ia mendapat pendidikan di Sekolah Maharani Gayatn Devi. Ia punya hubungan pribadi yang baik dengan keluarga bangsawan pengelola sekolah tersebut. Dalam usia belasan tahun ia sudah memutuskan jalan yang akan ditempuhnya. Dan jalan yang ditempuhnya itu terbentang antara Delhi, Bombay, California, dan London. Cita-cita ini sering berbenturan dengan keadaan keluarganya. Kedua orangtuanya sering bertengkar dan itu membawa mereka ke perceraian. Perpecahan itu meninggalkan bekas mendalam yang menjadi trauma dalam hidupnya. Apakah riwayat hidup keluarga ini hanya fantasi yang diciptakan belaka atau memang benar-benar terjadi, semuaya tak bisa dikonfirmasikan. Tapi ia merasa masa depannya menjanjikan sebuah sukses. Ia memiliki tubuh yang menarik. Dengan bersenjatakan rezeki itu, berbagai hadiah seakan-akan datang sendiri bagaikan benda logam yang ditarik magnet. Ketika ia pindah ke Delhi pada akhir 1970-an, ia tinggal di sebuah hotel yang tak begitu baik di Jalan Bawalpur. Bahasa Inggrisnya masih belum bagus. Hal-hal yang menarik hatinya hanyalah bermain tenis, mencari uang dengan menjadi model. Seorang yang dekat dengannya pada waktu itu ingat betul bahwa Pamella selalu dibayang-bayangi oleh panggilan telepon. Dan para penelepon itu selalu saja laki-laki, dan sering bicara dalam aksen asing. Pada suatu hari ia muncul di kantor Komal G.B. Singh, seorang penyiar televisi, dengan wajah putus asa lantaran perlu duit. Katanya, tak ada orang dalam keluarganya yang sudi membantu atau menolong. Ia kini menggantungkan hidupnya pada dunia model sebagai satu-satunya harapan. Meski beberapa agen gadis model tak melihat Pamella punya bakat untuk bidang ini, Komal Singh berhasil mencarikannya pekerjaan sebagai model. Dengan perantaraan agen tersebut terpampanglah wajahnya untuk perusahaan-perusahaan seperti Bharat Leather, Modi Fllor Carpets, Brylcreem, Kwality Icecream, Hero Cycles, Indian Handicrafts. Komal Singh ingat betul: "Saya memperlakukannya sebagaimana halnya dengan model-model yang lain. Ia wanita mempesonakan, dan punya kepribadian yang sangat menyenangkan. Malahan boleh dikatakan seorang profesional." Singh sangat berduka ketika mendengar Pamella tak lebih dari seorang gadis panggilan. Menurut Singh, Pamella telah menjadi model yang top di Delhi ketika ia pindah ke Bombay. "Saya tak merasa terkejut kalau kemudian ia terpilih sebagai Ratu India. Ia punya keistimewaan dan saya menyukainya," kata Singh lagi. Pemotret terkenal Avinash Pasricha mengingat Pamella sebagai teman anak lelakinya yang sering mampir ke rumah. Yang diingatnya lagi tentang Pamella Bordes adalah kecenderungannya buat jadi pemberontak. "Aku tak heran kalau ia kemudian jadi gadis panggilan. Di Bombay kariernya makin meroket. Yang kuherankan, bagaimana ia menjadi gadis panggilan yang dibayar paling mahal. Di Inggris lagi," tambah Pasricha. "Hidungnya mancung, punya daya tarik, tapi kecantikannya biasa-biasa saja." Dalam pengamatan Pasricha, Pamella menyimpan segudang misteri dalam hidupnya. Karena tak tahan tinggal di sebuah gubuk bersama ibunya yang bekerja di pemerintah Haryana, Pamella minggat ke Bombay bersama seorang pesuruh hotel. Di kota yang haus seks ini, gadis mekar yang agak binal itu dengan mudah menjadi perhatian banyak orang. Sebuah keluarga yang bergerak di bidang hiburan lalu menawarinya untuk tinggal di sebuah kamar di sebuah hotel kumuh bernama Taj. Untuk apalagi kalau tidak melayani langganan. Singkat kata, dari hotel inilah Pamella membina karirnya. Kamar yang terletak di sudut, tempat Pamella tinggal, pun jadi semarak. Tapi suatu hari majikannya mendepak Pamella ke luar kamar karena ia menolak mematuhi aturan sang majikan. Rupanya yang baru meniti karir sudah punya cadangan, seorang majikan yang lebih hebring. Tak lama di majikan baru ini pun Pamella mencoba berontak. Ia mulai ogah-ogahan melayani langganan dan kepingin pindah tempat yang lebih baik lagi. Tapi kali ini ia kena batunya. Suatu malam tatkala sedang santai di sebuah diskotek, seorang tak dikenal menusuk perutnya -- kemudian ternyata orang itu suruhan bosnya. Darah pun membasahi sari yang dipakainya. Sayang sekali, kasus ini tenggelam begitu saja karena dipetieskan. Pamella memang tak mau tinggal diam. Segala macam cara ia lakukan, demi meraih ketenaran. Tatkala melamar sebagai Ratu India, misalnya, ia tak segan-segan membuat keterangan palsu. Dalam formulir pendaftaran ia sebutkan bahwa ia pernah bekerja di salon terkenal di Bombay, The Silhouette. Padahal, menurut beberapa orang yang bekerja di salon yang terletak di Hotel Oberoi itu, nama dia tak pernah tercantum di sana. Ia pun tak pernah tinggal di apartemen mewah di kawasan elite Bombay seperti yang ia sebutkan. Seorang tukang listrik bernama T.R. Advani, yang pernah bekerja di Bassant Building -- apartemen mewah berlantai 12 yang menurut Pamella pernah ia tinggali -- menyangkal ada penghuni bernama Pamella Singh di tempat ia bekerja. "Saya ingat semua tamu yang pernah tinggal di sini. Dan saya ingat dia belum pernah tinggal di sini," katanya. Tapi apa pun yang terjadi, berkat kemauan keras dan kegigihannya, Pamella diterima sebagai foto model di sebuah biro iklan ternama di Bombay. Tanpa membawa surat rekomendasi dari siapa pun ia berani melamar ke Impressions Advertising. "Biasanya ia menunggu di ruang resepsionis dengan sabar," tutur serang staf biro iklan itu. Seorang produser film India punya kesan yang lain. Menurut Pralhad Kakkar, produser itu, "ia sebenarnya tak begitu cantik, dan kelihatannya tak begitu cerdas." Lalu Kakkar bercerita bagaimana ia menyapa Pamella pertama kali. "Kamu pasti dari Delhi, bukan?" Pamella pun menyahut, "Lho, kok tahu?" Kakkar pun menyambung, "Iya. Biasanya gadis-gadis Delhi duduknya sedikit membungkuk dan nggak keruan." Kesan serupa juga diutarakan Duleep George, seorang manajer yang pernah bekerja di bagian iklan Nescafe. "Dia tampak kaku dan dungu ketika berpose di depan kamera. Tapi lama-lama bisa juga menyesuaikan diri," tutur George. Mungkinkah karena sebutir batu onyx yang selalu dibawa di dalam tasnya, sehingga Pamella selalu berhasil meyakinkan para juru potret? Walahuallam. Yang jelas, keberaniannya berpose, konon, menyebabkan para pria menekuk lutut di depan Pamella. Dalam sebuah kesempatan pembuatan film iklan produksi Taj Fort Aguada yang mengambil lokasi di Goa, Pamella bersedia mengenakan pakaian renang. Padahal, adegan seperti itu ditolak oleh beberapa rekan seprofesinya. "Pada mulanya saya tak percaya bahwa dia baru berumur 19 tahun. Soalnya, baik fisik dan pribadinya seperti orang dewasa," kata Shantanu Sheorey, seorang fotografer salon yang tinggal di Razzmatazz Town, India. Mungkin karena keberanian dan kemudaannya itulah yang menyebabkan sejumlah orang terkenal singgah dalam hidupnya. Orang-orang itulah tampaknya yang kemudian berjasa membawa Pamella suskes merebut gelar Ratu India. Orang-orang itu antara lain Ramesh Khanna, pemilik hotel Holiday Inn di Bombay. Tapi Khanna sendiri menolak dikatakan ia pernah berhubungan dengan Pamella. "Ia memang salah satu dari lima Ratu India yang saya kenal" kata Khanna. Lalu buru-buru ia menambahkan, tapi, hanya sekadar kenal. Ceritanya, suatu ketika Pamella, sebagai peserta pemilihan kontes kecantikan, mendatangi Khanna dan menanyakan persyaratan untuk memenangkan Ratu India. Khanna menjawab, sebaiknya Pamella berlatih di pusat kesegaran jasmani yang ada di hotelnya. Untuk urusan foto model dan bergaya di depan kamera, Pamella mendekati Pablo Bartholomew. Buntutnya, si fotografer tergila-gila kepada Pamella, sehingga gadis itu tak diperbolehkan ikut lomba ratu dunia di Peru. Bartholomew waswas, bila Pamella pergi ke Peru, "pasti tak akan kembali lagi." Ia sembunyikan paspor Pamella. Belakangan tipu muslihat Bartholomew ini terungkap. Ratu India ini marah besar dan melampiaskannya dengan menghancurkan barang-barang milik si juru potret. Walaupun Pam hampir terlambat mendaftarkan diri di gelanggang adu cantik -- 10 menit sebelum batas waktu -- dan panitia menerima pengaduan telepon tentang kegiatannya sehari-hari yang tak sedap didengar, juri tetap memenangkan cewek berukuran vital 34 1/2-25-33 ini. Komentar orang tentang terpilihnya Pam sebagai Ratu India 1982 umumnya sama. Tidak cantik, "tapi fotojenik," kata M. Sajid, yang mengenalnya sebagai burung kesasar ke gelanggang." Ia langsing dan secara menyeluruh menarik," kata koordinator model dan fotografer para bintang, Gautam Rajadhyaksha, yang tak berani memakai wajahnya sebagai model. Ia cuma mengagumi bentuk dan susunan tubuh Miss India yang baru ini. Sampai waktu itu belum ada tanda-tanda ratu baru itu akan menghebohkan dunia. Ia cuma menyatakan ingin jadi foto model pada perusahaan Big Apple dan belajar tata rias rambut pada Harry King. Tapi siapa tahu, jauh di hatinya, si empunya tubuh yang menggiurkan itu tak puas hanya jadi Ratu India. Tujuan utamanya pergi ke Peru mengikuti kontes Ratu Dunia. Dan dari sana masuk ke Amerika. Itu sebabnya, meski tawaran dari biro iklan untuk menjadi foto model berlipat ganda, Pamella tak berniat menanggapinya. Tekadnya bulat sudah. Ia harus mengadu untung di pemilihan Miss Universe. Sebelum berangkat ke Lima, ibu kota Peru, tempat pemilihan Miss Universe diadakan, Pam minta bantuan Shantanu Sheory untuk memotret wajah dan tubuhnya. "Aah ..., kamu nggak bakal menang karena foto-foto saya ini," seloroh si fotografer. Pamella tak ambil pusing. Baginya, kalau ia bisa meraih gelar orang tercantik di negara sendiri, masa gelar dunia tak bisa diraihnya. Dengan cara apa pun ia harus merebut gelar itu. Tak ada cara yang haram demi tujuannya. Maka, dengan hanya US$ 500 dalam dompetnya, Pamella pada 1982 itu juga terbang ke Peru. Dan benar. Polah si hitam manis selama kompetisi bikin panitia penyelenggara mabuk. Salah satu larangan bagi peserta selama kontes berlangsung adalah berkencan dengan siapa pun, terutama anggota dewan juri. Justru peraturan ini yang ia langgar, dengan sengaja tentu. Ia berbuat apa saja yang ia suka. Konon, panitia sempat menelepon kantor majalah Femina, penyelenggara kontes Ratu India yang memenangkan Pam, tentang tingkah laku Pamella. Apa mau dikata, Pam digugurkan sebagai peserta. Tapi yang bersangkutan sedikit pun tak peduli. Rupanya, memang ratu-ratuan bukan tujuan, tapi sekadar batu loncatan. Dan bila ternyata ia dapat meloncat tanpa memijak batu, untuk apa berpusing-pusing dengan kontes kecantikan? Sebelum ia dinyatakan gugur sebagai peserta kontes Miss Universe, seorang pria bule sudah digaetnya. Rayuan mautnya bikin si bule tergila-gila. Tanpa pikir panjang, Pamella diajaknya pergi ke California, dan inilah yang dicari bekas Ratu India itu. Tujuannya jelas: rela jadi pacar orang yang bisa melantarkannya ke jenjang yang lebih tinggi. Di antara pengembaraannya di Peru, California, dan Prancis, Pamella sempat singgah di New York. Dengan menggunakan predikat Miss India dan segala macam bualnya, ia diterima bergabung dalam salah satu rumah mode internasional terkenal, The Big Apple, sebagai gadis model. Cita-citanya kesampaian sudah. Jalan semakin lempang untuk tujuannya, yang sampai waktu itu cuma dia sendiri yang tahu. Di Big Apple, Pam ketemu dengan kenalan lama kala masih di Jaipur, India. Kebetulan kenalan itu masih keluarga Gayatri Devi, pengelola sekolah bangsawan tempat ia belajar dulu. Ia lalu menumpang pada keluarga itu beberapa lama. sampai diusir nyonya rumah dengan sebab yang kurang jelas. Konon, induk semangnya itulah yang jadi suami pertama Pamella. Di kota besar yang kaya tapi kumuh itu konon Pamella sempat masuk dalam kalangan para pengusaha minyak. Itulah berkat Bina Ramani, seorang wanita pengusaha yang sukses, satu-satunya orang yang dikenal Pamella ketika pertama kali tiba di bandara J.F. Kennedy. Tapi tiga minggu kemudian Ramani yang kaget: ia menerima undangan dan Pamella untuk menghadiri pertemuan para raja minyak. "Ia cemerlang, kurang ajar dan sulit ditebak, komentar Ramani. "Ada sesuatu dalam dirinya yang membuat, terutama lelaki, tertarik padanya." Konon, di New York itu salah seorang kenalan Pamella adalah Sultan Brunei. Dari New York, Pam terbang ke Prancis. Di negeri inilah Pam mulai berkecimpung sebagai kelinci kalangan atas. Perkawinannya dengan laki-laki Prancis yang namanya melekat pada nama Pamella hingga kini -- Bordes -- dibatalkannya beberapa pekan sebelum ia jadi berita utama di News of the World. Lalu Pam mengumumkan pertunangannya dengan Nick Adams, pialang di pasar bursa London, lengkap dengan rencana pernikahan dan bulan madu ke Bali (Pam memang ke Bali, akhir Maret lalu sampai awal April, tapi cuma didampingi Tim Taylor, pengacaranya). Adapun siapa Monsieur Bordes, hampir tak ada keterangan sedikit pun. Beberapa kalangan mengatakan, Bordes seorang kaya raya separuh baya. Empat tahun lalu Pamella Bordes menyelinap ke London. Melalui Sajjid Khan, bintang film India dan bekas teman kumpul kebonya, Pamella masuk ke dalam lingkungan mahapialang Adnan Khashoggi. Sumber lain menyebutkan Chandraswami, peramal ulung kalangan jetset dan bekas guru spiritual Khashoggi, yang mengenalkannya dengan sang mahapialang. Siapa pun yang membawa Pamella kepada Khashoggi, akhirnya ia menjadi kekasih milyuner Arab itu. Dan seperti biasanya, Khashoggi pun memanfaatkan Pamella untuk memperlicin hubungan bisnisnya dengan para kliennya. Hubungan dengan Khashoggi, menurut beberapa kenalan, tak berlangsung mulus. Ketika pedagang senjata ini bangkrut, Pamella dilepaskannya. Kontan Pamella repot menanggulangi biaya gaya hidupnya, karena uang tak mengalir lagi dan kocek Khashoggi. Bosan jadi gula-gula yang hanya bergantung pada kekuasaan kaum lelaki, Pamella mulai menggunakan cara baru. Kini ia yang berperan aktif. Mulai dari menyusun rencana sampai menangkap mangsa untuk ditekuk-tekuk sekehendak hatinya. Akrabnya Pam dengan Andrew Neil, redaktur The Sunday Times dan Tony Leroy-Cook, penulis kritik restoran, membuka jalan untuk berkenalan dengan orang-orang penting. Untuk masuk dalam kalangan showbiz Bill Wyman dari The Rolling Stones adalah karcis masuknya. Maka, Pamella yang selalu tampil dengan wah dalam setiap pertemuan dan pesta, dengan tubuh terbungkus pakaian desainer terkemuka, mulai jadi perhatian orang. Ia tak pernah menyia-nyiakan bidikan para juru potret. Setiap lampu kilat menyala, ia selalu berada di dekat, bahkan merangkul, tokoh kalangan atas untuk bekal mempererat hubungan berikutnya. Lady Edith Foxwel, seorang bangsawan, punya komentar. "Ia selalu tampil di tempat dan bersama orang-orang terpandang," katanya. Sekali waktu Lady Foxwel berjumpa Pamella memakai tongkat penyangga badan. Ketika ditanya penyebabnya, dengan lancar Pam menceritakan pengalamannya berlatih di lapangan kuda milik Putri Anne, kakinya terkilir karena jatuh dari kuda. Karena tak seorang pun tahu Pamella kenal dengan Putri Anne, sebagian menganggap kisah ini hanya bual Pamella. Tapi dengan cara seperti itulah Pam menjerat mangsa dari kalangan jetset. Hubungannya dengan Andrew Neil memperlancar perkenalannya dengan para eksekutif pemerintah Inggris. Redaktur The Sunday Times itu seperti berlagak bodoh melihat sepak terjang Pamella. Sekali Pam masuk, pengaruhnya lengket seperti lintah. Tak cuma para staf instansi pemerintah ia tempel, juga beberapa menteri. Untuk menaikkan gengsinya, Pam membeli apartemen seharga 750 ribu poundsterling di kawasan orang gedean di Westminster. Dari mana lagi uang sebanyak itu bila bukan dari tubuhnya. Neil sendiri konon tak tahu sepak terjang Pamella. Waktu itu ia menganggap keluarga Pam memang orang kaya, hingga bisa membiayai selera mewah anaknya. Baru di tahun lalu, 1988, hubungan Neil dan Pam retak. Gara-gara Pam kedapatan main api dengan David Sullivan, penerbit The Sunday Sport. Neil yang menyebabkan Pam bisa keluar masuk di kalangan parlemen Inggris -- menjauhinya. Boneka dari India ini menyesal telah kehilangan tebu yang belum jadi sepah. Ia berusaha keras untuk menghidupkan "cinta" Neil kembali. Tapi Neil selalu menolak. "Pamella memang cakep, tapi racun," tutur Neil. Menyadari kehilangan satu kunci Pam yang lincah mencari sasaran lain. Editor The Observer, salah satu pers terkemuka saingan The Sunday Times, Donald Trelford, digaetnya. Ributlah kalangan pers. Tapi Trelford tak mengakui hubungan intimnya dengan Pam. "Aku cuma foto bersama. Dan itu pun biasa-biasa saja." Agaknya Pam mencoba membalas Andrew Neil lewat saingannya. Toh belum terlambat. Tahun lalu Pamella memutuskan untuk masuk ke dalam kalangan para penguasa sesungguhnya. Ia membujuk anggota parlemen dari Partai Konservatif. David Shaw, agar memberinya pekerjaan di Majelis Rendah. Pekerjaan itu sebagai periset, selain memberi penghasilan Rp 150 ribu seminggu, juga membuat dia bebas keluar-masuk Gedung Parlemen. Sementara itu, kabar burung mengatakan bahwa ia punya hubungan dengan Menteri Olahraga Cox Colin Moynihan. Sang menteri sendiri selalu menolak tuduhan itu. Katanya, ia tak pernah tahu tentang masa lalu Pamella. Ia hanya pernah bertemu dengan nona India itu tiga kali. Koran The Daily Express menulis bahwa Moynihan pernah terlihat mengawal Pamella dalam salah satu pesta Partai Konservatif di Grosvernor House. Tapi gaji menteri, sekitar 3.500 pound sebulan (lebih dan Rp 10 juta), tidaklah cukup untuk memanjakan Pamella. Toh koran tersebut menyambung berita dengan menulis bahwa antara Moynihan dan Pamella tak ada hubungan istimewa. Juga antara gadis India itu dan Shaw. Sementara itu, pers yang lebih bertanggung jawab semacam The Times, The Independent, dan The Guardian tak ikut-ikutan meramaikan kisah Pamella. Tiga penerbitan besar itu yakin bahwa skandal boneka India ini taklah seberbahaya skandal Christine Keeler dan Profumo 26 tahun yang lalu. Sebab, skandal Profumo diduga melibatkan spionase pihak Soviet, sementara skandal Pamella, yang diduga ada kaitannya dengan intelijen Libya, tak kunjung ada buktinya. Tentu saja pihak partai oposisi yang di Majelis Rendah -- diwakili antara lain oleh Dale Campbell-Savours -- percaya bahwa skandal itu terjadi dan itu berbahaya. Pemberian kartu bebas masuk Gedung Parlemen oleh Shaw kepada Pamella menyalahi aturan, katanya. Begitu skandal Pamella jadi pembicaraan ramai, konon, orang-orang penting yang pernah berhubungan atau bertemu dengan si Bonek India itu berlagak pilon. Mereka, kalau ditanya wartawan, biasanya menjawab, "Wah, saya sudah lupa. Mungkin saya cuma pernah melihat dia di sebuah pesta." Begitu pula teman-teman Pamella di India. Sementara itu, pihak Scotland Yard dikabarkan ikut sibuk mengorek kebenaran cerita-cerita sekitar Pamella. Juga pihak Jawatan Pajak ikut-ikutan tertarik, mendengar tarif Pamella dalam semalam sampai 1.000 pound (hampir Rp 3 juta). Tapi banyak pihak skeptis. Mereka bilang, bila koran-koran tak lagi menulis tentang Pamella, cerita skandal itu pun akan segera dilupakan orang. Tak seperti skandal Profumo, yang segera terbukti dan masuk ke dalam sejarah spionase Inggris. Selama ini tak ditemukan bukti-bukti skandal seks antara Pamella dan sejumlah tokoh penting. Lucunya, justru Pamella jadi marah dikatakan bahwa skandalnya akan segera dilupakan orang. Ia mengancam akan membeberkan keterlibatan sejumlah tokoh Inggris di tempat tidurnya. Setidaknya, ada 20 politikus Inggris pernah singgah di ranjangnya, katanya. Tapi ini cuma gertak komersial. Ia baru mau menceritakannya bila dibayar jutaan pound. Atau ada jaminan bahwa kisahnya akan difilmkan dan dia sendiri bermain sebagai dirinya. Yang menarik, di India sejumlah orang yang pernah mengenal dia tiba-tiba sangsi: benarkah Pamella Bordes adalah Pamella Singh yang dulu? Soalnya, si Bordes ini kok pintar bicara, sementara Pamella yang dulu, meski manis, sangat pendiam. Tapi sejumlah kenalannya yang lain membenarkan bahwa cewek ini berbakat binal sejak remaja. Seorang temannya pernah bercerita, suatu hari mereka bermain kartu. Ketika pendingin ruangan mati, tanpa rasa sungkan Pamella melepaskan baju, dan melanjutkan bermain kartu hanya bercelana dalam dan berkutang. Seorang teman pria punya cerita lain lagi. Kata dia, sehabis mereka berdua bermain tenis, ia diajak Pamella ke atap rumah. Di situ Pamella tiba-tiba melepaskan kausnya dengan spontan. "Ia suka sekali menunjukkan bahwa ia gadis yang berani dan menarik," kata teman itu. Seorang gadis model teman Pamella di Bombay mengatakan bahwa Pamella memang bisa mendapatkan yang diinginkannya dengan segala cara. Suatu hari, tuturnya, mereka berdua berjalan-jalan ke sebuah butik. Pamella ingin memakai sebuah gaun yang harganya tak terjangkau. Sorenya, eh Pamella sudah nglencer dengan gaun butik itu. "Seorang kenalan membelikan ini untukku," kata si teman, menirukan kata Pamella dulu itu. Bagaimanapun, si Boneka dari India itu telah membuat heboh. Seandainya skandalnya tak membahayakan kabinet Thatcher, sejumlah politikus terancam nama baiknya bila ia buka suara. Tak cuma itu, mereka para politikus itu, bisa habis kariernya karena Pamella. Tapi hingga Pamella mengalami kecelakaan di Bali, akhir Maret lalu, hingga ia masuk rumah sakit di Hong Kong, tak ada kejadian penting menyangkut nama-nama para politikus dan negarawan Inggris. Padahal, kabarnya, Tim Taylor -- pengacaranya yang ikut ke Bali -- telah teken kontrak dengan wartawan Inggris yang membuntutinya, untuk mempublikasikan pengakuan Pamella. Semuanya, seperti juga masa lalu riwayat hidup Pamella, masih diliputi kabut. Si Boneka dari India sendirilah yang bisa menguakkan kabut itu, asal ada yang membayarnya sejuta pound atau hampir Rp 3 milyar. Atau memang tak ada yang penting dari Pamella. Siapa tahu ia hanya seorang cewek yang tak bahagia di masa kecil dan remajanya, lalu mencari kompensasi lewat skandal yang ditiup-tiupkannya yang sebenarnya tak pernah terjadi. Setidaknya tak pernah terjadi sebagaimana diduga khalayak. Semuanya ada dalam kepala Pamella. Dan sekali lagi kasus ini membuktikan bahwa kisah-kisah skandal seks tetap laris dibaca orang, tak peduli seberapa perbandingan antara kisah isapan jempolnya dan kenyataan sebenarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini